Biblioburro, perpustakaan keledai yang antar ilmu ke desa

Mungkin sudah banyak yang pernah dengar tentang Biblioburro. Soalnya beritanya sudah heboh tahun 2008 lalu. Di Jawa Pos juga pernah dibahas. Tapi aku sekadar ingin mengangkat lagi kisahnya buat inspirasi kita-kita. 😀

Biblioburro

Photo by www.tumblr.com
Photo by http://www.tumblr.com

Biblioburro adalah perpustakaan keledai pertama di dunia. Ya, benar, keledai. Penggagasnya Luis Soriano Bohorquez. Konsepnya sama saja seperti perpustakaan keliling. Tapi kalau biasanya perpustakaan keliling pakai mobil, perpustakaan ini  ‘mengantarkan buku kepada anak-anak’ dengan burro alias keledai. Namanya Alfa dan Beto.

Biasanya sebelum berangkat Soriano mengisi rak kayu bikinan sendiri yang disampirkan di punggung Alfa dan Beto dengan buku. Bukunya macam-macam. Paling sering buku fiksi remaja dan anak-anak. Tapi setiap beberapa hari sekali diselingi buku pelajaran.

Photo by www.nytimes.com
Photo by http://www.nytimes.com

Kemudian Soriano melakukan perjalanan enam hingga delapan jam (pulang-pergi) untuk mengunjungi anak-anak di desa-desa sekitar. Sesampainya di tempat tujuan, Soriano lantas membongkar buku bawaannya.

Photo by en.wikipedia.org
Photo by en.wikipedia.org

Selain meminjamkan koleksi bukunya, Soriano juga membacakan buku kepada anak-anak. Ia bahkan membantu mereka mengerjakan pekerjaan rumah.

Photo by biblioburrosinfronteras.blogspot.com
Photo by biblioburrosinfronteras.blogspot.com

Ini cara Soriano buat memberikan pendidikan kepada anak-anak sekitar La Gloria, bagian utara Kolombia. Daerah itu tergolong terbelakang serta rawan konflik. Pendidikan merupakan barang mewah bagi anak-anak di sana.

Katanya situs Lit Reactor, Biblioburro dimulai dengan koleksi buku tak lebih dari 70 buah. Lalu Soriano menulis surat kepada Juan Gossain, seorang jurnalis dan penulis untuk memintanya menyumbangkan satu eksemplar novelnya untuk koleksi Biblioburro. Terkesan dengan upaya Soriano, Gossain ‘mempopulerkan’ Biblioburro  di program radio yang dipandunya.

Sejak itu sumbangan buku untuk Biblioburro terus berdatangan hingga koleksinya mencapai ribuan buku. Lantas Biblioburro kebanjiran sumbangan buku hingga tumpukan koleksinya sampai mencapai langit-langit rumah Soriano.

Tapi sekarang koleksi Biblioburro sudah punya gedung perpustakaan sendiri. Meskipun kecil, tapi di situ Soriano bisa mengajar dan membacakan buku dalam kondisi yang lebih layak. Soriano dan istrinya, Diana membangun perpus itu dengan bantuan beberapa donatur.

Photo by www.ayokaproductions.org
Photo by http://www.ayokaproductions.org
Photo by www.ayokaproductions.org
Photo by http://www.ayokaproductions.org

Luis Soriano, sosok gigih di balik Biblioburro

Photo by www.enfance-lecture.com
Photo by http://www.enfance-lecture.com

Pria berusia 40-an ini sempat jadi sensasi di media internasional karena mendirikan Biblioburro. Nggak cuma perpus keledainya saja yang dapat penghargaan, Soriano sendiri sudah beberapa kali dianugerahi penghargaan karena dedikasinya.

Photo by www.nytimes.com
Photo by http://www.nytimes.com

Soriano adalah seorang guru sekolah dasar di La Gloria.  Dia mengantongi ijazah sarjana di bidang literatur Bahasa Spanyol. Sama seperti anak-anak La Gloria, sewaktu kecil Soriano juga kesulitan mengakses pendidikan. Tapi dia sangat haus ilmu. Berbagai cara dia lakukan untuk menyelesaikan sekolah.

