

Sejak masih kecil, saya selalu terpesona kepada dunia dongeng. Bagi saya, tak ada yang lebih magis daripada kerajaan bawah laut atau istana di balik hutan gelap berduri. Dan tentu saja, tak ada yang lebih romantis selain pangeran yang melewati segala rintangan untuk menyelamatkan sang putri. Meskipun saat itu saya belum mengerti benar apa itu romantis. Saya juga mencintai legenda-legenda Indonesia yang tak kalah magis dan kadang menyuguhkan nilai moral lebih dalam. Tetapi kalau dulu saya memuja Cinderella dan Putri Salju, di usia dewasa ini dongeng favorit saya justru Little Red Riding Hood.
Silakan menjajal Little Red Riding Hood klasik yang ditulis oleh Charles Perrault, Grimm Brothers, Italo Calvino, atau versi-versi lain yang lebih tua. Apalagi kalau kita membacanya tanpa ilustrasi imut dalam cergam anak-anak. Little Red Riding Hood klasik ini terasa lebih gelap. Beberapa bahkan sadis. Salah satunya versi yang menceritakan Big Bad Wolf menyisakan satu anggota tubuh sang nenek dan memaksa Red Riding Hood untuk memakannya mentah-mentah. Di beberapa versi, Red Riding Hood tewas tanpa ada pemburu baik hati yang menyelamatkannya.
Setelah itu cobalah untuk membaca penuturan ulang Little Red Riding Hood yang lebih dewasa seperti The Werewolf dan In The Company of Wolves-nya Angela Carter. Setelah itu kamu tidak akan bisa memandang Little Red Riding Hood dengan cara yang sama lagi. Dongeng tersebut tak sesederhana yang terlihat. Kita akan mendapati multi interpretasi di dalamnya.

Kita bisa memandang si gadis cilik bertudung merah sebagai remaja putri yang tengah memasuki kedewasaan. Tudung merah menyala miliknya bisa jadi representasi darah menstruasi atau selaput dara. Big Bad Wolf adalah manifestasi dari banyak hal, terserah yang menafsirkannya. Dia adalah seorang pedofil, pemerkosa, perwujudan pria dan ‘kemampuan’ mereka untuk menghancurkan masa depan seorang gadis, risiko tak terduga yang akan kita hadapi begitu memasuki dunia dewasa, bahaya di tempat asing yang harus dihindari, atau justru sisi gelap dari Red Riding Hood sendiri. Jika kamu membaca versi di mana Red Riding Hood dimangsa setelah Big Bad Wolf berhasil memancingnya untuk naik ke atas ranjang, kamu akan merasakan kentalnya elemen seksual di dalam cerita ini.

Pada akhirnya, setiap versi Little Red Riding Hood menyiratkan pesan yang sama. Berhati-hatilah dengan hal yang belum kamu ketahui. Dia bisa membawamu kepada kehancuran atau menjadi pelajaran menyakitkan untuk membuatmu menjadi seseorang yang lebih baik. Seperti Red Riding Hood yang ‘terlahir’ kembali dari dalam perut Big Bad Wolf sebagai gadis cilik yang lebih bijaksana.