[Listopia] 10 Tempat Wisata Buku di Kota Malang Versi Saya

Sebelum menulis review lagi, saya kepingin berbagi cerita tentang tempat-tempat yang saya kunjungi kalau sedang berhasrat belanja buku, nongkrong sambil baca-baca cantik, atau sekadar ngeksis di bookstagram saya. Karena judul postingan ini diselipi kata-kata ‘versi saya’, harap maklum kalau masih banyak tempat bookworm friendly yang belum sempat disebutkan. Kemungkinan besar saya sendiri juga belum tahu, mengingat diri ini adalah mbak-mbak kudet yang kurang hits di antara anak-anak gahul Malang.

Ada satu tempat di dalam daftar yang belum sempat saya kunjungi, karena kejauhan dari rumah dan takut nggak bisa pesen gojek buat pulang dari sana. Tetapi sengaja saya sebutkan juga karena sudah masuk berita dan televisi segala.

Kalau kalian yang mampir ke postingan ini kebetulan anak Malang dan tahu spot wisata buku lain, tolong kasih tahu saya, ya.

1. Pasar Buku Wilis

Pasar Buku Wilis. Photo: Tantri Setyorini
Pasar Buku Wilis di pagi hari. Photo: Tantri Setyorini

Setiap mahasiswa yang perlu textbook murah wajib tahu Wilis. Letaknya di Jalan Simpang Wilis Indah, dari Museum Brawijaya tinggal belok kiri.

Kompleks pasar buku murah ini merupakan pindahan dari Blok M yang dahulu kala ada di Jalan Majapahit. Lapak-lapak liar yang memenuhi trotoar dilokalisasi di Wilis demi mengurai kemacetan. Pasalnya lalu lintas di kawasan itu memang selalu padat merayap gara-gara lapak buku plus para pembelinya menguasai setengah ruas jalan.

Sejak dipindah di Wilis, nama populernya sempat berganti-ganti juga. Awalnya disebut Blok W, tetapi sekarang disebut Wilis saja hampir semua orang sudah cukup paham kalau yang dimaksud Pasar Buku Wilis.

Pasar Buku Wilis. Photo: Tantri Setyorini
Salah satu kios di Pasar Buku Wilis. Photo: Tantri Setyorini

Buku yang ditawarkan di sini memang serba murah, tetapi tidak semua asli. Kalau kalian termasuk mahasiswa berdompet cekak yang nggak kepingin merepotkan orang tua, bolehlah beli yang bajakan kalau memang kepepet. Saya sendiri dulu juga begitu. Tetapi kalau mau beli novel, komik, atau buku-buku non-akademis, sebaiknya cari yang asli tetapi bekas.

Kalau mau beli buku baru yang asli, sebaiknya kalian sudah punya kios langganan yang terpercaya. Di sini ada juga, kok, kios yang jadi distributor.

2. Taman Bacaan Masyarakat Trunojoyo

Taman Pintar Trunojoyo. Photo: Tantri Setyorini
Taman Bacaan Masyarakat Trunojoyo. Photo: Tantri Setyorini

Kalau yang satu ini lebih cocok disebut perpustakaan mini. Letaknya di bagian utara Taman Trunojoyo yang berseberangan dengan Stasiun Malang Kota itu. Tamannya sendiri merupakan bentuk CSR (corporate social responsibility) Bentoel. Konsepnya adalah taman cerdas atau taman pintar. Jadi tak heran kalau dilengkapi dengan perpustakaan.

Taman Bacaan Masyarakat Trunojoyo ini beroperasi setiap hari, dari jam 09.00 sampai 15.30. Koleksi bukunya memang tidak terlalu banyak dan cuma boleh dibaca di tempat. Kebanyakan adalah buku-buku psikologi, sosial politik, ekonomi, dan buku dengan topik-topik ‘berat’ lainnya. Majalah dan koran juga bisa dibaca secara cuma-cuma.

