
Judul: The Tokyo Zodiac Murders
Pengarang: Soji Shimada
Tahun Penerbitan: 1987 (Jepang), 2012 (Indonesia)
Penerbit: Kodansha (Jepang), Gramedia Pustaka Utama (Indonesia)
Genre: misteri, detekti
Alih Bahasa: Barokah Ruziati
Latar Tempat: Tokyo, Kyoto
Latar Waktu: 1936, 1979
Cerita
Seorang pelukis eksentrik Tokyo ditemukan tewas di dalam studionya yang terkunci pada suatu malam bersalju di tahun 1936. Di tempat itu ditemukan dua jejak kaki yang mencurigakan dan surat wasiat aneh yang ditulis oleh Heikichi Umezawa, si pelukis. Isinya tentang perencanaan rinci Heikichi untuk menciptakan Azoth sang wanita sempurna dari potongan tubuh para perawan di keluarganya.
Kemudian tujuh orang wanita muda dalam keluarga Umezawa dibunuh. Enam di antaranya menghilang bersama-sama, lalu ditemukan di enam tempat berbeda dengan anggota tubuh termutilasi, sesuai dengan prinsip astrologi yang dipaparkan dalam wasiat Heikichi.
Pembantaian keluarga Umezawa itu mengguncangkan Jepang, menantang penyidik dan para detektif amatir untuk memecahkannya. Tapi kebenaran di balik kasus itu tak pernah terungkap.
Empat puluh tahun kemudian, berkas kasus yang disebut pembunuhan Tokyo tersebut sampai ke tangan Kiyoshi Mitarai. Bersama sahabatnya Kazumi Ishioka, Mitarai mulai menelusuri jejak si pembunuh dan mencari keberadaan Azoth.
Tokoh
Di buku ini, semua tokoh yang terlibat dijelaskan dalam pengenalan tokoh di halaman pertama. Jadi saya akan menjelaskan tentang dua tokoh utamanya saja.
Kiyoshi Mitarai
Astrolog sekaligus detektif amatir. Berpikiran tajam, eksentrik dan suasana hatinya mudah berubah. Sama seperti kebanyakan tokoh detektif, memiliki arogansi tersendiri dalam menilai kecerdasannya.
Kazumi Ishioka
Sahabat Mitarai yang berimajinasi tinggi. Ilustrator yang menggilai cerita misteri. Sama seperti kebanyakan asisten detektif, Ishioka sering dijadikan bahan lelucon oleh Mitarai.
2 points for:
☑️ Good Story/Idea
❎ Good writing style
☑️ Well-developed characters
❎ Additional information/message
Level of Interest

Review
Buat yang suka baca kisah detektif dan berencana baca buku ini, jangan mengharapkan trik pembunuhan yang rumit dan penyelidikan yang serba canggih. Kenapa? Karena novel ini bersetting tahun 1936 dan 1979 di mana teknologi belum secanggih sekarang. Tahun penulisannya sendiri juga sudah lama, mengingat ini adalah novel debut Soji Shimada yang ternyata juga astrolog, seperti Kyoshi Mitarai si hero.
Walaupun begitu, cara penyampaian The Tokyo Zodiac Murders masih cukup beda, bahkan untuk zaman sekarang. Cerita dimulai dari kata pengantar Kazumi Ishioka, Dr. Watson-nya Mitarai sekaligus narator dalam cerita ini. Ishioka mengajak pembaca untuk bersama-sama membongkar kasus pembunuhan yang penyidikannya jalan di tempat selama lebih dari empat puluh tahun.
Setelah itu, The Tokyo Zodiac Murders dilanjutkan dengan sebuah sebuah surat wasiat panjang Heikichi Umezawa, si pencetus ide Azoth sekaligus korban pertama Pembunuh Zodiak Tokyo. Lalu, muncullah surat wasiat kedua dari seseorang yang tak diduga. Surat tersebut mengubah total arah penyidikan Mitarai.
Bagi saya, pemaparan analisis Mitarai di sini sedikit berbelit-belit dan repetitif. Saya lebih menyukai pemaparan to the point ala Hercule Poirot dan Sherlock Holmes. Padahal, Mitarai suka banget ngatain cerita-cerita Sherlock Holmes.
“Let me see… What’s your favourite Sherlock Holmes case?”
“I love them all!”
“Just choose one.”
“OK… ‘The Speckled Band’. That was Arthur Conan Doyle’s own favourite, and it’s also his most popular story.”
“Oh, that one! It’s the weirdest of all his cases! It’s a story about a snake, right? If you keep a snake in a safe, it will soon die from lack of oxygen. And suppose it does survive in the box: snakes don’t drink milk. Have you ever seen any reptiles breast-feeding their babies? Only mammals do that. And how about a man whistling for a snake? Actually snakes can’t be trained. They don’t have ears, so how can they respond to a man’s commands? It’s a matter of common sense. Was Holmes stupid or what? Since the incidents were so unrealistic, I have to assume the story was made up by Dr Watson.”
—dialog Kiyoshi Mitarai dan Kazumi Ishioka di The Tokyo Zodiac Murders (Soji Shimada)
Untungnya, di dalam buku dicantumkan silsilah keluarga, keterangan singkat tentang masing-masing tokoh, dan ilustrasi TKP serta kondisi jenazah para korban. Jadi cukup mudah untuk membayangkan situasi saat kejadian.
Seperti yang sudah saya katakan, tak ada trik yang istimewa dalam buku ini. Apalagi kalau kita sudah terbiasa membaca Detektif Conan, Kindaichi, QED, Dan Detective School, dan terlebih lagi CSI. Tapi untuk sisi orisinal dalam penyampaian cerita, bolehlah dihargai.
Saya juga ingin menyoroti cover buatan GPU di cetakan yang saya punya ini. Memang lebih bagus daripada cover The Tokyo Zodiac Murders yang lain. Tapi, gambarnya nggak sesuai sama deskripsi jenazah di dalam buku. Jadinya cukup menyesatkan imajinasi pembaca.
The Tokyo Zodiac Murders dan Story Arc Pembunuhan di Desa Eropa Detektif Kindaichi

