Namaku Mata Hari, kisah mata-mata Perang Dunia I dari Indonesia

namaku matahari
Photo by Goodreads

Judul: Namaku Mata Hari
Penulis: Remy Sylado
Bahasa: Indonesia
Format: Paperback, owned, 560 hal.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2011)
Genre: historical fiction

Cerita

Aku pelacur tulen
Tapi aku penari sejati
Dan aku Belanda berdarah Indonesia

Mata Hari, nama yang tercatat di berbagai literatur, terutama dihubungkan dengan spionase, mata-mata, intrik, juga sensualitas. Hidup di seputar akhir abad XIX, Mata Hari seperti mewadahi berbagai gejolak zaman yang menjadi ciri khas pergantian abad, sampai kemudian terseret menjadi agen ganda bagi Prancis dan Jerman pada Perang Dunia I. Dalam novel ini dikisahkan periode hidupnya yang belum banyak disingkap, yakni hidup Mata Hari di Indonesia.

3 Points for:

cross signThe story

check signThe characterization

check signThe writing style

check signThe moral/interesting trivia

Level of Interest

heart rate32

mata hari
Photo by Wikipedia

Novel ini menceritakan petualangan dan pemikiran Margaretha Geertruida Zelle alias Mata Hari, wanita Belanda-Indonesia yang dikenal sebagai penari eksotis dan pelacur terkenal di Eropa pada masa Perang Dunia I, yang di kemudian hari dihukum mati oleh pemerintah Prancis karena dicurigai sebagai double agent yang menjadi informan Jerman. Kisahnya terbagi menjadi tiga periode; saat Mata Hari masih remaja, ketika dia menjalani hidup mewah sebagai anak pengusaha dan mendapatkan petualangan seks pertamanya (dari kepala sekolahnya) di Belanda; saat Mata Hari menjalani pernikahan penuh konflik dengan Rudolph MacLeod di Indonesia (tepatnya di Batavia, Semarang, dan Malang); dan saat Mata Hari meniti karier sebagai penari eksotis dan pelacur kelas atas di Eropa sampai pada hari kematiannya.

Photo by margaretperry.org
Photo by margaretperry.org

Namaku Mata Hari masih menunjukkan ciri khas Remy Sylado, dipenuhi diksi yang tidak umum, berbagai trivia berbau sejarah dan seni, serta istilah-istilah asing yang dijelaskan melalui banyak sekali footnotes. Dari lima buku Remy Sylado yang pernah aku baca, semuanya selalu dipenuhi footnotes. Banyak istilah-istilah asing, paling tidak ada lima bahasa yang dimasukkan ke dalam cerita. Di akhir setiap bab juga dicantumkan foto-foto hitam putih Mata Hari.

Novel ini diceritakan dari POV Mata Hari. Melalui penuturan Mata Hari kita bisa melihat kalau tokoh ini cerdas, sinis, dan memiliki free spirit. Dia sendiri menyebut dirinya sebagai vrijdenker, ‘pemikir bebas’. Percaya kepada Tuhan, tapi keyakinannya kepada Tuhan bebas dari aturan agama, bahkan bebas dari semua norma sosial. Dengan jujur dan bangga dia mengakui dirinya sebagai ‘lacur, jalang, sundal’ yang sangat mencintai uang dan seks. Pemikiran-pemikirannya juga sangat lugas dan tajam.

Aku suka bagian ketika Mata Hari menceritakan pendapatnya tentang bahasa Indonesia berikut:

Aku ingat, orang Indonesia lebih intens menggunakan hati ketimbang otak. Itu sebabnya semua urusan ditakar dengan hati. Aku sudah membuat mukabalah itu, membandingkan kata-kata tertentu bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia, berikut ini:

Inggris

Indonesia

Unwillingly

Glad

Annoyed

Haughty

Humble

Grieve

Encourage

Darling

Observer

Attention

Contented

Conscience

Determined

Eager

Satisfied

Unanimous

Careful

Liver

Heart

Setengah hati

Besar hati

Sakit hati

Tinggi hati

Rendah hati

Makan hati

Kasih hati

Jantung hati

Pemer-hati

Per-hati-an

Senang hati

Suara hati

Bulat hati

Suka hati

Puas hati

Satu hati

Hati-hati

Hati

Hati

Memang agak maksa, sih, tapi kalau dipikir-pikir lagi ada benarnya.

Aku menganggap buku ini bagus, tapi jujur aku lebih suka karya-karya Sylado yang lain, terutama Ca Bau Kan dan Perempuan Kembang Jepun. Aku lebih menikmati tulisan-tulisan Sylado yang disampaikan melalui third POV, karena meskipun first POV Mata Hari terasa cukup luwes, tapi aku masih bisa menangkap sisi maskulin dalam penuturannya.

Selain itu aku sedikit kurang bersemangat membacanya karena sejak awal sudah tahu kalau kisah Mata Hari ini akan berakhir sad ending, sesuai riwayat Mata Hari. Sejauh yang aku tahu, cuma ada beberapa detail yang sengaja dibelokkan Sylado dari fakta yang ada. Di sini disebutkan kalau Mata Hari memiliki darah Indonesia. Padahal sebenarnya Mata Hari asli orang Belanda. Dia cuma pernah tinggal di Indonesia selama beberapa tahun karena mengikuti suaminya yang ditugaskan di Hindia Belanda. Memang dia sempat mempelajari kebudayaan serta tarian Jawa, dan dia memang selalu mengaku-ngaku sebagai puteri Jawa sepanjang kariernya sebagai penari eksotis (biar terkesan makin eksotis dan misterius).

8 thoughts on “Namaku Mata Hari, kisah mata-mata Perang Dunia I dari Indonesia

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.