Taman Pintar Trunojoyo. Photo: Tantri Setyorini
Taman Pintar Trunojoyo. Photo: Tantri Setyorini
Taman Pintar Trunojoyo. Photo: Tantri Setyorini
Taman Pintar Trunojoyo. Photo: Tantri Setyorini

Ruang bacanya nyaman, cukup lapang, dan disertai breastfeeding room. Tapi meja memang nggak ada, mungkin karena ruang yang tersedia juga terbatas.

Perpustakaan ini tergolong sepi pengunjung. Waktu saya ke sana, cuma ada satu pengunjung yang sedang asyik membaca majalah. Saat saya intip daftar tamu yang ada di meja, jumlah pengunjung harian hanya belasan. Tampaknya pengunjung yang mampir ke sini lebih butuh berteduh atau foto kekinian daripada membaca buku.

3. Pasar Buku & Seni Velodrome

Pasar Buku & Seni Velodrome. Photo: Merdeka.com/Siti Rutmawati
Pasar Buku & Seni Velodrome. Photo: Merdeka.com/Siti Rutmawati

Kota Malang punya arena balap sepeda yang disebut Velodrome. Letaknya di Jalan Simpang Terusan Danau Sentani No.3, Madyopuro. Selain menyediakan fasilitas untuk olahraga sepeda, tempat ini juga berfungsi sebagai pusat rekreasi dan kegiatan ekonomi masyarakat.

Di bagian luarnya terdapat kios-kios kaki lima berjejer rapi yang menjual buku bekas dengan harga miring. Tak beda jauh dengan Pasar Buku Wilis. Tetapi keistimewaan Pasar Buku & Seni Velodrome adalah buku antik.

Pasar Buku & Seni Velodrome. Photo: Merdeka.com/Siti Rutmawati
Pasar Buku & Seni Velodrome. Photo: Merdeka.com/Siti Rutmawati

Kamu bisa mencari buku-buku lawas yang sudah langka di sini. Harganya tentu tidak miring. Bisa mencapai ratusan ribu karena memang termasuk collectible items. Beberapa teman yang hobi koleksi buku ‘berat’ merekomendasikan tempat ini untuk berburu buku-buku filsafat yang agak sulit dicari.

Pasar Buku & Seni Velodrome ini buka setiap hari dari jam 08.00 sampai 16.00. Sebenarnya lebih cocok disebut pasar buku saja, karena sekarang sudah tidak ada penjual kerajinan tangan yang beroperasi di sana. Semuanya lapak buku bekas dan antik.

4. HD’R Comic Cafe

HD'R Comic Cafe. Photo: Tantri Setyorini
HD’R Comic Cafe. Photo: Tantri Setyorini

Sepanjang pengetahuan saya, ini adalah satu-satunya kafe di Malang yang serius mengusung konsep library cafe. Ini adalah tempat yang pas buat menyendiri sambil baca shounen manga dan shoujo manga lawas. Di lantai pertama bagian belakang ada deretan rak berisi manga, novel populer macam Harry Potter, dan buku cerita silat Indonesia. Board games juga bejibun, sampai ratusan bahkan. Soalnya kafe ini juga menjadi tempat nongkrong para pecinta board games. Ada turnamen mingguannya juga, lho.

Masih dilengkapi dengan perangkat game online dan pajangan action figure juga. Tetapi action figure-nya nggak boleh dibawa ke meja, ya.

HD'R Comic Cafe. Photo: Tantri Setyorini
Lantai pertama HD’R Comic Cafe. Photo: Tantri Setyorini

HD’R Comic Cafe menawarkan space yang lega dan nyaman. Terutama di lantai duanya yang cenderung lebih sepi dan memiliki pencahayaan paling bagus. Dari segi makanan, sajiannya tergolong biasa saja. Standar kafe-kafe Instagramable yang memang lebih menonjolkan ambience buat nongkrong daripada panganan. Rata-rata makanan dan minuman yang dijual di sana berharga Rp15.000.

HD'R Comic Cafe. Photo: Tantri Setyorini
Lantai kedua HD’R Comic Cafe. Photo: Tantri Setyorini

HD’R beralamat di Jalan Bunga Coklat No.11. Nyaris di ujung ruas Jalan Coklat, sebelah kiri jalan kalau dari Kalpataru. Kafe buka mulai jam 11 siang dan tutup di jam yang sama pada malam hari.

