
Judul: Unwind: Pemisahan Raga (Unwind Dystology #1)
Penulis: Neal Shusterman
Format: paperback, 456 hal.
Bahasa: Indonesia
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (Indonesia), Simon & Schuster (AS)
Tahun Penerbitan: 2013 (Indonesia), 2007 (AS)
Genre: fiksi ilmiah, dystopia, young adults
Lanjutan: UnWholly (Unwind Dystology #2)
Cerita
Connor si pembuat onar. Risa si anak yatim piatu yang hidupnya bergantung pada panti asuhan milik negara. Lev yang besar di tengah keluarga religius. Garis hidup tiga anak yang tidak saling mengenal ini telah ditentukan.
Mereka dijadwalkan untuk menjalani unwinding (pemisahan raga) dalam waktu dekat. Kemudian nasib mempertemukan ketiganya dalam suatu kebetulan.
Bersama mereka melakukan perjalanan yang penuh bahaya, mencoba melawan takdir yang sudah disiapkan oleh orang dewasa di sekeliling mereka, dan yang terpenting: bertahan hidup dengan raga yang utuh sampai usia delapan belas tahun.

Para Tokoh
Connor Lassiter
Remaja pembangkang berotak cerdas dan pemberani. Keluarga Connor yakin suatu saat ia akan menjadi sampah masyarakat, karena itu mereka memutuskan untuk menjadikannya unwind.
Risa Megan Ward
Risa adalah gadis yang cerdas namun bijaksana. Tapi ia tak memiliki bakat yang sangat menonjol dalam bidang apapun. Karena itulah ia dijadikan unwind, untuk mengurangi beban ekonomi panti asuhan tempatnya tinggal.
Levi Jedediah Calder
Lev merupakan ‘persembahan’. Anak yang menjadi unwind secara sukarela. Unwinding merupakan bagian dari keyakinan orangtua Lev, suatu bentuk ketaatan mereka terhadap Tuhan. Sejak kecil ia sudah diajarkan untuk menerima bahwa kelak ia akan menjadi ‘sumbangan mulia’ bagi umat manusia.
Unwinding
Unwinding (pemisahan raga) adalah bagian dari RUU Kehidupan yang dicanangkan untuk mengakhiri Perang Sipil Kedua/Perang Heartland, perselisihan mengenai legalitas aborsi antara golongan Pro-kehidupan dan Pro-pilihan. Undang-undang ini menyatakan bahwa nyawa manusia tak boleh diganggu gugat terhitung sejak masa pembuahan hingga usia tiga belas tahun. Tapi antara usia tiga belas sampai delapan belas tahun orangtua diperbolehkan memilih untuk ‘menggugurkan’ anak mereka, dengan syarat hidup anak tersebut secara teknis tidak berakhir.
Proses ‘pengguguran’ ini disebut unwinding, di mana setiap bagian tubuh si anak akan dipisah dan ditransplantasikan untuk orang yang membutuhkan. Dengan begitu secara teknis si anak akan tetap hidup, hanya saja dalam keadaan terpisa-pisah di tubuh orang -orang lain.

RUU Kehidupan juga memuat peraturan tentang Prakarsa Pembuangan Bayi. Orangtua yang merasa tak mampu membesarkan anak mereka diperbolehkan ‘membuang’ anak mereka dengan meninggalkan anak tersebut di depan rumah orang lain. Jika tindakan tersebut tidak diketahui siapapun, maka bayi yang ditinggalkan itu secara sah menjadi tanggung jawab keluarga pemilik rumah.
4 points for:
contains morale/additional information
Level of Interest
My Review
Unwind merupakan salah satu buku Young Adults terbaik. Disampaikan dengan lugas dan penuh sindiran melalui sudut pandang ketiga tokoh utamanya yang memiliki karakter dan latar belakang berbeda. Tidak dijejali dengan roman khas Young Adults yang seringkali membuat sebal. Dan terutama sangat menggugah, karena membuat kita berpikir tentang isu-isu yang dibahas di dalamnya.
Seperti biasa, terjemahan Gramedia memang berkualitas, baik dalam pemilihan kata maupun pengetikan. Sayang aku kurang terkesan dengan sampulnya. Meskipun mewakili isi buku dengan tepat, menurutku cover aslinya lebih artistik dan berkesan kelam. Cocok dengan emosi yang kurasakan saat membaca buku ini.
Metafora Atas Maraknya Aborsi dan Perdagangan Organ Tubuh
Unwind menghadirkan tema distopia yang cukup berbeda. Mengetengahkan isu aborsi dan perdagangan organ tubuh yang juga menjadi masalah serius dalam kehidupan nyata saat ini, hanya saja dalam bentuk yang sangat ekstrim, sangat distopia.
Kisah Lev, Risa, Connor, kisah CyFi dan Humphrey Dunfee yang memilukan, juga nasib Roland yang mengenaskan, semuanya mengingatkan kita pada aborsi, hanya saja di sini yang digugurkan bukan bayi, melainkan anak-anak remaja.
Pergulatan batin para tokoh saat menghadapi ketidakadilan nasib mereka membuat kita berpikir ulang mengenai praktik aborsi yang di beberapa negara sudah dilegalkan. Apapun alasannya, bukankah aborsi pada dasarnya merupakan pelanggaran terhadap hak hidup seseorang? Kenapa melegalkan suatu bentuk kesewenang-wenangan seperti itu?
Risa yang harus berkorban dijadikan unwind untuk mengurangi beban ekonomi panti asuhan membuatku teringat pada kasus perdagangan bayi yang beberapa waktu lalu marak diberitakan media massa. Banyak bayi yang dijual orangtuanya dengan alasan kesulitan ekonomi. Dan kita tahu bayi-bayi ini banyak yang berakhir di tangan mafia perdagangan organ ilegal.

Rasanya egois sekali dan sangat tidak bertanggungjawab, mengeksploitasi anak sendiri untuk menanggung beban hidup orangtua. Padahal orangtualah yang bertanggungjawab untuk menyejahterakan anaknya.
Pro-kehidupan atau Pro-pilihan?
Seandainya kita hidup dalam universe Unwind, terutama pada masa perang Heartland, kubu mana yang akan kamu pilih? Pro-kehidupan atau Pro-pilihan? Pro-aborsi atau anti-aborsi? Aku cenderung memilih pro-kehidupan. Karena menurutku yang berhak menentukan kelangsungan hidup seseorang cuma orang itu sendiri dan Tuhan.
Kalau alasan aborsi adalah karena si orangtua tidak mampu merawat anaknya, menurutku ketika seseorang sudah siap melakukan seks yang berisiko kehamilan berarti dia juga sudah harus siap menjadi orangtua, suka atau tidak. Kalau nggak mau jadi orangtua, then use condom, or just stay away from premarital sex.