“Orang yang berbohong berusaha lebih keras dibandingkan orang yang berkata jujur.”
Judul: Super Handbook for Perfect Lie Detector in Relationship – Cara Cepat Membaca Kebohongan dalam Sebuah Hubungan
Penulis: SSNovel
Bahasa: Indonesia
Format: paperback, 120 hal.
Penerbit: Grasindo (2015)
Genre: nonfiksi, psikologi
Sinopsis
dari laman Grasindo:
Kejujuran adalah hal yang sangat penting dalam suatu hubungan percintaan.
Apakah saat ini kamu merasa sedang dibohongi oleh pasanganmu? Tenang, kebohongan bisa kita deteksi dengan mengamati wajah dan ekspresi singkat yang tersirat dari raut wajah pasangan kita, lho. Coba deh, baca buku ini, pasti kamu enggak bakalan mempan lagi dibohongin sama pasanganmu.
Buku ini membahas tanda-tanda kebohongan dan bagaimana kebohongan terjadi dalam hubungan percintaan. Di dalam buku ini, kamu juga akan semakin mengerti alasan pasangan berbohong, kebohongan yang sering dilakukan oleh pria dan wanita, tanda-tanda pria sedang berbohong, tanda-tanda wanita sedang berbohong, dan bagaimana mendeteksi apakah orang yang mendekati kita adalah seorang PHP (Pemberi Harapan Palsu) atau PHO (Perusak Hubungan Orang).
Level of Interest
❤️❤️❤️
Review
Saya jarang-jarang baca buku non-fiksi. Kalaupun baca, paling lebih pilih sejarah atau biografi. Keputusan saya untuk baca buku ini pun alasannya cukup ngglethek. Waktu itu saya lagi berhubungan sama orang yang saya curigai selingkuh, lalu langsung gas beli pas ketemu buku ini di super sale. Se-desperate dan sekonyol itu saya waktu itu.
Setelah dibaca, buku ini nggak istimewa-istimewa amat. Isinya bisa ditemukan di situs-situs psikolog seperti Psychology Today atau PsychCentral. Walaupun begitu, Super Handbook for Perfect Lie Detector in Relationship ini bisa jadi bacaan yang cukup menarik kalau masih belum akrab dengan ilmu membaca ekspresi. Bukan ilmu membaca wajah, ya, tapi membaca ekspresi yang tampak di wajah.
Memang apa tujuannya baca ekspresi orang? Ya, buat menemukan genuine emotions lawan bicara. Orang, kan, nggak selalu jujur atau terbuka dengan emosi yang mereka rasakan. Kalau di buku ini, baca ekspresi ditujukan secara spesifik untuk mengetahui apakah pasangan sedang berbohong atau tidak.
Menurut buku Super Handbook for Perfect Lie Detector in Relationship, seseorang yang sedang berbohong sebenarnya menyampaikan pesan komunikasi dalam ucapannya…tanpa dia sadari. Nah, pesan-pesan tak langsung itu menyiratkan bahwa seseorang sedang berusaha memanipulasi suatu fakta atau menyembunyikan kebenaran dari lawan bicara. Jadi, kita bisa mencari tahu kebohongan seseorang melalui “indirect message” yang tersirat dari kata-katanya.
Saya akan rangkum sedikit hal-hal yang saya dapatkan dari buku ini plus penjelasan tambahan dari sumber-sumber eksternal yang berhasil saya himpun.
Sekilas tentang Mikro-ekspresi
Buku Super Handbook for Perfect Lie Detector in Relationship sekilas membahas mikro-ekspresi. Ilmu ini diperkenalkan oleh dua psikolog, Ernest Haggard dan Kenneth Isaacs pada tahun 1966. Walaupun begitu, sepertinya Dr. Paul Ekman yang mempopulerkan ilmu ini.
Katanya, emosi manusia adalah reaksi biopsikososial yang bersumber dari amigdala. Emosi ini biasanya bertahan selama 0,5–4,0 detik. Sementara itu, mikro-ekspresi bertahan selama 1/15—1/25 detik.
Menurut Ekman, mikro-ekspresi adalah ekspresi yang muncul dari seseorang saat “menahan kebenaran” sehingga timbul reaksi pada otot-otot wajahnya. Otot-otot tersebut bergerak secara tidak sadar sebagai akibat dari kebohongan yang dilakukannya.
Kalau ekspresi wajah bisa dikendalikan, mikro-ekspresi lebih sulit untuk ditutupi. Mikro-ekspresi juga sulit ditangkap mata manusia. Biasanya, para pakar menggunakan bantuan high speed camera dan video yang diperlambat.
Mikro-ekspresi menunjukkan tujuh emosi universal, yaitu jijik (disgust), marah (anger), takut (fear), sedih (sadness), gembira (happiness), menghina (contempt), dan kaget (surprise).
Ekman menambahkan sederet emosi lagi, yaitu terhibur (amusement), malu (embarrassment), cemas (anxiety), merasa bersalah (guilt), bangga (pride), lega (relief), puas (contentment), nikmat (pleasure), dan malu (shame).
