Saya sudah pernah review novel Bridgerton pertama sampai keenam di blog ini. Jadi sekalian saja saya kumpulkan jadi satu review untuk seluruh novel Bridgerton sampai Bridgertons: Happily Ever After yang berisi epilog kedua untuk masing-masing buku.
Saya juga bakal cerita sedikit tentang spin-off Bridgerton, yaitu Smythe–Smith Quartet, Rokesby, Lady Whistledown, dan Queen Charlotte.
Review lengkap dan bahasan trivia untuk tiap buku bisa dibaca di post masing-masing judul yang sudah saya sertakan link-nya.
1. The Duke and I (Bridgerton #1)
Judul: The Duke and I – Aku dan Sang Duke (Bridgerton #1)
Judul Asli: The Duke and I (Bridgerton #1)
Penulis: Julia Quinn
Bahasa: Indonesia
Format: paperback, 464 hal.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2011)
Genre: fiksi, historical romance (roman sejarah), drama
Cerita
Sudah menjadi rahasia umum kalau Simon Basset, Duke of Hastings akan segera meminang Daphne Bridgerton, gadis manis yang selama ini cuma dianggap sebagai sahabat oleh para pria terhormat.
Hanya mereka berdua yang tahu kebenaran di baliknya. Pendekatan selama berminggu-minggu itu itu cuma taktik untuk menyelamatkan Simon dari serbuan ibu-ibu kaum bangsawan yang sedang mencari menantu.
Sementara itu, “menjalin hubungan” dengan Duke of Hastings akan membuat Daphne menjadi pusat perhatian pria lajang yang pantas dijadikan suami. Daphne memiliki paras rupawan keluarga Bridgerton dan kepribadian yang menyenangkan, tapi tak ada satu pria pun yang tertarik memperistrinya.
Namun saat melenggang di lantai dansa bersama Simon, Daphne sulit mengingat kalau kedekatan mereka hanya sandiwara. Mungkin semua ini karena senyum jail Simon… atau cara pria itu memandangnya saat mereka hanya berduaan.
Simon merasakan sesuatu saat memandang sepasang mata cokelat dan senyuman Daphne Bridgerton untuk pertama kalinya. Namun, ia tak akan membiarkan gadis itu mengetahuinya.
Daphne menyadari dirinya telah terpikat kepada Simon. Kini ia perlu meyakinkan pria itu bahwa asmara palsu mereka layak diwujudkan menjadi kenyataan.
Tokoh Utama
Simon Basset, Earl of Clyvedon, Duke of Hastings
Pewaris dukedom Hastings yang dibesarkan ayahnya dengan tangan besi. Simon berusaha keras untuk mengatasi dan menyembunyikan gagapnya dengan “tameng” sikap angkuh di hadapan semua orang.
Simon bertekad untuk membalas ayahnya. Dia tidak akan punya anak dan mengakhiri garis keturunan Hastings.
Daphne Bridgerton
Putri tertua dari keluarga Bridgerton yang agak tomboi. Dia adalah gadis yang manis, menyenangkan, dan cerdas. Namun, para pria tampaknya hanya menganggapnya cocok dijadikan teman.
Daphne merasa dirinya kurang memesona. Karena itulah, dia memerlukan bantuan Simon untuk membuat para lelaki menginginkannya.
4 Points for:
☑️ Story
☑️ Setting
☑️ Characterization
☑️ Writing style
❎ Moral/interesting trivia
Level of Interest
💗💗💗💗
Review
Serial Bridgerton dibuka dengan The Duke and I. Novel ini bercerita tentang anak perempuan tertua Violet dan mendiang Edmund Bridgerton yang bernama Daphne. Iya, nama mereka semua memang dimulai dengan urutan alfabet. Jadi, Daphne adalah anak keempat.
Melalui buku ini, pembaca diajak berkenalan dengan Daphne dan Simon, ketujuh anak keluarga Bridgerton yang lain, serta Lady Violet Bridgerton yang begitu menyayangi anak-anaknya.
Novel ini menyuguhkan “bridging” yang apik untuk kisah kakak-beradik Bridgerton di buku-buku selanjutnya, terutama Anthony, Benedict, dan Colin.
Kembali ke Daphne dan Simon, kedua karakter ini digambarkan tumbuh dalam kondisi keluarga yang berkebalikan. Akibatnya, mereka berdua juga memiliki kepribadian berbeda. Bahkan cara mereka memandang pernikahan pun bertolak belakang.
Simon mendapatkan physical abuse dan emotional abuse dari ayahnya. Flashback masa kecilnya sangat menyedihkan. Tidak mengherankan kalau Daphne yang kepribadiannya kayak bunga matahari bisa membuat si pahit Simon terpesona pada pandangan pertama.
Daphne merasa tidak dicintai, karena Simon menikahinya hanya untuk menghindari skandal. Hatinya lebih remuk lagi saat mengetahui kalau Simon bertekad tidak akan punya anak.
Terlepas dari perilakunya sebagai suami, saya lega Simon berhasil menemukan arti cinta berkat Daphne dan berubah menjadi suami yang sangat berdedikasi.
Romance trope: fake relationship, honorable marriage, opposites attract, emotional scars
Momen favorit: Bagian epilog saat Daphne melahirkan anak keempat, bayi laki-laki yang bakal jadi pewaris gelar Duke of Hastings. Pada momen tersebut, Simon yakin seratus persen kalau dia tidak akan bersikap seperti mendiang ayahnya. Dia akan mencintai anak itu apa adanya, sama seperti yang dia lakukan kepada tiga putrinya.
2. The Viscount Who Loved Me (Bridgerton #2)

Judul: The Viscount Who Loved Me – Cinta sang Viscount (Bridgerton #2)
Judul asli: The Viscount Who Loved Me (Bridgerton #2)
Penulis: Julia Quinn
Bahasa: Indonesia
Format: paperback, 456 hal.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2010)
Genre: fiksi, dewasa, historical romance (roman sejarah)
Cerita
dari laman Goodreads:
Anthony Bridgerton memutuskan ini adalah waktu yang tepat untuk menikah. Ia bahkan sudah menemukan calon istri yang cocok, Miss Edwina Bagwell yang anggun dan berparas jelita.
Satu-satunya penghalang bagi rencana Anthony adalah calon kakak iparnya, Kate Sheffield—wanita menyebalkan dan paling suka ikut campur yang pernah dikenalnya.
Perempuan itu kerap membuatnya naik darah dengan mulut pedasnya. Namun ketika Anthony memejamkan mata, wajah Kate yang muncul di benaknya.
