[Review Buku] Oei Tiong Ham, Raja Gula dari Semarang

Oei Tiong Ham - Raja Gula Dari Semarang
Oei Tiong Ham - Raja Gula Dari Semarang
Oei Tiong Ham – Raja Gula Dari Semarang

Judul: Oei Tiong Ham – Raja Gula Dari Semarang
Penulis: Liem Tjwan Ling
Bahasa: Indonesia
Format: paperback (304 hal.)
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia (2013)
Genre: non-fiksi, biografi

Sinopsis

Taken from Goodreads:

“Jangan pernah puas menjadi orang yang setengah-setengah saja, bertujuanlah ke puncak. Bila kau bertujuan ke puncak tapi tidak mencapai itu, setidak-tidaknya engkau naik lebih tinggi daripada engkau tidak pernah bermimpi.”
—Oei Tiong Ham—

Oei Tiong Ham merupakan sosok pengusaha sukses dan salah satu orang terkaya di Asia Tenggara pada awal-awal abad ke-19. Di usianya yang ke-24, Oei Tiong Ham telah berhasil menjadikan dirinya pengusaha terkemuka di bidang palawija dan, terutama, gula, hingga dijuluki Raja Gula. Enam belas tahun kemudian, Oei Tiong Ham Concern, usaha yang dipimpinnya, telah menjadi perusahaan multinasional yang menjangkau mulai dari Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Eropa.
Buku ini tidak hanya menyajikan kehidupan pribadi Oei Tiong Ham, istri, dan putrinya yang kelak menjadi istri duta besar Tiongkok untuk Inggris, Madame Wellington Koo. Perkembangan Oei Tiong Ham Concern yang menggurita dalam waktu singkat dan masa-masa kemundurannya juga dituturkan dengan lugas.

Level of Interest

Review

Jujur nama Oei Tiong Ham kurang familiar di telinga saya, meskipun ia disebut-sebut sebagai raja gula Asia dan konglomerat pertama di Asia Tenggara. Saya justru lebih akrab dengan nama putrinya, Oei Hui Lan. Soalnya lukisan wanita ini tergantung di Hotel Tugu Malang yang terkenal itu. Selain itu kisah hidupnya sudah pernah dibukukan dalam No Feast Last Forever dan Oei Hui Lan: Anak Orang Terkaya Dari Semarang yang sempat saya taksir di toko buku. Karena kebetulan ada buku ini nangkring di meja teman sekantor saya, jadilah saya mengulik-ulik kisah hidup sang ayah.

Menurut saya, sebenarnya ini buku yang potensial. Banyak informasi menarik yang bisa digali dari kehidupan pribadi sang raja gula. Termasuk jatuh bangunnya dalam mendirikan Oei Tiong Ham Concern. Mr. Oei ini juga sempat mau bunuh diri gara-gara kalah judi dan punya beberapa selir. Hubungan tak harmonis dengan istri sah serta kedekatannya dengan Hui Lan banyak dibahas. Begitu juga dengan pajak jutaan gulden yang harus dia bayar dan membuatnya memilih hengkang dari Indonesia. Dan sekadar informasi, dia juga dijuluki raja merica dan raja karet.

Potret Oei Tiong Ham di Hotel Tugu Malang

Dengan membaca buku ini kita bahkan tahu nama-nama kolega dan setiap orang yang berjasa kepada Mr. Oei. Sayangnya informasi yang betul-betul sarat itu tidak disajikan dengan luwes. Jadi kayak kumpulan fakta yang tidak bernyawa saja.

Mana bahasa yang dipakai lawas pula. Bisa dimaklumi, karena buku ini pertama kali terbit pada tahun 1979. Barangkali Mr. Liem yang menulis biografi ini juga dari generasi lawas. Tapi saya juga jadi kurang bisa menikmati. Apalagi nama-nama Tionghoa itu susah disebut, kan, ya? Apalagi buat diapalin. Makin pusinglah saya. Sampai harus bolak-balik halaman biar paham yang lagi diomongin ini Tuan Oei yang mana.

Lukisan Oei Hui Lan
Lukisan Oei Hui Lan di Hotel Tugu Malang

Kata saya tetap yang lebih menarik adalah kisah hidup Hui Lan dan bantuan-bantuan sosial yang dia berikan kepada sang ayah. Soalnya sang Papa tidak bisa bahasa Inggris, jadi sulit memperluas koneksi di kalangan intelektual Eropa. Kisah hidupnya dibahas sampai beberapa bab. Terutama saat dia masih remaja sampai keputusannya untuk menikah dengan Wellington Koo.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.