5. Perpustakaan Umum & Arsip Kota Malang

Perpustakaan Umum & Arsip Kota Malang. Photo: Tantri Setyorini
Perpustakaan Umum & Arsip Kota Malang. Photo: Tantri Setyorini

Perpustakaan kota biasanya identik dengan bangunan suram, bau lumut, dan koleksi buku yang sudah uzur, kan? Seperti itulah wajah Perpustakaan Umum & Arsip Kota Malang di masa kecil saya. Tetapi sejak dua dekade terakhir tempat ini sudah bersolek sedemikian rupa hingga menjadi perpustakaan modern yang sempat meraih penghargaan sebagai perpustakaan umum terbaik di Indonesia.

Tempat yang populer disebut Puskot oleh warga Malang ini berlokasi di persimpangan Jalan Ijen dan Jalan Semeru. Bangunannya memang besar, jadi mereka bisa punya beberapa ruang baca. Biasanya di lobi juga ada pemutaran film seminggu sekali. Saya lupa ada Wi-Fi atau tidak. Seharusnya sih, ada. Beberapa unit komputer yang bisa dipakai secara bergiliran setiap satu jam juga ada.

Perpustakaan Umum & Arsip Kota Malang. Photo: Tantri Setyorini
Ruang baca anak di lantai pertama Perpustakaan Umum & Arsip Kota Malang. Photo: Tantri Setyorini

Puskot ini merupakan tempat nongkrong favorit saya saat masa-masa skripsi dan jobless. Ruang baca umum di sini memang bikin betah. Bisa bawa buku sebanyak-banyaknya ke meja atau tempat duduk bergaya lesehan di setiap sudut. Mau baca sambil ngemper di sebelah rak buku kayak saya biasanya juga bebas.

Koleksi bukunya tergolong sangat lengkap. Genre apa pun bisa ditemukan, bahkan komik dan novel gaya metropop yang umumnya jarang nangkring di perpustakaan milik pemerintah begini. Ada petugas yang berkeliling membawa troli secara berkala, sigap mengambil buku-buku yang sudah selesai dibaca agar bisa dikembalikan ke raknya lagi. Jadi ruang baca senantiasa rapi.

Perpustakaan Umum & Arsip Kota Malang. Photo: Tantri Setyorini
Tempat penitipan tas di Perpustakaan Umum & Arsip Kota Malang. Photo: Tantri Setyorini

Sepanjang pengalaman saya, petugas di Perpustakaan Umum & Arsip Kota Malang ini ramah-ramah. Sayangnya, pak petugas yang paling apal dengan seluruh koleksi buku di sana sudah nggak ada. Kalau perlu buku tertentu, biasanya saya lebih suka bertanya langsung ke beliau daripada mengintip katalog digital. Kadang sampai diantarkan ke book section-nya dan diambilkan sekalian.

6. Gramedia Basuki Rahmat

Gramedia Basuki Rahmat. Photo: Tantri Setyorini
Gramedia Basuki Rahmat. Photo: Tantri Setyorini

Sebenarnya norak juga, cuma Gramedia kok dimasukkan ke dalam daftar. Apalagi Gramedia di Malang juga tidak semegah Gramedia Expo-nya Surabaya yang bikin betah itu. Tetapi kalau kamu termasuk pecinta buku dan tinggal di Malang, pilihan tempat hangout memang terbatas. Gramedia cuma ada dua, di Jalan Basuki Rahmat ini dan di Malang Town Square. Selebihnya cuma Gramedia corner atau exhibition di Giant atau Mall Olympic Garden.

Saya pribadi lebih suka main ke sini, meskipun kenyataannya lebih sering mampir ke Gramedia Matos sekalian nge-mall. Gramedia di Basuki Rahmat ini tempatnya lebih gede dan lega. Saya perhatikan banyak juga anak muda yang pacaran sambil lihat-lihat buku di sini. Belum pernah? Cobain sesekali, gih. Kalian bisa sekalian sok pintar, mansplaining/womansplaining ke pacar atau gebetan. Hahah..