Kate tidak percaya seorang playboy seperti Anthony Bridgerton bisa menjadi suami yang baik untuk Edwina. Ia bertekad untuk melindungi adiknya dari pria itu. Sayangnya, justru hati Kate yang tak kebal dari pesona sang viscount.
Tokoh Utama
Anthony Bridgerton, Viscount Bridgerton

Anak sulung yang mengemban tugas sebagai kepala keluarga Bridgerton sejak remaja. Punya kecenderungan untuk bersikap overprotektif dan otoriter terhadap adik-adiknya. Walaupun begitu, Anthony tak bisa berkutik jika ibunya sudah “bersabda”.
Anthony memilih pernikahan tanpa cinta karena trauma melihat kedua orang tuanya dipisahkan oleh maut.
Katharine “Kate” Sheffield

Kate adalah perempuan yang tegas dan berlidah tajam. Sama seperti Anthony, Kate juga harus mengurus ibu tiri dan adik seayahnya sejak usia 18 tahun.
Kate yang berambut gelap dan jangkung bukannya tak rupawan. Namun, ia kerap dipandang sebelah mata oleh kaum bangsawan karena pesonanya tertutupi oleh Edwina yang bersinar.
4 Points for:
☑️ Story
☑️ Setting
☑️ Characterization
☑️ Writing style
❎ Moral/interesting trivia
Level of Interest
💗💗💗💗
Review
Kalau bicara romance, sebenarnya saya lebih suka The Duke and I. Namun, latar belakang keluarga Bridgerton yang diceritakan dari memori Anthony membuat saya kepincut sama buku ini.
Kate dan Anthony adalah tokoh utama yang sebenarnya sulit disukai. Kalau kepribadian Daphne dan Simon bertolak belakang, Kate dan Anthony justru plek-ketiplek. Mereka ini sama-sama anak tertua yang “dipaksa” menjadi kepala keluarga di usia belia, jadi perangainya saat sudah dewasa juga cenderung sama.
Sikap bossy, control freak, keras kepala, arogannya Kate dan Anthony itu sama persis. Tak heran kalau pertemuan mereka hampir selalu berujung pertengkaran.
Saya suka cara Julia Quinn menggambarkan Anthony sebagai pria yang tidak menyadari traumanya. Anthony memandang dunia dengan pesimis. Pemikiran ini bersumber dari duka atas meninggalnya sang ayah yang tak diproses secara sehat.
Tentu saja, Kate akan menjadi sosok yang mampu membuat dunia Anthony jungkir balik. Kate membuat Anthony menempuh “perjalanan” yang dia perlukan demi melepas duka. Anthony juga melakukan hal yang sama untuknya.
Meskipun sinopsisnya terdengar seperti cinta segitiga, aslinya nggak begitu, kok. Edwina nggak ada naksir-naksirnya ke Anthony. Niat awalnya memang cuma mau menjalani marriage of convenience buat meringankan beban Kate, jadi dia ikut bahagia saat sang kakak menikah. Inilah alasan lain yang membuat saya menyukai The Viscount who Loved Me.
Romance trope: honorable marriage, emotional scars, lovers in denial, let the past burn
Momen favorit: Ketika Anthony ngotot buat memberikan pertolongan pertama saat Kate disengat lebah. Akhirnya mereka malah ribut sendiri dan kepergok para ibu. Adegan konyol inilah yang membuat mereka terpaksa bertunangan.
[REVIEW BUKU & TV SERIES] THE DUKE AND I VS BRIDGERTON: SEASON 1
3. An Offer from a Gentleman (Bridgerton #3)
Judul: An Offer from a Gentleman—Tawaran dari Sang Gentleman (Bridgerton #3)
Penulis: Julia Quinn
Bahasa: Indonesia
Format: paperback, 508 hal.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2001)
Genre: historical romance, drama
Sinopsis
Benedict Bridgerton tidak memiliki gelar seperti kakaknya, tapi ia dianugerahi wajah tampan, kepribadian menarik, dan kekayaan yang lebih dari cukup untuk menjadikannya sebagai bujangan incaran di London.
Benedict tidak tertarik untuk mencari jodoh seperti saran ibunya. Namun, ia berubah pikiran saat bertemu perempuan misterius bergaun perak di masquerade ball.
Sophie Beckett tak menyangka ia bisa menyelinap ke pesta topeng Lady Bridgerton yang tersohor. Ia tak pernah bermimpi seorang pangeran tampan akan menyambutnya.
Sayangnya, Sophie hanya seorang pelayan. Ia hanya bisa menikmati pelukan Benedict sampai lonceng jam berdentang dua belas kali.
Benedict yakin ia telah menemukan wanita idamannya. Namun, gadis itu meninggalkannya dengan satu ciuman tak terlupakan. Ia bahkan tak bersedia memberi tahu namanya. Hanya selembar sarung tangan tua yang bisa memberinya petunjuknya.
2 Points for:
❎ Story
☑️ Setting
❎Characterization
☑️ Writing style
❎ Moral/interesting trivia
Level of Interest
💗💗💗
Para Tokoh
Benedict Bridgerton
Anak kedua dari keluarga Bridgerton yang paling jangkung dan berjiwa seni. Meskipun terlihat santai, Benedict merasa hidupnya tak bermakna. Ia menyayangi ibu dan saudara-saudaranya. Walaupun begitu, ia juga ingin dinilai sebagai individu yang utuh, bukan sekadar salah satu Bridgerton yang dikenal sebagai si “Nomor Dua”.
Sophia Maria “Sophie” Beckett
Berambut pirang dan bermata hijau, Sophie adalah anak di luar pernikahan seorang earl dan pelayan. Meskipun berstatus pelayan, Sophie cakap dalam etiket kaum terhormat dan bahasa asing.
Awalnya, Sophie dibesarkan sebagai anak asuh sang earl. Begitu sang ayah meninggal, Sophie dipaksa menjadi pelayan oleh ibu tirinya yang culas. Mas kawin yang sudah disiapkan ayah Sophie untuknya juga dicuri oleh si ibu tiri.
Review
An Offer from a Gentleman fokus pada asmara anak kedua Bridgerton, Benedict dan pelayan jelita bernama Sophie Beckett. Ceritanya sangat khas Cinderella. Ada ibu tiri jahat, dua saudara tiri, ibu peri, pangeran yang jatuh cinta kepada gadis misterius, dan aksesoris yang tertinggal saat tokoh utama melarikan diri dari masquerade ball.
