[Review Buku & Film] Girls In The Dark

The lovelier the person on the outside, the more grotesque the secrets they hide.

—Girls In The Dark (Akiyoshi Rikako)

Beberapa waktu lalu, salah satu commenter di postingan saya merekomendasikan karya Rikako Akiyoshi yang sedang dibacanya, Scheduled Suicide. Saya jelas langsung tertarik, namun akhirnya memutuskan untuk mencari tahu tentang karya-karya Akiyoshi yang lain terlebih dahulu. Lalu pilihan saya jatuh pada Girls In The Dark.

Pilihan saya memang tepat. Lalu karena benar-benar jatuh cinta kepada karya ini, saya akan mencoba untuk membuat ulasan lengkap seperti saat saya me-review The Hunger Games dan Battle Royale dulu.

Girls In The Dark. ©2019 Haru Media

Judul: Girls In The Dark (Ankoku Joshi)
Penulis: Rikako Akiyoshi
Bahasa: Indonesia
Format: paperback, 288 hal.
Penerbit: Haru Media (2019)
Genre: fiksi, drama, young adults, misteri, thriller

Cerita

Taken from Goodreads:

Apa yang ingin disampaikan oleh gadis itu?

Gadis itu mati.
Ketua Klub Sastra, Shiraishi Itsumi, mati.
Di tangannya ada setangkai bunga lily.

Pembunuhan? Bunuh diri?
Tidak ada yang tahu.
Satu dari enam gadis anggota Klub Sastra digosipkan sebagai pembunuh gadis cantik berkarisma itu.

Seminggu sesudahnya, Klub Sastra mengadakan pertemuan. Mereka ingin mengenang mantan ketua mereka dengan sebuah cerita pendek. Namun ternyata, cerita pendek yang mereka buat adalah analisis masing-masing tentang siapa pembunuh yang sebenarnya. Keenam gadis itu bergantian membaca analisis mereka, tapi….

Kau… pernah berpikir ingin membunuh seseorang?

Para Tokoh

Girls In The Dark. Girls In The Dark. ©Haru Media
Girls In The Dark. Girls In The Dark. ©Haru Media

Shiraishi Itsumi

Mantan ketua klub sastra, gadis paling populer dan berpengaruh di sekolah, putri penyandang dana utama sekolah. Cantik, cerdas, berkarisma, dan dipuja semua orang. I know what you think, something so perfect is worthy of suspicion.

Sumikawa Sayuri

Wakil ketua klub sastra dan sahabat sejak kecil mendiang Itsumi. Dialah si gadis rajin dan pintar yang berada di sisi Itsumi untuk melengkapi segala kekurangannya. Jika sekolah putri adalah sebuah kerajaan, maka Itsumi adalah ratu yang menjadi simbol negara. Sementara Sayuri adalah perdana menteri yang menjalankan segalanya di belakang layar.

Nitani Mirei

Anggota teranyar dan termuda di klub sastra. Satu-satunya murid yang berhasil masuk ke sekolah putri St. Mary dengan beasiswa. Mirei adalah gadis yang rajin, pintar, dan cantik, namun kesulitan beradaptasi karena latar belakang ekonomi keluarganya. Tak mengherankan, gadis ini sangat memuja Itsumi yang diakuinya memberi banyak bantuan untuk menyesuaikan diri di sekolah elit itu.

Diana Decheva

Murid pertukaran pelajar dari Bulgaria. Dia menjalani program pertukaran menggantikan kembarannya yang mengalami kecelakaan. Berparas jelita dan memiliki cacat di kaki yang membuatnya tidak bisa berjalan dengan normal. Diana sangat menyukai segala hal tentang Jepang. Dia juga memuja Itsumi, bahkan jauh melebihi Mirei.

Kataoka Shiyo

Penulis remaja yang bintangnya sedang bersinar terang, karena baru memenangkan penghargaan literatur bergengsi. Sebelumnya dia tak terlalu menonjol di sekolah. Pernah tinggal di Prancis dan agak terlalu berbangga diri dengan karya debutnya.

Kominami Akane

Pastry chef‘ klub sastra. Dialah yang menghidupkan aktivitas klub dengan beragam dessert lezat. Di balik sosok mungilnya yang mirip boneka, Akane menyimpan ambisi besar di bisnis kuliner. Namun sang ayah, seorang pemilik restoran Jepang tersohor lebih memilih anak lelakinya sebagai penerus. Dapur klub sastra menjadi tempat pelarian dan laboratorium pribadinya.

Koga Sonoko

Gadis periang dan sedikit tomboy yang bercita-cita menjadi dokter. Dia menganggap Itsumi sebagai rival di bidang akademis. Walaupun begitu, dia selalu menghormati sang ketua yang karismatik.

