Mata dibayar mata, gigi dibayar gigi.
The Count of Monte Cristo sebuah novel menarik tentang perebutan kekuasaan, keberanian, siasat cerdik, harta karun dan janji suci.
Ditulis oleh sang maestro, Alexandre Dumas, The Count of Monte Cristo merupakan novel klasik yang dibaca luas di seluruh dunia. Heroik dan penuh intrik.
Judul: The Count of Monte Cristo
Penulis: Alexandre Dumas
Bahasa: Indonesia
Format: paperback, 568 hal.
Penerbit: Bentang Pustaka (2011)
Genre: fiksi, drama, petualangan
Cerita
dikutip dari Goodreads:
Terpuruk dalam dinginnya dinding penjara bawah tanah yang gelap, Dantès bagai menghitung hari. Ulah satu komplotan jahat telah menghancurkan hidup kapten kapal pemberani itu.
Tak ada lagi kapal megah beserta awak yang siap melayaninya. Ayahnya menanti ajal dalam kemiskinan tanpa kehadirannya. Wanita yang dicintainya pun turut dirampas. Masih layakkah dia berharap pada hidup?
Namun, hidup yang dia benci masih menyimpan kejutan. Secuil harapan muncul justru dari sosok tak terduga: seorang pria renta yang sekarat. Dari tubuh rapuhnya, terlontar sebuah rahasia yang bisa membuat Dante keluar dari tempat terkutuk itu; lebih dari itu, balas dendam!
5 Points for:
☑️ Story
☑️ Setting
☑️ Characterization
☑️ Writing style
☑️ Moral/interesting trivia
Level of Interest
💗💗💗💗
Review (Buku)
The Count of Monte Cristo dibuka dengan Edmond Dantès yang tengah berada di puncak kehidupannya. Masih muda, tampan, punya tunangan cantik yang akan segera dinikahi, dan baru diangkat sebagai kapten kapal pula.
Hidup tampak begitu indah, tapi tiba-tiba nasibnya berbalik 180 derajat. Dantès dijebloskan ke penjara, karena tuduhan palsu dari tiga orang yang mengkhianatinya.
Mendadak hidupnya berubah menjadi suram, seolah tak ada cahaya lagi. Setelah bertahun-tahun menjalani hukuman, Dantès bertemu dengan Abbe Faria, seorang pendeta tua yang ditahan bersamanya.
Melalui Faria yang seorang cendekiawan, Dantès belajar banyak ilmu di dalam penjara. Mereka juga menyusun rencana untuk kabur. Namun akhirnya nasib baik hanya menghampiri Dantès. Kematian Faria mendatangkan kesempatan kabur sekali seumur hidup baginya.
Setelah lolos dari penjara dengan memasukkan dirinya ke dalam kantong mayat, Dantès pun mencari harta karun Monte Cristo yang pernah diceritakan Faria.
Singkat kata, Dantès kembali dengan identitas baru sebagai Count of Monte Cristo. Harta melimpah yang kini dia miliki memberinya akses ke lingkaran sosial kelas atas.
Kekuasaan yang baru dimilikinya memungkinkan Dantès merajut jaring muslihat untuk menjebak para pengkhianatnya. Jaring muslihat yang sudah dia rencanakan selama belasan tahun terkurung di penjara.
Revenge is a dish best served cold. Saya rasa itulah poin yang bikin para pembaca di seluruh dunia menggemari novel klasik yang satu ini.
Kisah Dantès diwarnai tragedi yang membuat para pembaca ikut gregetan. Rasanya kita semua bakal ikut lega kalau Dantès berhasil membalaskan dendamnya.
Tapi saya rasa bukan cuma itu tujuan Dumas menuliskan The Count of Monte Cristo. Dantes dia buat menjadi tokoh utama yang hatinya tak cuma dipenuhi kebencian. Dantes tidak pernah melupakan setiap orang yang pernah menunjukkan kebaikan kepadanya.
Pada akhirnya, saya rasa Dumas ingin mengatakan, sepahit apa pun kehidupan, selalu ada jalan untuk bangkit kembali. Satu hal yang dibutuhkan untuk melakukannya cuma tekad. Ada tekad, ada jalan.
Secara pribadi, saya menganggap The Count of Monte Cristo lebih seru daripada petualangan The Three Musketeers yang juga ditulis oleh Alexandre Dumas.