Satu poin penting yang membedakan An Offer from a Gentleman dari kisah Cinderella adalah Benedict yang sama sekali bukan prince charming. Dia ini agak bebal dan terlalu mikirin omongan tetangga.
Benedict sampai dua kali “melamar” Sophie untuk menjadi simpanannya. Untunglah dia punya banyak sifat positif lain dan mengalami character development yang signifikan di paruh kedua cerita.
Sophie sendiri bukan karakter Cinderella yang cuma bisa menangis dan nggak punya pendirian. Meskipun sering luluh kepada Benedict, dia menolak keras menjadi wanita simpanan lelaki mana pun. Pokoknya, dia tidak ingin mengulangi cerita hidup ibunya.
Happy ending Benedict dan Sophie agak berbeda dari anak-anak Bridgerton yang lain, tapi saya jamin tetap bikin pembaca puas.
Romance trope: Cinderella romance, love at first sight, star-crossed lovers, secret identity
Momen favorit: Saat Benedict dan Violet Bridgerton membebaskan Sophie dari penjara. Adegan ini mewakili pendirian Violet yang sejak awal menyatakan tidak peduli dengan status sosial pasangan pilihan anak-anaknya. Adegan ini juga membuktikan character development Benedict yang tidak lagi peduli omongan orang dan rela melakukan apa saja demi Sophie. Saking emosinya buat bela mbak ayang, dia sampai mencekik Araminta, lho! Terus masih ditambahi bogem mentah dari Sophie pula.
[REVIEW BUKU] AN OFFER FROM A GENTLEMAN (BRIDGERTON #3)
4. Romancing Mr. Bridgerton (Bridgerton #4)
Judul: Romancing Mr. Bridgerton—Romansa Mr. Bridgerton (Bridgerton #4)
Penulis: Julia Quinn
Bahasa: Indonesia
Format: paperback, 472 hal.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2010)
Genre: historical romance, drama
Sinopsis
Colin Bridgerton jenuh dianggap pria tampan tak “berisi”, diingat orang hanya karena senyumannya.
Ia bosan dengan hidupnya yang cuma berputar di tengah kaum bangsawan London. Lebih dari itu, Colin lelah mendengar namanya disebutkan pada paragraf pertama lembar berita Lady Whistledown. Tampaknya semua orang terobsesi kepada kolumnis gosip misterius itu.
Saat sang ibu mulai mendesaknya untuk menikah, Colin memutuskan ini adalah saat yang tepat untuk keliling dunia. Sekembalinya dari Siprus, ia mendapati tak ada hal yang sama lagi dalam hidupnya—terutama Penelope Featherington!
Gadis yang sudah dikenalnya bertahun-tahun, gadis yang selama ini seakan tak terlihat itu tiba-tiba menjadi sosok yang menghantui mimpi-mimpinya.
Ketika Colin mengetahui rahasia Penelope, dia harus memutuskan… apakah Penelope akan menjadi penyebab kejatuhannya atau justru jalan untuk menuju kebahagiaan?
Para Tokoh
Penelope Featherington

Salah satu anak gadis keluarga Featherington yang selalu tersisih dalam keluarga. Kerap menjadi bahan olok-olok kaum terhormat London karena sikap canggungnya.
Penelope bersahabat dengan Eloise Bridgerton sejak kecil dan sudah dianggap saudara sendiri oleh anggota keluarga Bridgerton yang lain.
Cinta Penelope kepada Colin dipendamnya sejak remaja. Ia tahu, lelaki itu tak akan pernah bisa digapainya.
Colin Bridgerton
Anak lelaki keluarga Bridgerton yang bermata hijau, punya nafsu makan luar biasa, dan disebut memiliki crooked smile paling menawan di antara kaum bangsawan London.
Colin dikenal pandai bergaul dan ramah. Walaupun terlihat santai, Colin merasa hidupnya tak punya tujuan karena ia tak memiliki pencapaian apa pun.
5 Points for:
☑️ Story
☑️ Setting
☑️Characterization
☑️ Writing style
☑️ Interesting trivia
Level of Interest
💗💗💗💗💗
Review
Romancing Mr. Bridgerton adalah novel Bridgerton terfavorit saya. Cerita Colin dan Penelope benar-benar membekas di hati. Chemistry mereka bagus banget, komedinya dapet, cerita tentang persahabatannya oke, drama keluarganya juga ada.
Saya suka banget karakter Penelope yang digambarkan cerdas, cerkas, dan lucu, tapi kurang percaya diri karena pernah obesitas. Setelah menerima nasib sebagai perawan tua, Penelope merasa lebih bebas dan mendadak jadi lebih percaya diri. Itulah yang membuat Colin terpesona meskipun sudah kenal bertahun-tahun.
Colin sendiri adalah anak keluarga Bridgerton yang karakternya paling saya sukai. Meskipun terkesan seperti pria hura-hura yang nggak punya tujuan, dia memang charming. Saya curiga Julia Quinn juga suka banget sama karakter yang satu ini. Soalnya, Colin sering dimunculkan di buku Bridgerton yang lain dengan cara simpatik.
Setiap interaksinya dengan Penelope menunjukkan chemistry yang tumpah-tumpah karena mereka punya selera humor dan passion yang sama. Intinya sudah kenal luar dalam. Tentu kadang mereka melukai ego satu sama lain. Walaupun begitu, akhirnya mereka jadi pasangan yang saling mendukung karier satu sama lain.
Romance trope: Friends to lovers, best friend’s sibling, unrequited love, secret identity
Momen favorit: Saat Colin melamar Penelope yang lagi turun dari kereta. Saking kagetnya, Penelope sampai kejeblos. Adegan ini langsung disusul momen naik darahnya Colin gara-gara keluarga Featherington nggak nyambung-nyambung saat dia menyatakan maksud buat meminang Penelope. Saya lumayan kecewa karena adegan ini tidak ada di Netflix series-nya.
[REVIEW BUKU] ROMANCING MR. BRIDGERTON (BRIDGERTON #4)
5. To Sir Philip, With Love (Bridgerton #5)
Judul: To Sir Phillip, With Love—Kepada Sir Phillip, dengan Penuh Cinta (Bridgerton #5)
Penulis: Julia Quinn
Bahasa: Indonesia
Format: paperback, 452 hal.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Genre: historical romance, drama
Sinopsis
Kepada Miss Bridgerton,
Kita telah berkorespondensi beberapa lama, dan walaupun kita belum pernah bertemu secara resmi, saya merasa sudah mengenal Anda. Mudah-mudahan Anda juga merasakan hal yang sama.
