
Akhirnya selesai juga hiatus blog ini. Seharusnya saya bikin postingan baru. Tapi masih malas menyelesaikan draft yang entah ada berapa itu. Jadi saya edit dan repost tulisan lama saja.
Kenapa pilih postingan ini? Karena saya masih gagal move on dari ilustrasi di buku-buku dongeng yang saya ulas ini. Kalau nggak salah karya Tony Wolf, ya. Saya potret dari bukunya yang sudah saya miliki sejak TK. Sampai sekarang masih awet dan disayang-sayang, meskipun halamannya sudah banyak yang rusak. Dan saya kepingin pembaca lain juga bisa menikmati gambar-gambar bagus ini.
Judul: Untaian Mestika Kisah-Kisah Termasyhur Buku 1
Penulis: Peter Holeinone (retold: Angela Rahaniotis)
Format: Paperback
Bahasa: Indonesia
Penerbit: Tormont Inc. (Kanada), Tira Pustaka (Indonesia)
Tahun Penerbitan: 1994 (Indonesia)
Genre: Anak-anak, dongeng, fabel
Ini adalah buku kenangan zaman saya masih anak-anak dulu. Kesannya eksklusif sekali, dengan sampul biru penuh warna, halaman-halaman kertas glossy berilustrasi cantik, lalu dimasukkan ke amplop besar cantik yang senuansa dengan sampulnya.
Isinya dongeng-dongeng klasik yang sudah sering kita akrabi dan fabel-fabel sarat nilai karya Aesop. Sampai sekarang pun saya masih kagum dengan ilustrasinya.
Waktu itu sempat sering saya bacakan buat keponakan. Tapi anaknya masih lebih tertarik sama gambar-gambar hewan dan senapan di dalamnya daripada ceritanya.
Buku ini dijual satu set yang terdiri dari empat buku. Bukunya besar dan dicetak dengan kertas berwarna premium. Sekarang sudah jadi buku langka. Kalau mau intip-intip di Toped atau Bukalapak, harganya bisa sampai Rp300.000.
Nah, berikut ini saya tuliskan cerita lengkap beserta ulasannya.
Tikus & Singa (The Lion & The Mouse by Aesop)
Seekor singa mengampuni tikus yang membuatnya marah. Suatu saat singa itu terjebak dalam jerat. Tikus yang dulu ia tolong berniat membantunya, tapi singa ragu binatang sekecil itu bisa membebaskan dirinya.
Lalu tikus itu menggigiti tali jaring pelan-pelan sampai putus dan singa terbebas. Kemudian singa berterimakasih kepada tikus.
Sidang Para Tikus (Belling The Cat by Aesop)
Para tikus berembuk untuk menemukan cara menyingkirkan kucing yang selama ini merongrong mereka. Salah satu tikus mengemukakan ide yang dianggap paling brilian, memasang giring-giring pada ekor si kucing agar para tikus dapat melarikan diri begitu suaranya terdengar.
Tapi ide itu urung dilaksanakan karena tak ada satu tikus pun yang mau diserahi tugas memasang giring-giring.
Pemain Musik Kota Bremen (Town Musician of Bremen by Grimm Brothers)

Seekor keledai yang disiksa majikannya, anjing kurus, kucing tua, dan ayam yang hendak disembelih melarikan diri bersama. Mereka berniat melamar pekerjaan sebagai musisi di kota Bremen. Tapi di tengah perjalanan mereka tersesat, kelaparan, dan ketakutan karena sudah malam.

Tanpa sengaja mereka menemukan pondok gerombolan pencuri yang tengah berpesta. Mereka mengintip para pencuri dari jendela. Lalu karena tergelincir, mereka semua jatuh menimpa jendela hingga kacanya pecah. Panik, mereka menyerang gerombolan pencuri tersebut sampai mereka lari tunggang langgang. Akhirnya kawanan binatang tersebut tinggal di pondok dan hidup dengan harta peninggalan para pencuri.
Sapi & Katak (The Frog & The Cow by Aesop)

Pada suatu hari seekor sapi minum di kolam tempat tinggal para katak. Para katak kagum dengan tubuhnya yang sangat besar. Seekor katak congkak merasa iri. Ia membual bisa menyamai si sapi.

Lalu ia menghirup udara banyak-banyak untuk menggembungkan tubuhnya. Penasaran karena masih kalah besar dari sapi, ia menghirup dengan seluruh kekuatan hingga tubuhnya meletus.
Semut dan Tonggeret (The Ant & The Cicada by Aesop)
Seekor tonggeret melihat kawanan semut yang sedang sibuk mengangkut makanan, lalu mengajak mereka untuk beristirahat sejenak dan bernyanyi. Para semut menolak dan terus bekerja selama musim panas, sedangkan tonggeret terus bernyanyi.

