Review: Matinya Seorang Penari Telanjang, Bukan buku porno, cuma kumpulan cerpen satir

Matinya Seorang Penari Telanjang.
Matinya Seorang Penari Telanjang. Photo credit: Goodreads

Judul: Matinya Seorang Penari Telanjang
Penulis: Seno Gumira Ajidarma
Bahasa: Indonesia
Format: paperback, 250 hal.
Penerbit: Galang Press (2000)
Genre: kumpulan cerpen

Cerita

Tentang Sila, seorang penari telanjang yang jadi primadona di klub tempatnya bekerja. Sila bukan perempuan malam biasa. Dia bisa saja menjadi balerina di Bolshoi Theatre atau salah satu penari di keraton. Tetapi Sila lebih memilih jadi seorang penari erotis dan menjadi simpanan para pembesar yang terpukau kepada sosoknya.

Malam ini Sila akan meninggalkan dunia. Nyawanya akan segera berakhir di tangan dua pembunuh bayaran yang menguntitnya sejak beberapa jam lalu. Sebenarnya Sila tak keberatan mati. Pada akhirnya semua orang juga bakal mati. Satu-satunya yang ingin Sila ketahui sebelum ajal menjemput cuma satu. Siapa yang begitu dendam hingga ingin melenyapkan dirinya?

Level of Interest

My Review

Ini termasuk salah satu karya lama Seno Gumira Ajidarma. Yang saya punya ini kebetulan edisi baru, berisi dua versi cerpen Matinya Seorang Penari Telanjang (original dan adaptasi film) dan beberapa cerpen lain. Ceritanya lumayan sederhana, flashback kehidupan seorang penari telanjang selagi menunggu ajal yang segera menjemput.

Filmnya (entah film, entah sinetron, saya lupa) dibintangi oleh Lola Amaria dan sempat meraih beberapa penghargaan bergengsi.

Waktu membeli buku ini bertahun-tahun lalu, saya cenderung berekspektasi negatif. Saya pikir ini kumpulan cerpen sarat metafora (seperti Djenar atau Ucu Agustin) dengan seksisme ala penulis pria. Saya baru bisa menangkap sarkasme SGA yang cukup keren bertahun-tahun kemudian (meskipun memang lumayan seksis). Saya paling menikmati Matinya Seorang Penari Telanjang versi asli, karena jauh lebih sinis. Sila, sang tokoh utama digambarkan sebagai feminis garis keras yang peduli amat sama hidup dan segala tetek bengek lainnya. Lulusan IKJ dan punya potensi untuk jadi seniman bertaraf internasional, tapi dengan kesadaran penuh memilih jadi penari erotis. Bisa hidup enak dengan jadi simpanan salah satu pengagumnya yang berduit, tapi lebih memilih bebas dengan hinggap dari satu pria ke pria lain.

Memang versi barunya lebih mendalam dari segi cerita, latar belakang, dan karakterisasi. Tapi kurang greget saja menurut saya. Rasanya Sila, si penari erotis yang sophisticated itu menjelma jadi sosok klise karena karakternya terlalu dikembangkan.

Selain Matinya Seorang Penari Telanjang, yang juga berkesan adalah cerpen berjudul Manusia Kamar. Kali ini menceritakan seorang pria yang merasa muak dengan kemunafikan dunia dan memutuskan hidup terisolasi dalam sebuah kamar. Iya, kamar dengan isolasi total seperti Room-nya Emma Donoghue.

Seperti yang SGA sendiri sampaikan di kata pengantar, kebanyakan cerpen di sini memang bertema seks dan kriminal. Perselingkuhan dan kematian di mana-mana. Tapi saya malah tidak menemukan deskripsi seks yang terlalu eksplisit. Atau mungkin itu karena saya terbiasa baca novel-novel dewasa, ya? 😀

Sayangnya kumpulan cerita sebagus ini cukup sepi peminat, setidaknya waktu saya membelinya. Buktinya buku ini dijual banting harga. Cuma Rp 10000,- dan di antara tumpukan buku tak laku pula.

Tapi bukan tidak mungkin kalau buku ini mulai dicari lagi. Saya mulai sering melihat judul ini wara-wiri di lapak buku second online. Beberapa tahun lalu bahkan ada Goodreader yang berniat membeli kopian milik saya. Tapi koleksi saya nggak ada yang dijual, hanya boleh dipinjam 😀

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.