Kalau tertarik sama ilmu ini, coba tonton crime drama yang judulnya Lie to Me. Itu ceritanya tentang tim pakar mikro-ekspresi yang jasanya bisa disewa untuk membongkar kebohongan dalam kasus kriminal, terorisme, atau malah perceraian.
Saya suka banget sama serial ini, karena kerap memasukkan potongan video atau foto politisi Amerika Serikat sebagai referensi. Seru bangetlah.
Pesan Fasial dan Kinesik
Masih berkaitan dengan “indirect message” tadi, wajah dan tubuh manusia melakukan komunikasi nonverbal lewat gerakan yang tak disadari.
Pesan fasial adalah pesan tak langsung yang ditunjukkan lewat ekspresi wajah. Sementara itu, pesan kinesik meliputi gerakan anggota tubuh seperti tangan, kaki, atau postur tubuh. Setiap pesan fasial dan kinesik memiliki makna tersirat.
Pesan Fasial si Pembohong
“Lidah bisa berbohong, tapi wajahmu tidak.”
Pesan fasial meliputi ekspresi wajah, gerakan mata, tarikan bibir, dan gerakan lidah. Berikut ini adalah beberapa contoh pesan fasial yang umum ditunjukkan seseorang saat sedang berbohong atau minimal menyembunyikan sesuatu.
- Memberikan jeda pada kalimat saat menjawab pertanyaan.
- Wajah kaku (karena berusaha menahan ekspresi agar emosi tidak tampak)
- Tersenyum dengan cepat atau tidak lepas
- Sering menjilat bibir (karena bibir jadi kering)
- Wajah berkeringat
- Sering berdeham atau batuk-batuk kecil (karena tenggorokan jadi kering)
- Sering menelan ludah (karena tenggorokan jadi kering)
- Wajah berangsur pucat
- Berkedip terlalu sering (kecuali ada kelainan saraf mata)
- Menghindari kontak mata dengan lawan bicara (termasuk menunduk)
- Mengalihkan pembicaraan untuk membuat lawan bicara lupa dengan topik yang sedang dibahas
- Menaikkan sebelah alis
Pesan Kinesik saat Seseorang Tak Jujur
- Pundak terlihat kaku atau sedikit gemetar
- Tangan berkeringat (kecuali orang yang selalu berkeringat pada telapak tangan dan kakinya)
- Sering menutupi mulut
- Sering menyentuh hidung
- Sering mengusap bagian wajahnya, terutama pipi atau kening
- Sering menggaruk leher
- Sering mengganti posisi duduk atau berdiri (menandakan stres atau ketidaknyamanan)
Gerakan Bola Mata saat Tersangka Berbohong
Kata buku ini, gerakan tubuh manusia pasti bersilangan dengan fungsi otaknya. Soalnya, gerakan motorik tubuh sebelah kanan dikendalikan otak kiri, sedangkan bagian tubuh sebelah kiri dikendalikan otak kanan.
Nah, ini bisa dijadikan salah satu pedoman untuk mengetahui lawan bicara sedang berbohong atau tidak. Saat polisi meminta tersangka menggambarkan seseorang secara rinci, mereka bakal melihat arah mata orang itu saat sedang menjawab.
Kalau tersangka melihat ke sebelah kirinya, berarti dia sedang menggali detail dari memori visual mereka. Kalau tersangka menjawab sambil melihat ke sebelah kanannya, umumnya dia sedang membangun deskripsi visual alias mengarang indah.
Walaupun begitu, hal ini tidak berlaku untuk orang-orang yang kidal. Menentukan seseorang sedang berbohong atau tidak juga butuh analisis terhadap detail perilaku yang lain.
Diskoneksi Verbal dan Nonverbal

Pernah ngobrol sama orang yang kalau ditanya jawabnya “Nggak,” tapi kepalanya ngangguk? Nah, ini namanya diskoneksi verbal dan nonverbal. Ucapan yang tidak sesuai dengan gerakan tubuh merupakan salah satu pesan kinesik yang ditunjukkan seseorang saat sedang berbohong.
Saat otak mengalami tekanan atau sedang berpikir keras, kemungkinan diskoneksi verbal dan nonverbal terjadi makin besar. Walaupun begitu, diskoneksi ini juga bisa terjadi kalau lawan bicara sedang lelah secara fisik. Jadi, jangan langsung dipukul rata pasti bohong. Sekali lagi, menentukan apakah seseorang sedang berbohong tidak bisa dilakukan dengan menganalisis satu ekspresi atau gerakan saja.
***
Sekian ulasan dan rangkuman saya untuk buku Super Handbook for Perfect Lie Detector in Relationship . Intinya, orang yang sedang jujur atau tidak itu bisa dikenali dari wajah dan tubuhnya. Walaupun begitu, harap diingat kalau satu ekspresi wajah atau gerak tubuh bisa mengindikasikan dua hal yang berbeda.
Orang yang sering menyentuh wajahnya bisa jadi sedang berbohong, tapi bisa juga artinya dia merasa tidak nyaman atau gugup karena dipandangi terus-menerus.
Pada akhirnya, saya pikir kita semua punya insting untuk merasakan keobohongan. Bisa jadi, “insting” tersebut sebenarnya adalah hasil analisis terhadap pesan fasial dan kinesik lawan bicara yang tidak kita sadari.