Maaf bila saya terlalu lancang, tapi saya menulis surat ini untuk mengundang Anda mengunjungi saya di Romney Hall. Besar harapan saya setelah beberapa waktu kita mungkin bisa memutuskan apakah kita cocok, dan Anda akan bersedia menjadi istri saya.
Sir Phillip Crane
Eloise Bridgerton adalah perawan tua. Phillip tahu pasti akan hal itu, jadi ia memutuskan untuk melamarnya. Eloise akan menjadi ibu yang cocok bagi anak-anaknya.
Phillip mengira Eloise adalah perempuan pendiam, penurut, dan berwajah biasa saja. Namun, wanita cantik yang berdiri di pintu depan Romney Hall sangat jauh dari kata pendiam, apalagi penurut.
Namun walau Eloise jauh dari bayangannya, ketika wanita itu berhenti bicara cukup lama hingga bibirnya tertutup, satu hal yang diinginkan Phillip hanyalah menciumnya.
Para Tokoh
Eloise Bridgerton
Anak kelima Bridgerton yang berjiwa bebas, blak-blakan, dan kelewat suka ingin tahu. Ia memiliki rambut chestnut dan paras rupawan khas Bridgerton.
Eloise sudah membayangkan kalau dirinya akan melajang selamanya bersama Penelope. Kini setelah sang sahabat menemukan cinta, ia mempertimbangkan jalan hidup yang berbeda.
Eloise bertekad untuk memilih jodohnya sendiri dan tak ragu untuk mengambil langkah berani demi mendapatkan kebahagiaan.
Sir Phillip Crane
Seorang ahli botani yang sebenarnya tampan, tapi lebih menyukai penampilan praktis dan sederhana layaknya pria kelas pekerja.
Impian Phillip adalah menjadi ilmuwan, tapi dia harus mengambil alih kewajiban sebagai baronet setelah kakaknya tewas di medan perang. Ia pun menikahi Marina, tunangan kakaknya sebagai bentuk tanggung jawab.
Sepanjang pernikahannya, Phillip putus asa dan terus dihantui rasa bersalah karena tidak bisa membahagiakan Marina. Setelah istrinya itu meninggal, Phillip makin mengisolasi diri dari dunia sekitar.
5 Points for:
☑️ Story
☑️ Setting
☑️Characterization
☑️ Writing style
☑️ Interesting trivia
Level of Interest
💗💗💗💗
Review
Siapa lelaki yang berhasil membawa si rebel, Eloise ke altar? Dia adalah Sir Phillip Crane yang introvert dan berstatus duda.
Mereka tidak berkenalan di social function kaum bangsawan. Keduanya bersahabat pena sejak Eloise mengirimkan ucapan belasungkawa atas kematian Marina. Kalau di buku, Marina adalah sepupu keluarga Bridgerton, bukan Featherington seperti di Netflix series.
Suatu saat, Phillip melamar lewat surat. Eloise yang awalnya tidak berniat menanggapi jadi kepikiran sejak Penelope mengumumkan rencana pertunangan. Sekadar informasi, cerita To Sir Philip, With Love berada di timeline yang sama dengan Romancing Mr. Bridgerton. Eloise diceritakan kabur dari pesta pertunangan Colin untuk mengunjungi Phillip.
Romansa Eloise dan Phillip cukup gemas, terutama karena karakter mereka bertolak belakang. Phillip payah dalam berkomunikasi karena kebanyakan main sama tanaman, sementara Eloise kelewat berapi-api. Phillip cenderung menghindari konflik, sementara Eloise justru ngomel melulu.
Saya suka cara novel ini menggambarkan kondisi psikis caregiver penderita gangguan kejiwaan. Nggak banyak orang memperhatikan kesehatan mental mereka. Phillip trauma dan merasa gagal sebagai suami karena tidak bisa membuat Marina bangkit dari depresi yang sudah dideritanya sejak kecil.
Interaksi Eloise dengan dua anak Phillip, Oliver dan Amanda juga menarik untuk diikuti. Mereka ini nakal dan selalu mengerjai Eloise. Namun, Eloise yang punya tujuh saudara tentu lebih cerdik. Akhirnya, Eloise berhasil merebut hati si kembar sekaligus mendidik mereka. Masalah komunikasinya dengan Phillip juga bisa diatasi.
Romance trope: pen pals, opposites attract, emotional scars, widower, let the past burn
Momen favorit: Kemunculan Anthony, Benedict, Colin, dan Gregory di Romney Hall buat gerebek Phillip. Ujung-ujungnya malah mereka yang berantem sama Eloise.
6. When He Was Wicked (Bridgerton #6)
Judul: When He was Wicked—Cinta Terpendam sang Earl (Bridgerton #6)
Penulis: Julia Quinn
Bahasa: Indonesia
Format: paperback, 444 hal.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Genre: fiksi, historical romance, drama
Sinopsis
Michael Stirling telah lama memendam cinta terhadap Francesca Bridgerton Stirling, istri John. Jatuh cinta pada istri sepupumu sendiri. Sepupu yang sudah menganggapmu saudara kandung. Tidakkah itu memalukan?
Lalu John tiba-tiba meninggal. Kini rasa bersalah baru tumbuh di hati Michael. Segala hal yang dulu menjadi milik sepupunya, kini menjadi miliknya.
Francesca marah atas kematian suaminya. Marah karena John meninggalkannya tanpa peringatan, marah karena John membawa pergi kebahagiaan Francesca bersamanya. Dan terutama, ia marah karena Michael, sahabat terdekatnya malah ikut meninggalkannya.
Ketika Francesca mulai bisa berdamai dengan keadaan, mereka bertemu kembali. Kali ini, ia mendapati dirinya memandang Michael sebagai laki-laki.
Francesca panik. Menyukai Michael? Apa kata John? Apa kata orang-orang nanti?
Empat tahun yang berlalu tak menyurutkan cinta Michael pada Francesca. Bedanya, kali ini ia yakin John akan merestui. Ia hanya perlu meyakinkan perempuan itu kalau mereka sempurna untuk satu sama lain.
Para Tokoh
Francesca Bridgerton Stirling, Countess of Kilmartin
Anak keenam keluarga Bridgerton yang paling introvert dan bermata biru. Francesca sangat menikmati kehidupan rumah tangganya yang tenang bersama John.
Saat John meninggal mendadak pada suatu malam, dunia Francesca serasa runtuh. Ia makin kecewa, karena Michael yang sudah dia anggap sebagai sahabat terbaik justru meninggalkannya untuk berduka seorang diri.