Three Musketeers © BBC Books
Saya dengar, The Count of Monte Cristo terbit dalam dua versi, yaitu abridged version (dimampatkan) dan unabridged version. Saya rasa cetakan yang saya miliki ini termasuk unabridged version, karena tebalnya sampai 568 halaman dengan font kecil-kecil pula. Ceritanya benar-benar padat dan karakternya pun sangat banyak.
Pokoknya kalau kalian menikmati The Three Musketeers, kalian juga wajib mencoba baca The Count of Monte Cristo. Benar-benar seru dan greget.
Namun harus saya akui, rasanya saya tidak akan membaca buku ini untuk kedua kalinya. Meskipun seru, panjangnya itu, lho. Lumayan bikin mabok.

The Count of Monte Cristo ©Touchstone Pictures
Judul: The Count of Monte Cristo
Diangkat dari: The Count of Monte Cristo oleh Alexandre Dumas
Sutradara: Kevin Reynolds
Bahasa: Inggris
Tahun rilis: 2002
Produksi: Touchstone Pictures, Spyglass Entertainment
Genre: action, drama, petualangan
Sinopsis (film)
Ini adalah kisah klasik tentang seorang pria yang dipenjara atas kejahatan yang tak ia lakukan dan strategi briliannya untuk membalas dendam kepada para pengkhianatnya.
Pelaut muda yang menawan, Edmond Dantès (Jim Caviezel) adalah pria jujur yang menjalani hidup tenang dan lurus. Rencananya untuk menikahi si cantik Mercedes (Dagmara Dominczyk) buyar ketika sahabatnya, Fernand (Guy Pearce) yang menginginkan Mercedes mencuranginya.
Akibatnya, Dantès mendekam di penjara atas kesalahan yang tak pernah ia perbuat. Mendadak Dantès kehilangan segalanay.
Level of Interest
💗💗💗
Review (Film)
Revenge is sweet. Lagi-lagi itu yang saya rasakan terhadap The Count of Monte Cristo. Begitu juga dengan film adaptasinya yang rilis di tahun 2002 ini.
Film ini tidak patuh seratus persen terhadap keseluruhan bukunya. Ada modifikasi di sana-sini, tapi tidak sampai mengubah inti cerita orisinal The Count of Monte Cristo itu sendiri.
Saya salut, karena perombakan tanpa kehilangan esensi adalah hal yang sulit. Apalagi untuk cerita sepanjang dan sepadat ini, dengan materi dan tokoh yang banyak pula. Bisa jadi tontonan yang tetap memuaskan pembaca bukunya dengan durasi di bawah dua jam saja sudah hebat.

Ada penambahan dan penghilangan tokoh yang sebenarnya saya sayangkan. Tapi tak apalah, masih bisa dimaklumi. Saya juga mengapresiasi kostum serta detail set yang digunakan di dalam film. Rasanya benar-benar megah.

Para aktor dan aktris di film ini menunjukkan kualitas akting yang bagus, walaupun tak ada yang benar-benar menonjol juga. Nggak seperti Darkest Hour yang bagi saya cukup memorable untuk ditonton berkali-kali berkat akting keren Gary Oldman sebagai Winston Churchill. Uniknya, ada Henry Cavill yang masih unyu-unyu di film ini.
Bisa saya katakan, The Count of Monte Cristo (2002) ini tontonan yang menyenangkan. Saya perlu memberi applause untuk keputusan menambahkan unsur action di dalamnya. Saya rasa sedikit adu pedang dan perkelahian sengit di tepi pantai memang perlu untuk mencegah penonton bosan. Walaupun begitu, adaptasi layar lebar ini juga bukan film terbaik yang pernah sata tonton. Intinya, sekadar lumayan buat tontonan.

