
Judul: ‘Twas The Night After Christmas (The Hellions of Halstead Hall #6)
Penulis: Sabrina Jeffries
Bahasa: Inggris
Format: ebook, 368 hal.
Penerbit: Gallery Books (2012)
First published: 2012
Genre: Dewasa, historical romance
Prekuel: A Lady Never Surrenders (Hellions of Halstead Hall #5)
Sekuel: What the Duke Desires (The Duke’s Men, #1)
Story
Pierce Waverly, Earl of Devonmont, diasingkan dari ayah-ibunya sejak kecil hingga tumbuh dewasa tanpa kasih sayang. Ketika pendamping ibunya, Mrs. Camilla Stuart mengirimkan surat yang mengatakan bahwa ibunya sakit keras, Pierce memutuskan pulang ke rumah setelah sekian lama. Tapi ketika ia mengetahui Camilla berbohong perihal sakit ibunya walaupun untuk mendamaikan ia dan ibunya, Pierce menuntut ‘syarat’ tertentu agar kesalahan Camilla diampuni dan ia bias tetap bekerja kepada sang countess. Ketika Pierce mencoba merayu Camilla sambil mencoba melupakan kenangan masa kecilnya yang menyakitkan, ia juga belajar untuk memaafkan dan menyadari bahwa cinta itu ada.
Characters
Pierce Waverly, Earl of Devonmont
Pierce dikenal sebagai bangsawan muda dengan perilaku liar di kalangan ton. Perilakunya ini didorong oleh kurangnya kasih sayang ia peroleh di masa kecil. Pierce ‘dibuang’ dari kediaman Devonmont untuk diasuh keluarga pamannya. Ia tumbuh dewasa tanpa kehadiran ayah-ibunya, karena itu Pierce menyimpan kebencian kepada kedua orangtuanya itu.
Camilla Stuart
Camilla adalah janda muda yang menjadi pendamping Countess of Devonmont, ibu Pierce. Ia dihargai karena perilakunya yang terhormat meskipun tumbuh di panti asuhan tanpa pernah mengenal kedua orangtuanya. Camilla harus merahasiakan keberadaan anaknya dari Pierce karena sejak awal bekerja di kediaman Devonmont ia sudah diperingatkan mengenai ketidaksukaan Pierce terhadap anak-anak.
Countess of Devonmont
Sang countess selalu menyesali hubungannya yang buruk dengan anak semata wayangnya, Pierce. Ia sangat mengharapkan Pierce mau memaafkannya karena pernah membiarkan mendiang earl memisahkan Pierce darinya. Tapi sang countess bersikeras tak mau menjelaskan duduk perkara yang menyebabkan Pierce diusir dari rumah Devonmont, sehingga kesalahpahaman di antara keduanya semakin berlarut-larut.
My Ratings
3 poin untuk:
Additional information/message
My interest level:
My Review
Dalam cerita ini, nuansa Natal dan drama keluarga sangat kental. Selain star-crossed love antara Camilla dan Pierce, konflik utama yang membangun keseluruhan cerita adalah hubungan Pierce dan sang ibu yang diwarnai kesalahpahaman selama belasan tahun.
Di awal diceritakan masa kecil Pierce sebagai anak lemah dan pendiam yang sering di-bully di asrama. Aku yakin sejak prolog itu pembaca yang lain juga jadi lebih tertarik mengikuti perjalanan hidup Pierce sampai menjadi bangsawan muda, kaya, karismatik, dan dikelilingi banyak wanita. Aku sendiri juga ikut bertanya-tanya alasan apa yang membuat si earl tua membuang satu-satunya pewaris gelar untuk diasuh keluarga yang lain.
Bagiku, konflik keluarga ini jauh lebih menarik untuk dibaca daripada romance antara kedua heroine-nya. Dan memang kesannya konflik ini yang ditonjolkan, bukan romance antara Pierce-Camilla yang klise. Pria bangsawan dan wanita yang bukan dari kalangan terhormat, tertarik secara fisik lalu belakangan secara emosional, terombang-ambing dalam keraguan untuk bersama karena perbedaan status, lalu si pria menghina harga diri si wanita dengan menawarkan posisi sebagai simpanan. Klise, kan? Berapa kali coba kita menjumpai plot seperti ini di historical romance?
Btw, tawaran Pierce untuk menjadikan Camilla sebagai simpanan itu juga yang membuat aku langsung kehilangan minat. I’m so sick of self absorbed ass-heroes like this.
Camilla sendiri, meskipun perannya cukup besar, ikut mendamaikan Pierce dan sang countess, tapi makin dibaca makin kelihatan klise. Jenis heroine yang good girl gone bad seperti Camilla ini keseringan muncul di historical romance, jadi rasanya membosankan sekali untuk dibaca. Lagipula, aku nggak suka dengan pola pikirnya yang merendahkan diri sendiri karena bukan bangsawan (meskipun dia merasa terhina diminta jadi simpanan, tetep kurang punya self-pride).
Tapi yang penting semua berakhir baik dan bahagia bagi semua orang. Dan di bab-bab terakhir masih ada kejutan lain tentang masa lalu Camilla. Cukup seru-lah meskipun nggak terlalu dapet nuansa perayaannya. Wajar karena aku nggak merayakan Natal, jadi kurang nyambung.
Trivias
Judul dan tema buku ini didasarkan pada puisi A visit from St. Nicholas (Clement Clarke Moore, 1823) yang memperkenalkan sosok St. Nicholas (atau lebih dikenal sebagai Santa Claus) sebagai Father Christmas yang suka membagikan hadiah bagi anak-anak pada malam Natal.
Puisi ini terkenal di seluruh Eropa pada abad 19, turut mempopulerkan sosok Santa dengan tubuh tambun & jenggot lebat (diadaptasi dari sosok Odin, Zeus-nya mitologi Nordic dalam rangka asimilasi Kristen di Jerman), budaya-budaya Natal seperti memasang pohon cemara dan menggantung kaus kaki, serta istilah ‘Twas the Night Before Christmas.
Buku Fanny Hill: Memoirs of a Woman of Pleasure, yang diminta Pierce untuk dibacakan Camilla adalah novel grafis klasik karangan John Cleland yang sangat kontroversial pada masanya.
Novel erotis tersebut menceritakan perjalanan hidup (atau tepatnya petualangan seks) Fanny Hill, seorang gadis belasan tahun yang berprofesi sebagai wanita tuna susila dan simpanan pria-pria terhormat Inggris.
One thought on “‘Twas The Night After Christmas (Hellions of Halstead Hall #6)”