Michael Stirling, Earl of Kilmartin
Mantan playboy hura-hura yang dinobatkan sebagai Earl of Kilmartin baru setelah kematian sepupunya. Michael sangat menyayangi John sehingga ia tak kuasa menahan rasa bersalah karena diam-diam mencintai istrinya.
Kini saat Francesca memutuskan untuk mencari suami lagi, Michael bertekad untuk menjadi pria yang akan membawanya ke altar.
4 Points for:
☑️ Story
☑️ Setting
☑️Characterization
☑️ Writing style
❎ Interesting trivia
Level of Interest
💗💗💗💗💗
Review
When He Was Wicked berada di timeline yang sama dengan Romancing Mr. Bridgerton dan To Sir Phillip, with Love. Ini juga termasuk buku terfavorit saya di seri Bridgerton.
Menurut saya, Francesca punya kisah yang paling memilukan jika dibandingkan saudara-saudaranya. Dia ditinggal mati suaminya di usia pernikahan yang baru beberapa tahun. Tak hanya itu, ia juga kehilangan bayi yang dikandungnya. Karena itulah, di antara semua tokoh utama wanita di Bridgerton, Francesca yang paling saya inginkan untuk bahagia.
Selain kisah Francesca yang menyedihkan, When He was Wicked jadi lebih menarik berkat keberadaan Michael. Dia ini termasuk tokoh utama pria di seri Bridgerton yang paling bucin. Sudah gantengnya di luar nalar (Kate dan Sophie sampai ikutan memuji), cintanya ke Francesca juga ugal-ugalan nggak pakai belok.
Cinta terpendamnya terhadap Francesca membuat saya sangat bersimpati pada karakter ini, terutama karena dia memilih menjadi sahabat John dan Francesca meskipun hal itu membuatnya menderita.
Saat John meninggal, Michael malah makin menderita. Sudah merasa bersalah karena mencintai istrinya, sekarang dia juga harus mengambil alih posisi sebagai Earl of Kilmartin.
Pasangan ini butuh tarik ulur berkali-kali, denial, sampai kabur-kaburan sebelum mengakui kalau mereka saling jatuh cinta dan berhak untuk bahagia bersama.
Romance trope: second chance, forbidden love, friends to lovers, emotional scars, lovers in denial
Momen favorit: Ketika Michael membaca surat dari ibu John. Janet mengucapkan selamat atas pernikahan Michael-Francesca dan memberi restu. Ia juga menulis, “Terima kasih, Michael, karena mengizinkan putraku mencintainya lebih dulu.”
7. It’s in His Kiss (Bridgerton #7)
Judul: It’s In His Kiss—Dalam Ciumannya (Bridgerton #7)
Penulis: Julia Quinn
Bahasa: Indonesia
Format: paperback, 444 hal.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2013)
Genre: historical romance, drama
Sinopsis
Hyacinth Bridgerton adalah gadis yang manis dan cerdas, terlalu cerdas untuk selera para pria bangsawan. Ia sudah berada di “pasar perjodohan” selama tiga tahun, tapi belum ada satu pria pun yang berhasil meminangnya.
Gareth St. Clair baru kembali ke lingkar pergaulan para bangsawan dengan membawa satu rahasia besar. Ia sudah lama piatu dan sang ayah menyatakan kalau ia adalah anak haram pria lain. Setelah menolak perjodohan yang diatur ayahnya, Gareth diusir dan terancam kehilangan status sebagai St. Clair.
Suatu hari, Gareth menerima sebuah buku harian peninggalan ibunya. Isinya ditulis dalam bahasa Italia yang tak ia pahami. Lantas, Lady Danbury, nenek Gareth mengundangnya untuk menghadiri musikal Smythe-Smith yang “mengerikan”. Gareth merasa tersiksa menonton pertunjukan musik gadis-gadis Smythe-Smith, tapi ia menghabiskan waktu yang tak terlupakan berkat si cantik, Hyacinth Bridgerton. Ia menikmati momen beradu mulut dengan gadis itu.
Hyacinth penasaran terhadap kontrasnya reputasi Gareth dengan sikap yang ditunjukkannya malam itu. Mr. St. Clair memiliki reputasi buruk sebagai seorang playboy, tapi dia tidak pernah menggoda gadis baik-baik. Ia juga menunjukkan rasa sayang yang tulus kepada neneknya.
Entah apa yang merasukinya, Hyacinth mengajukan diri untuk menerjemahkan buku harian nenek Gareth.
Awalnya cuma penasaran, tapi Hyacinth mendapati dirinya ingin mengenal Gareth lebih jauh. Hubungan keduanya pun makin dekat, terutama ketika mereka mencari harta karun yang dituliskan dalam buku tersebut. Dan ketika Gareth menciumnya, Hyacinth tertegun. Ia tak bisa melupakan momen itu.
Para Tokoh
Hyacinth Bridgerton
Si bungsu yang sudah menunjukkan kecerdasan dan kecerdikannya sejak belia. Karena sifatnya ini, Hyacinth tidak punya banyak teman seusianya. Hanya Felicity Featherington dan sang kakak, Gregory yang benar-benar mengerti dirinya.
Hyacinth lebih suka menemani Lady Danbury yang “ditakuti” semua orang, karena mereka memiliki selera humor yang mirip.
Gareth St. Clair
Cucu kesayangan Lady Danbury yang memikat dan mampu mengimbangi obrolan Hyacinth Bridgerton. Karena memiliki hubungan yang buruk dengan ayahnya, ia dirawat oleh neneknya.
Gareth dikenal sebagai playboy yang hidup bebas. Sebagian alasannya menjalani hidup “liar” adalah keinginannya untuk membalas sang ayah.
3 Points for:
❎ Story
☑️ Setting
☑️Characterization
☑️ Writing style
❎ Interesting trivia
Level of Interest
💗💗💗
Review
Saat membaca It’s in His Kiss, saya langsung merasa tua. Si kecil Hyacinth yang jail sudah punya cerita cinta sendiri. Jodohnya adalah Gareth, cucu Lady Danbury yang sudah dikenal pembaca Bridgerton sejak buku pertama.
Hyacinth masih jago adu mulut dan bikin kakak-kakaknya stres, terutama Francesca dan Gregory. Bagi saya, interaksi Hyacinth dan kakak-kakaknya ini jauh lebih menarik daripada romansanya dengan Gareth.
Karakter Gareth punya banyak kesamaan dengan Simon dari The Duke and I. Ia punya masa kecil tak bahagia dan menyimpan rahasia kelam keluarga selama bertahun-tahun. Dia juga tertarik kepada Hyacinth lebih dulu dan awalnya ragu untuk berkomitmen dengan gadis itu.