Tetapi satu hal yang paling saya sukai dari Gramedia Basuki Rahmat adalah mereka punya ruangan khusus buku-buku diskon di lantai teratas. Tiap menyempatkan diri naik ke sana saya selalu khilaf bawa pulang minimal dua buku.

7. Togamas Dieng

Satu lagi toko buku mainstream yang sengaja saya masukkan ke dalam daftar. Togamas di Jalan Dieng yang letaknya tepat di lampu merah. Bersebelahan dengan Ayam Goreng Nelongso yang sama-sama rame.

Togamas ini juga cuma ada dua di Malang. Satunya lagi di kawasan Soekarno-Hatta dan belum pernah saya kunjungi. Kapan-kapanlah saya sempatkan ke sana.

Namanya juga toko buku diskon, kalau ke sini yang dicari memang buku dengan harga miring. Semua buku di sini memang dijual dengan harga lebih murah 15 persen daripada Gramedia. Kalau perlu beli novel yang tebal-tebal berharga seratus ribuan kan lumayan potongan harganya.

Tempatnya memang nggak lega dan agak gerah, tapi yang penting murah. Bisa sekalian minta disampul plastik juga. Mainan-mainan edukatif buat anak dan peralatan olahraga di sini juga lebih murah.

8. Perpustakaan Anak Bangsa

Eko Cahyono di Perpustakaan Anak Bangsa. Photo: Rizky Wahyu Permana
Eko Cahyono di Perpustakaan Anak Bangsa. Photo: Merdeka.com/Rizky Wahyu Permana

Sebenarnya saya belum pernah mampir ke perpustakaan di Sukopuro ini. Kebetulan teman sekantor saya yang sudah pernah liputan langsung ke sana. Tetapi karena saya sangat terkesan dengan cerita di balik pendiriannya, saya masukkan sekalian ke dalam daftar.

Perpustakaan Anak Bangsa berlokasi di Jalan Ahmad Yani, RT. 26 / RW. 7, Sukopuro. Ini adalah taman baca swadaya yang dikelola oleh Eko Cahyono, seorang pecinta buku juga. Tujuannya bersusah payah mendirikan taman baca ini sederhana saja. Memberikan sarana bagi masyarakat yang sebenarnya berminat baca tinggi, tetapi kekurangan sumber daya untuk mengakses bahan bacaan.

Pendirian perpustakaan dimulai Eko dengan setumpuk majalah dan koran bekas yang dijejer di emperan. Lalu berkembang jadi koleksi buku sumbangan yang harus dia kumpulkan dengan mengetuk ribuan pintu rumah warga. Sekarang jadi perpustakaan cantik dengan sederet penghargaan, belasan ribu anggota, dan puluhan ribu buku yang diperoleh lewat drop box. Pengelolanya sampai diundang Kick Andy segala.

Silakan baca kisah inspiratif Perpustakaan Anak Bangsa dan Eko Cahyono di sini.

9. Taman Baca Amin

Kontainer bekas yang ditempati Poligigi & Taman Baca Amin. Photo credit: Koleksi Pribadi
Kontainer bekas yang ditempati Poligigi & Taman Baca Amin. Photo: Tantri Setyorini

Kaata Google, tempat ini lebih dikenal dengan nama perpustakaan kontainer. Nama resminya sendiri Poligigi dan Taman Baca Amin. Lokasinya di Jalan Sultan Agung. Cuma beberapa ratus meter dari Museum Angkut yang hits itu.

Poligigi dan Taman Baca Amin dikelola oleh Jatim Park I. Bangunannya satu area dengan kompleks pujasera, rumah kaca, dan trick art museum yang ada di situ. Pas di depan salah satu gerbang Jatim Park I.

Penampakan ruang baca. Photo credit: Koleksi Pribadi
Penampakan ruang baca. Photo: Tantri Setyorini

Nilai plus Taman Baca Amin terletak di bangunannya yang unik. Dibuat dari kontainer bekas aneka warna yang lalu disulap jadi ruang baca. Kontainer biru untuk koleksi bacaan populer, hiburan dan umum. Kontainer kuning isinya bacaan wanita, sementara yang merah khusus untuk bacaan bertema sains.