Saya menemukan banyak kesamaan antara pembunuhan zodiak Tokyo dengan salah satu kasus dalam Detektif Kindaichi, Pembunuhan di Desa Gedung Eropa.
Saya sudah tak terlalu ingat detail kasusnya. Pokoknya ada tujuh mumi hangus terbakar dengan bagian tubuh yang hilang. Konsepnya sama persis. Meskipun The Tokyo Zodiac Murders jauh lebih dulu terbit, tapi saya membaca manga Kindaichi lebih dulu. Akhirnya, saya jadi bisa menebak trik dan identitas si pembunuh zodiak jauh sebelum akhir cerita.
Trivia
Azoth

Sebenarnya apakah azoth? Saya mencoba mencari keterangan tentang dewi bernama Azoth dalam mitologi manapun, tapi tak berhasil menemukan apapun. Adanya cuma azoth, sebutan untuk sungai air kehidupan.
Tapi memang benar seperti yang dikatakan Heikichi, Azoth berhubungan dengan alkimia dan kesempurnaan. Azoth disebut-sebut sebagai zat pelarut universal, obat segala penyakit, sampai ramuan awet muda yang dicari-cari sejak ribuan tahun lalu. Ada juga yang mengatakan kalau azoth berasal dari bahasa Arab, dipakai untuk menyebut zat merkuri.
Good review 🙂
Aku baru baca TZM, dan kebetulan juga baca Kindaichi juga. Pas baca TZM, kayak de javu, ternyata ada episode di Kindaichi yang mirip banget sama alur cerita di TZM. Entah siapa yang ngikutin siapa, haha.
LikeLike
sangat di sayangkann seorang yang suka membaca cerita misteri berpendapat bahwa Tokyo Zodiac murder tak memilliki trick yang bagus. FYI , salah satu cerita di kindaichi pun merupakan , tiruan secara langsung dari tokyo Zodiac Murder, dan di edisi yang di publikasi di amerika, di cantukan untuk membaca Tokyo Zodiac Murder sebelum membaca cerita dari Kindaichi tersebut.
LikeLike
Yah, namanya juga pendapat pribadi 😀
Saya memang merasa kurang greget saat membaca Tokyo Zodiac Murder karena jauh sebelumnya sudah membaca Kindaichi lebih dulu. Meskipun jelas, dilihat dari tahun rilis si Tokyo Zodiac memang terbit lebih dulu.
LikeLike
Saya pny komik kindaichi. Di bagian depannya mmg tertulis “Trik utama dalam kasus ini menggunakan trik dlm The Tokyo Zodiac Murder yg terbit pertama tahin 1981. Blabla..”
Jd Seimaru Amagi mmg mengakui hal tsb 😉
LikeLike