Alur yang menyatukan dua tokoh utama It’s in His Kiss adalah kerjasama Hyacinth dan Gareth dalam menerjemahkan buku harian peninggalan ibu Gareth. Keduanya berusaha memecahkan misteri di balik buku tersebut dan menemukan rahasia keluarga yang bisa mengubah hidup Gareth.
Aslinya, dua orang ini sudah sama-sama tertarik sejak pertemuan pertama. Namun seperti biasa, masa lalu si tokoh utama pria membuat jalannya hubungan mereka tersendat. Untunglah, akhirnya mereka sepakat untuk tidak membiarkan luka di masa lalu menjadi penghalang buat bahagia bersama.
Romance trope: friends to lovers, dark secret, emotional scars, let the past burn
Momen favorit: Ketika Gareth menyampaikan maksudnya untuk meminang Hyacinth kepada Anthony. Si abang justru menakut-nakuti Gareth. “Yakin mau sama Hyacinth? Dipikir mateng-mateng dulu coba. Kalau nggak jadi, nggak papa, kok. Nggak bakal dicepuin ke Hyacinth. Tapi kalau jadi, awas aja. Sampai itu anak nggak bahagia, gua bikin nyesel lu.”
Anthony versi om-om yang udah kalem kumat lagi overprotektifnya, karena Hyacinth memang sudah seperti anaknya sendiri. Gareth langsung maklum. Pantes adiknya cakep, tapi bisa nggak nikah-nikah. Abangnya kayak bulldog gini.
8. On the Way to the Wedding (Bridgerton #8)
Judul: On the Way to The Wedding—Menuju Pernikahan (Bridgerton #8)
Penulis: Julia Quinn
Bahasa: Indonesia
Format: paperback, 516 hal.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2013)
Genre: historical romance, drama
Sinopsis
Gregory Bridgerton paham ia butuh tujuan hidup, sesuatu atau seseorang yang layak untuk diperjuangkan. Masalahnya, ia belum menemukan tujuan tersebut. Umurnya masih tergolong muda. Ia masih ingin menikmati hidup.
Pesta yang diselenggarakan salah satu kakak Gregory mengubah pendiriannya. Ia bertemu seorang gadis pirang bermata biru yang langsung mencuri hatinya. Pasti inilah yang disebut Benedict cinta pada pandangan pertama. Gregory pun bertekad untuk menempuh segala cara demi merebut hati Hermione Watson, sang gadis impian.
Mengetahui ketertarikan Gregory kepada sahabatnya, Lady Lucinda Abernathy memutuskan untuk menjadi mak comblang bagi keduanya. Gregory berwajah tampan, berasal dari keluarga terhormat, kaya raya, dan berperilaku baik; sesuai dengan kriteria pria idaman sahabatnya.
Lucy sendiri tidak mengharapkan cinta. Itu hanya omong kosong para pujangga. Ia adalah perempuan yang berpikiran realistis. Ia akan membangun rumah tangga yang tenang bersama lelaki yang dijodohkan dengannya.
Makin lama mereka menghabiskan waktu bersama, Gregory dan Lucy dihadapkan pada satu pertanyaan. Saat cinta muncul tak terduga dan melumpuhkan akal sehat, sanggupkah mereka berjuang meraihnya? Ataukah mereka akan bertahan dengan rencana masing-masing?
Para Tokoh
Lady Lucinda “Lucy” Abernathy
Lucy adalah perempuan muda yang berpikiran praktis. Ia tak punya harapan muluk-muluk dalam berumah tangga kelak. Pernikahan tanpa konflik dan “pantas” tampaknya sudah cukup untuknya. Namun, semua itu berubah sejak dia bertemu Gregory Bridgerton.
Gregory Bridgerton
Pria yang ramah, humoris, romantis, dan loyal. Saking romantis dan loyalnya, Gregory hampir terlambat menyadari kalau cinta tidak selalu sesuai dengan gambaran romantis di kepalanya dan kehilangan Lucy.
2 Points for:
❎ Story
☑️ Setting
❎Characterization
☑️ Writing style
❎ Interesting trivia
Level of Interest
💗💗💗
Review
Inilah romansa si anak lelaki bontot, Gregory yang diceritakan di buku kedelapan. Seperti biasa, cerita dibuka dengan anak lelaki Bridgerton yang mempertanyakan sense of purpose dalam hidupnya. Tampaknya cuma Anthony yang sudah tahu tujuan hidupnya sejak awal.
Gregory galau karena hidupnya cuma begitu-begitu saja. Sudah mempertimbangkan karier militer segala, Bang Tony malah menyarankan adiknya buat cari istri. Lalu, Gregory bertemu dengan Hermione dalam sebuah pesta yang adegannya mirip pertemuan Benedict-Sophie. Si bungsu pun langsung terpesona. Wah, sudah ketemu aja, nih, calon jodohnya!
Oh, jangan buru-buru! Novel Bridgerton yang ini ceritanya seruwet drakor makjang. Gregory jatuh cinta kepada Hermione, lalu meminta bantuan Lucy, tapi lama-lama justru Lucy yang sering berada di lamunannya. Sayangnya, Gregory terlalu keras kepala untuk mengakui.
Lucy lebih dulu menyadari perasaannya. Masalahnya, Gregory menyukai sahabatnya. Lucy sendiri sudah bertunangan. Butuh momen denial berkali-kali sampai keduanya sadar kalau mereka saling jatuh cinta. Sadarnya pun sudah injury time, baru takut kehilangan saat hari H pernikahan dengan pasangan masing-masing.
Novel ini merupakan penutup yang manis dari seri Bridgerton. Cerita Gregory dan Lucy yang semi-ribet itu cukup berkesan. Pembaca dibuat gemas dengan kebebalan mereka sampai saat terakhir.
Novel ini juga menampilkan kakak-beradik Bridgerton yang lain. Mereka sudah berubah jadi orang tua, kakak yang ngemong, dan kakak ipar nan seru. Rasanya pembaca seperti ikut tumbuh bersama karakter-karakter Bridgerton.
Uniknya, di antara kakak-beradik Bridgerton, ternyata justru Gregory yang meneruskan tradisi punya anak sekompi. Sembilan anak, lho!
Romance trope: friends to lovers, unrequited love, forbidden love, lovers in denial, runaway bride
Momen favorit: Ketika Gregory nekat mengambil risiko untuk menggagalkan pernikahan Lucy.
