[Review Buku] Eden In The East – Surga Yang Hilang di Asia Tenggara

Saya membaca buku ini karena tertarik dengan teori Oppenheimer tentang lokasi Atlantis di Indonesia, teori kontroversial yang sempat heboh beberapa tahun lalu, terutama di Indonesia. Waktu itu berbagai stasiun televisi menghadirkan acara bincang-bincang yang membahas topik ini. Tentu saja banyak yang bereaksi khas orang Indonesia, skeptis. Tepatnya skeptis terhadap kemungkinan bahwa Indonesia bisa menjadi bagian dari sesuatu sefantastis itu.

Judul: Eden In The East (Surga di Timur): Benua yang Tenggelam di Asia Tenggara
Penulis: Stephen Oppenheimer
Format: paperback, 575 hal.
Bahasa: Indonesia
Penerbit: Ufuk Press (Indonesia)
Tahun Penerbitan: 2010 (Indonesia)

Level of Interest

❤️❤️❤️

Review

Buku ini berisi kajian dan teori fenomenal Oppenheimer mengenai Asia Tenggara sebagai lokasi ‘surga yang hilang’ yang disebut-sebut dalam berbagai mitos. Buku ini, yang sangat tebal—tidak saya baca halaman demi halaman—menyajikan paparan Oppenheimer mengenai hal-hal berikut.

Sundaland = Eden?

Di sini dijelaskan kalau Indocina, wilayah semenanjung Melayu, termasuk Sumatera, Jawa, dan Kalimantan dulunya merupakan satu benua besar yang disebut Sundaland. Pada akhir zaman es, terjadilah banjir besar yang menenggelamkan sebagian dataran Sundaland dan akhirnya membuat sebagian benua tersebut tenggelam, menyisakan daratan-daratan terpisah yang kita kenal sekarang. Tepatnya ada empat kejadian banjir besar (dua di antaranya dalam waktu yang berdekatan) yang terjadi tiba-tiba, berbeda dengan pendapat yang berkembang selama ini mengenai tiga kejadian banjir yang menandai akhir zaman es.

eden2

Lebih jauh lagi, Oppenheimer menyajikan pembuktian berbasis oseanografi, arkeologi, linguistik, antropologi, dan genetika mengenai Sundaland sebagai induk peradaban dunia. Menurut Oppenheimer, setelah ditelusuri secara genetis, garis DNA ras-ras manusia ternyata berakar pada ras austromelanesia atau beting Sunda. Atau dengan kata lain, Eve, wanita pertama di bumi adalah orang Asia Tenggara dan ‘surga’ tempat ia berasal adalah Sundaland.

Photo by acts29europe.com
Photo by acts29europe.com

Teori ini (yang disebut mitochondrial eve) nantinya akan dibahas lebih dalam pada buku Oppenheimer yang berjudul The Real Eve. Oppenheimer juga menelusuri bahasa-bahasa serta cerita rakyat yang berkembang di berbagai belahan dunia. Hasilnya sama, semua bersumber dari beting Sunda.

Photo by commons.wikimedia.org
Photo by commons.wikimedia.org

Oppenheimer juga menyertakan gambar relief, artefak, dan bukti sejarah lainnya yang menunjukkan versi tertua dari variasi kisah kejatuhan Adam & Eve dari kebudayaan di Kalimantan. Ada juga artefak yang menunjukkan budaya bercocok tanam padi-padian pada zaman prasejarah yang ternyata usianya lebih tua daripada artefak serupa di China (yang selama ini dianggap sebagai pelopor budaya bertani).

Kejadian Banjir Besar

Banjir besar yang melanda Sundaland mengakibatkan terjadinya migrasi besar-besaran ke Cina, jazirah Arab dan India, serta Mesopotamia. Dari sinilah muncul legenda-legenda bertema banjir besar. Salah satu yang paling terkenal adalah kisah bahtera Nabi Nuh.

Photo by galleryhip.com
Photo by galleryhip.com

Jadi teori ini menyatakan kalau induk bangsa Polinesia adalah ras austromelanesia yang bermigrasi dari Sundaland untuk menyelamatkan diri dari banjir besar, berlawanan dengan pendapat yang sudah dikenal luas selama ini mengenai bangsa Polinesia yang menyebar ke Asia Tenggara melalui Taiwan dan membentuk peradaban baru di sana.

***

Itulah yang berhasil saya tangkap setelah membaca Eden In The East: Surga yang Hilang Di Asia Tenggara. Mungkin banyak miskonsepsi dalam pemahaman saya, karena jujur, membaca paparan teori seperti ini dalam bentuk narasi lumayan sulit buat saya.

Saya juga belum bisa memutuskan percaya atau tidak percaya karena belum pernah mencoba membaca kajian-kajian lain dari para peneliti yang mendukung teori ini. Tapi sejauh ini penjelasan dalam buku masih makes sense.

One thought on “[Review Buku] Eden In The East – Surga Yang Hilang di Asia Tenggara

Comments are closed.