Begitu musim dingin tiba, ia kedinginan dan kelaparan. Ia mengetuk pintu rumah semut untuk meminta makanan dan tempat berteduh tapi semut hanya mengejeknya dan menyuruhnya mencoba menari.
Gagak Yang Banyak Lagak (The Bird With Borrowed Feathers by Aesop)

Seekor gagak yang iri dengan bulu indah para merak suatu hari mengambil bulu-bulu merak yang tanggal lalu menancapkan bulu-bulu itu ke ekornya sendiri. Ia menyombongkan ekor barunya kepada teman-teman gagaknya.

Merak mau berteman dengannya karena menyangka ia adalah merak yang bulu-bulunya sudah rontok. Tapi begitu gagak menirukan lengkingan merak, keluarlah suara aslinya.

Merak-merak itu marah dan mengusirnya. Gagak kembali kepada teman-teman gagaknya, tapi mereka juga tak mau menerimanya lagi.
Level of Interest
Review
Buku pertama ini berisi enam fabel, lima di antaranya rekaan Aesop. Hampir semuanya memberikan pelajaran moral melalui sifat dan tindak-tanduk para binatang yang dipersonifikasi. Kisah tikus dan singa menurut saya paling sarat nilai. Cerita ini mengajarkan agar kita tidak meremehkan orang lain, bahwa perbuatan baik akan berbalas hal baik pula, dan menunjukkan bahwa hal kecil bila dilakukan dengan sabar dan sungguh-sungguh akan menghasilkan sesuatu yang besar.
Big things come from small packages sepertinya tepat untuk menggambarkan si tikus yang kesungguhannya membuat ia mampu melepaskan singa dari jerat. Singa di sini juga digambarkan sebagai sosok yang patut menjadi panutan. Meskipun pada awalnya meremehkan si tikus, tapi pada akhirnya ia berterima kasih dengan tulus. Contoh yang baik untuk para pejabat kita yang suka menunjukkan arogansi kepada warga sipil (yang suka nampar pramugari, yang suka ngamuk-ngamuk kalau nggak didahulukan!).
Sidang para tikus mengibaratkan gagasan, hukum, dan peraturan yang mati tanpa adanya sarana untuk mewujudkannya. Perlu diketahui, ada tokoh sejarah yang mendapat julukan berdasar fabel ini. Dia adalah Archibald Douglas, Earl of Angus V.

Pada tahun 1482 anggota dewan berkumpul untuk membicarakan rencana penggulingan Robert Cochrane, bangsawan yang mendapat simpati Raja James III. Tapi tak ada yang bersedia ‘mengikatkan giring-giring’ ke Cochrane karena tidak ingin berselisih dengan raja. Akhirnya Earl of Angus maju dan bersedia mengemban tugas tersebut sampai akhirnya Cochrane digantung. Sejak itu Earl of Angus dijuluki Archie ‘Bell The Cat’.
Sapi dan katak menyajikan pelajaran moral yang sederhana. Jangan omong besar dan pahamilah batas kemampuan diri sendiri.
Semut dan Tonggeret yang versi aslinya adalah semut dan belalang menekankan pentingnya kerja keras untuk mempersiapkan masa depan. Tapi bagian terakhir di mana semut menolak memberi makanan dan menyuruh tonggeret menari sepertinya bukan contoh yang bagus mengenai sikap murah hati, ya.
Dan sebenarnya akhir cerita seperti ini memang berbeda dengan ending orisinal versi Aesop yang hanya menyebutkan belalang kelaparan sembari memandangi para semut mendistribusikan makanan yang sudah mereka kumpulkan.
Gagak Yang Banyak Lagak mengingatkan pentingnya menerima diri kita apa adanya. You may turn your appearance to peacock, but deep inside a crow is still a crow.
Sedangkan Pemain Musik Kota Bremen sepertinya tak banyak memberikan pelajaran selain berani mengambil langkah drastis untuk meninggalkan kehidupan yang buruk demi meraih masa depan yang lebih baik. Dan mungkin mengingatkan bahwa masa depan yang kita miliki tak selamanya sesuai dengan yang kita rencanakan.
Tapi hidup enak dengan harta peninggalan pencuri menurut saya juga bukan contoh yang baik. Selain menandakan keberuntungan yang diperoleh tanpa usaha (which is almost impossible in real life), lagipula uang haram tuh 😀
Aesop
Aesop adalah pendongeng terkenal dari zaman Yunani kuno. Konon ia adalah mantan budak yang memperoleh kebebasan dan beberapa keistimewaan dari penguasa berkat kecerdasan dan kepiawaiannya bercerita.
Banyak fabel yang disebut-sebut buah pikiran Aesop. Di antaranya Kura-Kura dan Kelinci, Tikus Desa dan Tikus Kota, Rubah dan Ayam, Semut dan Belalang, dll.
Sekian ulasan saya untuk Untaian Mestika Kisah-Kisah Termasyhur I. Kalau berkenan, silakan simak ulasan untuk buku keduanya juga.