9. The Bridgertons: Happily Ever After (Bridgerton #8.5)
Judul: The Bridgerton’s: Happily Ever After—Bahagia Selamanya (Bridgerton #8,5)
Penulis: Julia Quinn
Bahasa: Indonesia
Format: paperback, 396 hal.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2014)
Genre: historical romance, drama
Sinopsis
Kadang akhir sebuah cerita merupakan awal dari cerita yang baru.
Pada suatu waktu, seorang pengarang menciptakan sebuah keluarga. Namun mereka bukan keluarga biasa. Delapan saudara, ditambah ibu ambisius yang memegang peranan besar dalam perjodohan anak-anaknya. Mereka adalah keluarga Bridgerton, keluarga bangsawan yang istimewa.
Melalui delapan novel best seller, para pembaca tertawa, menangis, jatuh cinta, dan menginginkan lebih. Lalu para pembaca bertanya kepada sang pengarang, “Apa yang terjadi selanjutnya?”
Apakah Simon benar-benar tak akan membaca surat mendiang ayahnya?
Siapakah yang memenangkan pertandingan Pall Mall “legendaris” keluarga Bridgerton?
Apakah saudara tiri Sophie yang baik hati bakal menemukan bahagia seindah dongeng seperti dirinya?
Siapakah yang akhirnya memberi tahu Eloise identitas Lady Whistledown?
Apakah Francesca dan Michael berkesempatan menjadi orangtua?
Inilah kumpulan epilog kedua yang mengajak pembaca untuk mengintip kehidupan keluarga Bridgerton setelah kisah mereka berakhir.
4 Points for:
☑️ Story
☑️ Setting
☑️Characterization
☑️ Writing style
❎ Interesting trivia
Level of Interest
💗💗💗💗
Review
Inilah buku penutup serial Bridgerton. Isinya adalah epilog kedua untuk masing-masing buku. Epilog-epilog ini sekaligus menjadi jawaban Julia Quinn atas pertanyaan para pembaca tentang kehidupan para tokoh di Bridgerton setelah cerita mereka tamat.
Setelah sekian tahun tak hamil, Daphne mengandung lagi di usia 40-an. Hal ini menjadi sumber kegundahannya di epilog pertama. Ia dan Simon juga kedatangan Colin-Penelope yang kebingungan karena salah satu anak mereka mengalami speech delay. Lalu, ada pula surat-surat peninggalan ayah Simon yang masih belum dibaca setelah sekian tahun.
Kate dan Anthony di epilog kedua jadi lebih kalem. Karena sudah berdamai dengan diri sendiri, Anthony berubah menjadi kakak yang lebih santai dan mengayomi. Sementara Kate menjadi kakak ipar yang asyik dan bijak. Mereka cuma nggak mau saling mengalah kalau sudah berurusan dengan permainan Pall-Mall. Pembaca juga bisa bertemu lagi dengan Edwina di bagian ini.
Second epilogue buku ketiga fokus pada Posy, si saudara tiri baik hati yang sedang mengunjungi kediaman Sophie dan Benedict. Sophie berniat mencarikan jodoh buat Posy, tapi ternyata dia lebih dulu saling jatuh cinta pada pandangan pertama dengan pendeta di daerah situ. Dialog Sophie dan Benedict saat mengintip mereka berduaan benar-benar lucu.
Karena Colin-Penelope sudah muncul di second epilogue buku pertama, epilog kedua Romancing Mr. Bridgerton difokuskan pada hari pernikahan Eloise. Colin dan Penelope berencana membuat Eloise speechless dengan membongkar rahasia Lady Whistledown di saat-saat terakhir.
Selanjutnya, ada second epilogue To Sir Phillip, with Love yang disampaikan dari sudut pandang Amanda, anak tiri Eloise. Amanda yang sudah berusia 19 tahun menceritakan pertemuan pertamanya dengan sang calon suami. Dia juga membagikan sekilas cerita “keluarga Cemara-nya”, rasa sayangnya kepada Eloise, dan asmara kedua orang tuanya yang masih membara meskipun sudah tak muda lagi.
Second epilogue buat When He was Wicked menceritakan tahun ketiga pernikahan Francesca dan Michael. Mereka masih belum dikaruniai momongan dan hal itu membuat Francesca hampir putus asa. Saya suka epilog yang satu ini karena membahas masalah yang juga dialami banyak pasangan suami istri modern.
Pada epilog kedua It’s in His Kiss, Hyacinth teringat perkataan ibunya yang pernah berujar semoga dia punya anak perempuan yang persis seperti dirinya. Itulah hal yang harus dihadapi Hyacinth saat ini, seorang anak perempuan yang suka membantah dan selalu bikin orang-orang di sekitarnya kepingin tobat, persis seperti dirinya dulu.
Epilog kedua On the Way to the Wedding dibuka dengan surat Hyacinth yang sedang berada di kediaman Gregory dan Lucy. Hyacinth menceritakan persalinan Lucy kepada suaminya. Ia melahirkan sepasang anak kembar dan mengalami pendarahan hebat. Untunglah, kondisi Lucy berangsur membaik. Gregory pun memutuskan sembilan anak sudah cukup.
Sebagai penutup, ada bab berjudul “Violet in Bloom” yang menceritakan kilas balik hidup mama anak-anak Bridgerton, dimulai dari masa kanak-kanaknya dengan Edmund, pertemuan mereka kembali setelah dewasa, masa bulan madu, meninggalnya Edmund, kelahiran Hyacinth yang membuat Violet keluar dari duka hingga ulang tahun ke-75 yang disambutnya dengan penuh syukur.
Ada satu bagian yang menceritakan Violet diajak berdansa oleh seorang pria tak dikenal di masquerade ball yang dia selenggarakan. Sebenarnya ini bisa jadi hint tentang cinta kedua Violet. Namun, tampaknya Julia Quinn terlalu sayang kepada Edmund dan membuat Violet terus menjanda sampai usia senja.
Tidak semua epilog di buku ini saya suka. Walaupun begitu, saya sudah cukup senang bisa membaca interaksi kakak-beradik Bridgerton yang masih suka ricuh meskipun sudah jadi emak-emak dan bapak-bapak.
Spin-off Serial Bridgerton
Setelah rampung mengulas novel-novel Bridgerton, saya mau sedikit membahas soal seri-seri lain yang jadi spin-off-nya. Judul yang sudah saya baca cuma buku pertama Smythe-Smith, sih. Jadi saya nggak bisa berkomentar banyak untuk isinya.