Baca deskripsi para tokohnya saja sudah terbayang potensi konflik yang bisa terjadi, kan?

Tujuh orang anggota klub sastra St. Mary Academy berkumpul untuk sesi yaminabe (mystery stew, lit. rebusan di dalam gelap). Ini adalah tradisi rutin klub di mana para anggota membawa bahan makanan pilihan masing-masung untuk dimasukkan ke dalam panci rebusan. Setiap anggota harus menyantap masakan dari panci itu sampai habis, separah apapun rasanya.

Yaminabe kali ini spesial, karena disertai pembacaan cerita pendek untuk mengenang sang ketua yang baru meninggal. Itsumi tewas setelah jatuh dari lantai dua. Tangannya menggenggam sebatang lily of the valley. Apakah Itsumi mati bunuh diri, tergelincir, atau didorong oleh seseorang? Tak ada yang tahu.

Apa maksud bunga lily yang terselip di genggamannya? Mungkinkah bunga itu merujuk pada identitas pembunuhnya? Sonoko memakai parfum beraroma lily. Mirei memiliki jepit berhias manik bentuk lily. Kimikagesou, judul novel Shiyo berarti lily of the valley. Akane memiliki bekas luka berbentuk lily. Sementara Diana berasal dari desa yang terkenal sebagai penghasil bunga lily of the valley.

5 Points:

Story

Setting

Characterization

Writing style

Moral/interesting trivia

Level of Interest

Review (Buku)

Girls In The Dark adalah buku yang tergolong tipis. Namanya juga light novel. Walaupun begitu, dibuatnya saya kesengsem habis-habisan. Buku ini mengingatkan saya kepada Kokuhaku-nya Minato Kanae. Tentu saja cerita dan gaya penuturannya berbeda. Namun sudut pandang yang berganti-ganti dan plot twist berlapis-lapis yang dipakai memang senuansa. Begitu juga dengan setting sekolahnya.

Gaya penuturannya sendiri unik. Sudut pandang setiap tokoh disampaikan melalui cerita pendek yang mereka bacakan secara bergantian. Semuanya saling tuduh dengan versi cerita masing-masing. Ada yang bernuansa sedih, tragedi, sampai mistis segala. Satu hal yang jadi pertanyaan setiap pembaca, versi cerita siapakah yang benar?

Seperti yang sudah saya sebutkan sebelumnya. Rikako Akiyoshi menyuguhkan plot twist berlapis, terus-menerus sampai akhir. Bahkan ketika saya yakin sudah menemukan grand twist, ternyata masih ada twist lagi. Pantesan banyak reviewer yang misuh-misuh saat mengulas Girls In The Dark. Ini klub ciwi-ciwi kok ya banyak amat rahasianya.

“If it’s true that ‘others’ misfortunes are as sweet as honey, then I’d say their secrets are the ultimate spice—spices that fill the secret bearer’s life with the richest of aromas and the most unexpected of tastes.”

—Girls In The Dark (Akiyoshi Rikako)

Light Novel, Novelet, Novella, Apa Bedanya?

Jadi saya yang kurang mengikuti dunia perbukuan ini masih kudet dengan istilah light novel. Saya sudah pernah membaca fiksi dengan format ini sejak SMA. Karena dulu Elex Media Komputindo sempat menerbitkan banyak judul yang di kemudian hari baru saya ketahui adalah light novel.

Sepanjang pengamatan saya, dari dua judul yang saya baca (judul lainnya adalah Mystery at Hamura Sanitarium), light novel ini istilah yang khusus disematkan pada novel-novel tipis dari Jepang. Bukunya selalu disertai ilustrasi bergaya manga, meskipun jumlahnya tidak sebanyak graphic novel.

Lalu bedanya dengan novella apa? Samakah dengan novelet? Saya juga kurang paham.

Agar lebih paham, mari kita cari perbedaannya dari definisi masing-masing yang saya kutip dari Wikipedia.

Novel ringan atau light novel (ライトノベル raito noberu, ranobe) adalah sejenis novel yang sering disertai dengan ilustrasi anime atau manga, biasanya ditujukan untuk pembaca remaja usia sekolah menengah. Light novel termasuk kata dalam kategori wasei-eigo, istilah dalam bahasa Jepang yang meminjam kosakata Bahasa Inggris, namun bukan bagian dari idiom Inggris. Novel jenis ini biasanya panjangnya berkisar 40.000–50.000 kata (LN pendek panjangnya kurang lebih sama dengan novella), sangat jarang melebihi 200 halaman, sering kali diterbitkan dengan jadwal rapat, biasanya diterbitkan dalam ukuran bunkobon ((A6, 10.5 cm × 14.8 cm), dan sering kali disertai ilustrasi. