

Judul: Namaku Mata Hari
Penulis: Remy Sylado
Bahasa: Indonesia
Format: Paperback, owned, 560 hal.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2011)
Genre: historical fiction
Cerita
Aku pelacur tulen
Tapi aku penari sejati
Dan aku Belanda berdarah Indonesia
Mata Hari, nama yang tercatat di berbagai literatur, terutama dihubungkan dengan spionase, mata-mata, intrik, juga sensualitas. Hidup di seputar akhir abad XIX, Mata Hari seperti mewadahi berbagai gejolak zaman yang menjadi ciri khas pergantian abad, sampai kemudian terseret menjadi agen ganda bagi Prancis dan Jerman pada Perang Dunia I. Dalam novel ini dikisahkan periode hidupnya yang belum banyak disingkap, yakni hidup Mata Hari di Indonesia.
3 Points for:
Level of Interest

Novel ini menceritakan petualangan dan pemikiran Margaretha Geertruida Zelle alias Mata Hari, wanita Belanda-Indonesia yang dikenal sebagai penari eksotis dan pelacur terkenal di Eropa pada masa Perang Dunia I, yang di kemudian hari dihukum mati oleh pemerintah Prancis karena dicurigai sebagai double agent yang menjadi informan Jerman. Kisahnya terbagi menjadi tiga periode; saat Mata Hari masih remaja, ketika dia menjalani hidup mewah sebagai anak pengusaha dan mendapatkan petualangan seks pertamanya (dari kepala sekolahnya) di Belanda; saat Mata Hari menjalani pernikahan penuh konflik dengan Rudolph MacLeod di Indonesia (tepatnya di Batavia, Semarang, dan Malang); dan saat Mata Hari meniti karier sebagai penari eksotis dan pelacur kelas atas di Eropa sampai pada hari kematiannya.

Namaku Mata Hari masih menunjukkan ciri khas Remy Sylado, dipenuhi diksi yang tidak umum, berbagai trivia berbau sejarah dan seni, serta istilah-istilah asing yang dijelaskan melalui banyak sekali footnotes. Dari lima buku Remy Sylado yang pernah aku baca, semuanya selalu dipenuhi footnotes. Banyak istilah-istilah asing, paling tidak ada lima bahasa yang dimasukkan ke dalam cerita. Di akhir setiap bab juga dicantumkan foto-foto hitam putih Mata Hari.
Novel ini diceritakan dari POV Mata Hari. Melalui penuturan Mata Hari kita bisa melihat kalau tokoh ini cerdas, sinis, dan memiliki free spirit. Dia sendiri menyebut dirinya sebagai vrijdenker, ‘pemikir bebas’. Percaya kepada Tuhan, tapi keyakinannya kepada Tuhan bebas dari aturan agama, bahkan bebas dari semua norma sosial. Dengan jujur dan bangga dia mengakui dirinya sebagai ‘lacur, jalang, sundal’ yang sangat mencintai uang dan seks. Pemikiran-pemikirannya juga sangat lugas dan tajam.
Aku suka bagian ketika Mata Hari menceritakan pendapatnya tentang bahasa Indonesia berikut:
Aku ingat, orang Indonesia lebih intens menggunakan hati ketimbang otak. Itu sebabnya semua urusan ditakar dengan hati. Aku sudah membuat mukabalah itu, membandingkan kata-kata tertentu bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia, berikut ini:
Inggris |
Indonesia |
Unwillingly Glad Annoyed Haughty Humble Grieve Encourage Darling Observer Attention Contented Conscience Determined Eager Satisfied Unanimous Careful Liver Heart |
Setengah hati Besar hati Sakit hati Tinggi hati Rendah hati Makan hati Kasih hati Jantung hati Pemer-hati Per-hati-an Senang hati Suara hati Bulat hati Suka hati Puas hati Satu hati Hati-hati Hati Hati |
Memang agak maksa, sih, tapi kalau dipikir-pikir lagi ada benarnya.
Aku menganggap buku ini bagus, tapi jujur aku lebih suka karya-karya Sylado yang lain, terutama Ca Bau Kan dan Perempuan Kembang Jepun. Aku lebih menikmati tulisan-tulisan Sylado yang disampaikan melalui third POV, karena meskipun first POV Mata Hari terasa cukup luwes, tapi aku masih bisa menangkap sisi maskulin dalam penuturannya.
Selain itu aku sedikit kurang bersemangat membacanya karena sejak awal sudah tahu kalau kisah Mata Hari ini akan berakhir sad ending, sesuai riwayat Mata Hari. Sejauh yang aku tahu, cuma ada beberapa detail yang sengaja dibelokkan Sylado dari fakta yang ada. Di sini disebutkan kalau Mata Hari memiliki darah Indonesia. Padahal sebenarnya Mata Hari asli orang Belanda. Dia cuma pernah tinggal di Indonesia selama beberapa tahun karena mengikuti suaminya yang ditugaskan di Hindia Belanda. Memang dia sempat mempelajari kebudayaan serta tarian Jawa, dan dia memang selalu mengaku-ngaku sebagai puteri Jawa sepanjang kariernya sebagai penari eksotis (biar terkesan makin eksotis dan misterius).
agak gimanaa gitu baca list bahasa Indonesia-Inggris yang banyak referensi hati nya..hehe..
LikeLike
Orang Remy Sylado-nya sendiri yang nulis gitu.
Tapi emang agak maksa sih bahasa Indonesianya. Hakakak
LikeLike
bagus ya kayaknya? 🙂
LikeLike
Ceritanya kalo menurut seleraku biasa aja sih, mas.
Tapi isinya berbobot kok
LikeLike
sip kapan2 moga punya 🙂
LikeLike
Mau aku pinjemi mas? hehehe
LikeLike