Rokesby (4 Buku)




Serial Rokesby ini bisa disebut prekuel dari Bridgerton. Latar waktunya mundur ke abad 18. Fokus cerita di masing-masing buku adalah keluarga Rokesby yang bertetangga dengan keluarga Bridgerton. Berikut ini urutan judulnya dan pasangan-pasangan yang jadi tokoh utama di tiap buku.
- Because of Miss Bridgerton – Billie dan George
- The Girl with the Make-Believe Husband – Cecilia dan Edward
- The Other Miss Bridgerton – Poppy dan Andrew
- First Comes Scandal – Georgiana dan Nicholas
Sebagai bonus, pembaca bisa bertemu lagi dengan beberapa karakter dari seri Bridgerton. Lebih tepatnya Anthony dan Benedict kecil serta Colin yang masih bayi.
Smythe-Smith Quartet (4 Buku)




Kalau sudah tamat baca Bridgerton, pasti sudah tak asing dengan nama Smythe-Smith. Iya, itu adalah nama keluarga yang rutin bikin musikal paling dihindari kaum bangsawan London. Pertunjukan musik mereka segitu parahnya sampai disebut “makin buruk dari tahun ke tahun” dan bisa “membuat Mozart jungkir balik di dalam kubur”.
Entah bagaimana, gadis-gadis yang bergabung dalam kuartet Smythe-Smith selalu berganti tiap tahun, tapi tak ada satu pun yang tidak buta nada.
Jadi, gadis-gadis Smythe-Smith ini sepupuan. Ini judul buku-buku yang menceritakan percintaan mereka dan di balik layar persiapan musikal tahunan yang bikin kaum ton kapok itu.
- Just Like Heaven – Honoria dan Marcus
- A Night Like This – Anne dan Daniel
- The Sum of All Kisses – Sarah dan Hugh
- The Secrets of Sir Richard Kenworthy – Iris dan Richard
Queen Charlotte
Selanjutnya, ada Queen Charlotte yang ceritanya bisa disaksikan di webseries Bridgerton produksi Netflix. Meskipun akrab dengan Violet dan Lady Danbury di webseries-nya, Charlotte sendiri tidak pernah muncul di buku.
Queen Charlotte ini punya cerita yang jauh lebih menyentuh daripada seluruh novel Bridgerton. Saya sampai mewek bombai saat menonton webseries-nya. Nah, daripada berpanjang-panjang, saya sematkan sinopsisnya saja, ya.
“We are one crown. His weight is mine, and mine is his…”
—Ratu Charlotte tentang Raja George di Queen Charlotte
Pada tahun 1761, pada hari yang cerah di bulan September, seorang raja dan calon permaisurinya bertemu untuk pertama kalinya. Mereka akan menikah dalam hitungan jam.
Charlotte of Mecklenburg-Strelitz yang berdarah Jerman adalah perempuan muda nan cantik dan cerdas. Namun, ia terlalu cerdas dan keras kepala. Pihak istana merasa ia tak cukup ideal untuk menjadi mendampingi George III.
Siapa sangka, justru sosok seperti Charlotte yang dibutuhkan George. Pasalnya, George menyimpan rahasia kelam yang bisa membahayakan posisinya sekaligus kestabilan monarki.
Charlotte harus beradaptasi terhadap peran barunya sebagai ratu sesegera mungkin. Tak mudah untuk mencegah dirinya terseret arus politik di istana. Namun yang paling sulit bagi Charlotte adalah melindungi hatinya. Suami yang Charlotte cintai menutup diri darinya. Ia merasa sendirian.
Lady Whistledown (3 Buku)



Lady Whistledown juga ada series-nya sendiri. Tentu tokoh utamanya bukan Penelope. Dia cuma berkomentar sebagai Lady Whistledown seperti di empat buku pertama Bridgerton.
Ada tiga buku di seri ini. Buku pertama, The Wit and Wisdom of Bridgerton cuma berisi kumpulan quote di novel-novel Bridgerton dan perkenalan kembali kakak-beradik Bridgerton kepada pembaca oleh Lady Whistledown.
Buku kedua dan ketiga baru menampilkan cerita dan karakter yang baru. Dua novel ini ditulis secara “keroyokan” oleh Julia Quinn, Karen Hawkins, Suzanne Enoch, dan Mia Ryan.
Masing-masing penulis menyumbangkan satu cerita pendek. Sementara komentar-komentar Lady Whistledown yang ada di tiap judul ditulis Julia Quinn semua. Berikut ini judul-judulnya.
- The Wit and Wisdom of Bridgerton
- The Further Observations of Lady Whistledown
- Lady Whistledown Strikes Back
Miss Butterworth and the Mad Baron
Terakhir, ada Miss Butterworth and the Mad Baron yang sebenarnya tidak ada kaitan langsung dengan keluarga Bridgerton, tapi muncul di beberapa novel Julia Quinn. Masih ingat novel dengan cerita aneh yang dibacakan Hyacinth untuk Lady Danbury di It’s in His Kiss? Nah, itulah Miss Butterworth and the Mad Baron.
Miss Butterworth and the Mad Baron aslinya cuma hasil kreasi iseng Julia Quinn. Rupanya, Quinn cukup menyukai novel di dalam novel ini. Terbukti, Miss Butterworth and the Mad Baron juga muncul di empat novelnya yang lain.
Kali ini, Miss Butterworth and the Mad Baron hadir dengan cerita yang utuh dalam format graphic novel. Silakan simak sinopsisnya, ya!
Dilengkapi ilustrasi kocak dari Violet Charles dan diceritakan dengan nuansa komedi khas Julia Quinn, Miss Butterworth and the Mad Baron adalah kisah romantis dengan latar abad 19 yang akan menghibur para pembaca modern.
Lahir dalam keluarga bahagia yang kemudian hancur karena wabah cacar, Miss Priscilla Butterworth menggunakan kecerdasannya untuk bertahan dari serangkaian ujian hidup yang ganjil. Ia dipisahkan dari ibu dan nenek tercintanya dengan kejam, lalu harus tinggal bersama bibi yang keras hati dan selalu memeras tenaganya.
Akhirnya, Miss Butterworth yang cerdas dan berhati lembut berhasil melarikan diri… menuju ketidakpastian yang ternyata membawanya kepada seorang “baron gila” dan cinta sejati.
***
Yak, sekian ulasan panjang lebar saya untuk Bridgerton series karya Julia Quinn dan sederet spin-off-nya. Sudah baca yang mana saja? Jangan-jangan malah sudah baca semua.


















