

Judul: Jane’s Melody
Penulis: Ryan Winfield
Format: ebook, 336 hal
Bahasa: Inggris
Penerbit: Birch Paper Press
Tahun Penerbitan: 2013
Genre: Adult, contemporary romance
Cerita
Sometimes our greatest gifts come from our greatest pain.
The question is:
What boundaries would you cross for it?
Jane baru saja ditinggalkan oleh puterinya, Melody dan belum dapat merelakan kepergiannya. Untuk mengatasi kesedihannya, Jane bertekad menelusuri kehidupan Melody. Berusaha menemukan kenangan yang nyaris tak dimilikinya sejak Melody meninggalkan rumah. Jane yakin ia akan mendapatkan apa yang ia cari melalui Caleb, musisi jalanan yang tampaknya menjalin hubungan dengan Melody.
Pada suatu kesempatan, Jane menemukan Caleb yang sedang terluka parah, merawatnya, dan belakangan memberikan pekerjaan kepada pemuda itu. Mulanya Jane hanya ingin berbagi kenangan akan Melody dengannya dan memberikan apa yang selama ini tak bisa ia berikan untuk puterinya. Lambat laun hubungan mereka semakin dekat, dan tanpa disadari keduanya jatuh cinta.
Jane merasa bersalah atas perasaannya kepada Caleb. Karena perbedaan usia mereka yang terlalu jauh, karena Caleb adalah kekasih Melody, dan karena tak sepantasnya ia berbahagia saat puterinya bahkan tak punya kesempatan lagi untuk menemukan kebahagiaan.
Para Tokoh
Jane McKinney
Wanita 40-an tahun dengan sederet pengalaman pahit yang membuatnya harus berjuang seorang diri.
Caleb
Baru berusia 24 tahun, tapi berpembawaan dewasa dan penuh perhatian. Ia hidup di jalanan untuk mengejar mimpi sebagai musisi profesional.
4 poin untuk:
Additional information/message
Level of Interest
My Review
Sebuah kisah cinta yang indah antara dua manusia kesepian. Sebuah perjalanan untuk menemukan kebahagiaan di tengah kedukaan yang menyentuh. Meskipun terdengar sedikit norak, kurang lebih memang seperti itulah pendapatku mengenai Jane’s Melody.
Aku memang sedang mencari bacaan bertema cinta beda umur seperti ini, dan sebenarnya berharap menemukan yang ditulis pengarang Indonesia. Karena di sini hubungan antara wanita yang lebih tua dan pria muda lebih dianggap kontroversial daripada di negara-negara barat. Tapi aku tak berhasil menemukannya.
Tadinya aku berniat membaca On The Island (Tracey Harvey Graves), buku #1 dalam listopia Best Older Woman/ Younger Man Romance di Goodreads. Tapi begitu membaca sinopsis Jane’s Melody aku memutuskan untuk membaca yang satu ini terlebih dahulu.
Ini adalah romance tentang loss and hope yang disampaikan dengan luwes dan masuk akal. Diceritakan dalam tiga bagian, melalui POV orang ketiga, tapi lebih banyak dari sisi Jane. Menurutku kisah ini memiliki kedalaman yang memang membuatnya layak mendapatkan rating tinggi dari para reviewer. Emosi-emosi Jane, baik saat menghadapi kehilangan Melody maupun saat mencoba memahami perasaannya terhadap Caleb tergambar jelas dan benar-benar bisa dimengerti. Tidak seperti Caroline (The Education of Sebastian) yang bagiku terasa seperti mencarikan pembenaran atas kelemahan dan perselingkuhannya, Jane adalah wanita yang kuat dan sepenuhnya mandiri. Kerapuhannya karena kehilangan anak membuatku mudah bersimpati padanya. Ketidakharmonisan keluarga, depresi, dan kecanduan alkohol yang melatarbelakangi kematian Melody juga berhasil dibaurkan dengan apik oleh Winfield.
Seandainya Para Penulis Pria Indonesia Seperti Ryan Winfield
Ini adalah kali pertama aku mengenal karya Ryan Winfield. Sebelum Jane’s Melody, dia sudah menulis Par Service Trilogy yang juga cukup sukses dan South at Bixby Bridge yang disebut-sebut sebagai breakthrough novel untuk tahun 2011. Aku suka gaya penulisannya yang menyentuh. Meskipun banyak penulis yang lebih berbakat dalam membangkitkan emosi lewat tulisan mereka, aku tetap salut kepada penulis satu ini. Saat mendeskripsikan setting, misalnya. Ia tidak hanya menjelaskan secara visual. Tidak seperti kebanyakan penulis pria Indonesia yang sering melupakan ‘sensasi’ untuk menggambarkan kedalaman emosi. Akhirnya chemistry-nya tak bisa ditangkap pembaca.
Sinestesia
Dalam novel ini, Caleb dikatakan memiliki kemampuan sinestesia yang membuatnya memilih musik sebagai cita-cita. Mendengar kata sinestesia, kita pasti langsung teringat dengan majas yang menggunakan dua persepsi indera. Contohnya: sedap dipandang, tawanya renyah, atau suara yang jernih.
Sinestesia dalam kasus Caleb adalah suatu kondisi neurologis dimana persepsi indera seseorang terhadap suatu stimulus diikuti dengan persepsi indera lainnya. Jadi ada lebih dari satu indera yang merespon stimulus tadi. Jika ada orang yang mampu melihat warna dalam bunyi-bunyian atau warna pada angka, maka itulah yang disebut sinestesia.
Sinestesia yang disandang Caleb kemungkinan adalah khromestesia, Penyandang sinestesia jenis ini mampu melihat warna dalam bunyi, seperti Caleb yang mendeskripsikan musik dan suara manusia dengan warna.

Ternyata banyak juga lho, musisi terkenal yang menyandang sinestesia ini. Di antaranya Mary J Blige, Stevie Wonder, Billy Joel, Tori Amos, dan Pharrel Williams.
jadi mau baca, walau jujur aku masih ada rasa gimana gitu liat hubungan ala Yuni Shara-Raffi Ahmad (knp jd bawa2 seleb). Cewe sih gpp kalau lebih tua, cuma kalau utk aku pribadi sebaiknya ga lebih dari 10 tahun. IMO
LikeLike
Kalo ala Atiqah-Ryo kan lumayan (malah ikut ngegosip). Hehehe
nah makanya itu pengen baca yang lokal. Kan kalo di sini beda lebih dari 10 tahun gitu langsung heboh. Pasti lebih kerasa konfliknya. Hehehe..
LikeLike