Dari luar kelihatannya kecil. Tetapi bagian dalamnya luas dan ditata apik. Difasilitasi dengan ruang baca nyaman, lantai berlapis karpet, AC, colokan, dan Wi-Fi. Tak ketinggalan meja kursi dan sofa empuk di setiap sudut.

Taman Baca Amin beroperasi dari pukul 14.00 sampai 21.00. Menurut dua orang ibu pustakawati yang saya wawancarai saat itu, koleksi perpustakaannya diperoleh secara swadaya. Di tahun 2015, jumlahnya sudah mencapai 7000 buku.

10. The Library Coffee

The Library Coffee. Photo: Instagram/thelibrary.malang/cfhntr
The Library Coffee. Photo: Instagram/thelibrary.malang/cfhntr

Kafe yang satu ini berlokasi di Jl. Baluran No.2, Oro-oro Dowo. Tepat di seberang hutan Malabar dan tak jauh dari Pasar Oro-oro Dowo. Bisa dilihat dari gambar di atas, tempatnya memang sangat Instagram-able. Cocok buat nongkrong, kerja, atau sekadar melamun.

Kalau mau disebut kafe perpustakaan atau library cafe sebenarnya juga kurang pas. Pasalnya koleksi buku di sini juga tidak seberapa.  Buku-bukunya lebih berfungsi sebagai pajangan, meskipun sebenarnya boleh dibaca dan dibawa ke meja masing-masing pengunjung.

The Library Coffee. Photo: Instagram/thelibrary.malang/goodplaceid
The Library Coffee. Photo: Instagram/thelibrary.malang/goodplaceid

Kalau mau foto-foto keren dengan properti serba buku, ada banyak spot keren untuk dieksplorasi dengan kamera smartphone. Tetapi sebenarnya setiap sudut di kafe ini bisa jadi latar belakang foto yang cakep. Tinggal mepet dinding atau perabotan, tegakkan punggung, kempiskan perut, jinjit dikit, cekrek. Jadilah foto ciamik layak posting.

The Library Coffee. Photo: Instagram/thelibrary.malang
The Library Coffee. Photo: Instagram/thelibrary.malang

Soal makanan, The Library Coffee menyuguhkan makanan yang lucu-lucu. Disajikan dengan cantik pula. Porsinya cukup besar, terutama salad bowl-nya yang super gede itu. Kalau ada yang porsinya kecil, mungkin cuma pasta-pastaan yang dipanggang.

Sebenarnya masih ada satu tempat lagi yang kepingin saya masukkan daftar, yaitu lapak buku bekas di pasar minggu Mall Olympic Garden yang jadi langganan saya selama beberapa tahun terakhir. Tetapi sayangnya lapak si Bapak sudah nggak ada lagi. Minggu pagi saya sampai thawaf satu jam mengelilingi parkiran MOG dan Stadion Gajayana, tetapi tak terlihat lapak yang saya cari sejauh mata memandang.

Jadi, demikian daftar tempat-tempat seru untuk wisata buku di Malang versi The Stupid Bookworm. Ada yang tahu destinasi bookworm friendly lain?

8 thoughts on “[Listopia] 10 Tempat Wisata Buku di Kota Malang Versi Saya

  1. Nice post kak 😀
    I was love hanging out to gramed, mesti betah kalo kesana, tapi sejak kursi deket kasir yang biasa dipake buat duduk sambil baca-baca buku tak bersegel sudah tiada, jadi gak terlalu betah (hahaha gatau diri dasar si aku -_-)
    Kakak dari malang ya? Salam kenal kak!
    Aku blogger baru, main ke blog aku ya kak 😂

    Like

      1. Habbit jaman SMA tuh numpang baca kagak beli 😂
        It would mean to me if we can be friend kak Tantri hehehe 😊

        Like

      1. Yuk realisasikan di Malang. Lagi kumpul buku anak-anak aku di Jogja, hahaha. Sambil curi ilmu di beberapa perpustakaan tentang penggolongan bacaan. 😀

        Like

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.