Gelar sarjananya pun diraih dengan susah payah. Dosennya cuma satu, dan dia cuma bisa mengunjungi desanya Soriano dua kali sebulan untuk mengajar. Gara-gara pak dosen ini Soriano bisa jadi sarjana (God bless you, too, Professor. Hari gini mana ada dosen mau jabanin mahasiswa ke kampung. Diajak ketemu buat bimbingan aja angot-angotan.)

Menyaksikan besarnya pengaruh membaca kepada murid-muridnya yang hidup susah sejak usia dini, Soriano memutuskan untuk membuat Biblioburro. Kepada CNN dia mengatakan kalau ide Biblioburro dia dapatkan pada tahun 1990. Katanya ingin mengaryakan keledai-keledainya yang nganggur di rumah (Pak guru rendah hati, deh).

Photo by somossentipensantes.blogspot.com
Photo by somossentipensantes.blogspot.com

Kalau guru-guru pada umumnya berangkat bekerja dengan seragam rapi, bapak tiga anak ini justru mengenakan pakaian santai dan sebuah topi lebar untuk melindungi kepalanya dari sengatan matahari.

Photo by www.cnn.com
Photo by http://www.cnn.com

Meskipun sejauh ini Biblioburro-nya sudah membuat sekitar 4.000 anak di daerahnya jadi melek huruf, tapi prosesnya jauh dari mudah. Dan jelas nggak dibayar. Ini, lho kutipan pembicaraan Soriano dengan istrinya yang bikin aku nafsu mewek.

“Mereka akan membayarmu?”

“Memangnya mereka mau membayarku dengan apa?”

“Lalu kita mau makan apa?”

“Nanti kita pasti bisa mengusahakan sesuatu.”

Bukan cuma medan berat yang jadi masalah Soriano. Dia pernah dirampok di tengah jalan (‘cuma’ diikat di pohon lima jam dan novel Paulo Coelho-nya hilang. Nggak diapa-apain karena nggak ada duitnya) dan sempat mengalami kecelakaan.

 “In June 2012, Soriano had a leg amputated after an accident involving one of his burros, but as of January 2013 he continued committed to his work.”

Iya, benar. Salah satu kaki Soriano harus diamputasi gara-gara kecelakaan pas keliling kampung dengan Biblioburro-nya. Tetapi begitu kondisinya membaik dia kembali meneruskan Biblioburro. Mulia banget, ya?

Biblioburro: The books

Saking inspiratif kisah hidupnya, Pak Soriano ini sampai dibikinkan buku cergam anak-anak. Yang pertama judulnya Biblioburro: A True Story from Colombia. Ini, nih, gambarnya.

Photo by Amazon.com
Photo by Amazon.com
Photo by Amazon.com
Photo by Amazon.com
Photo by Amazon.com
Photo by Amazon.com

Yang kedua judulnya Waiting for the Biblioburro. Ini gambar sampulnya.

Photo by Goodreads
Photo by Goodreads
Photo by Goodreads
Photo by Goodreads

Aku sudah dua kali nulis kisahnya pria inspiratif asal Kolombia ini. Sekali buat kerjaan, dan sekali buat blog buku ini. Dan dua kali juga aku nyaris mewek sambil ngetik. Soalnya orang ini memang punya dedikasi luar biasa terhadap pendidikan anak-anak. Para profesor atau dosen boleh aja berkoar-koar soal pentingnya pendidikan, tapi berapa orang di antara mereka yang benar-benar ‘menyampaikan’ ilmu seperti orang ini? Aku sendiri juga 100 persen nggak sanggup, jadi salut sebesar-besarnya buat Luis Soriano.

Ini film dokumenter tentang Soriano dan Biblioburro yang dibuat Carlos Rendón Zipagauta.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.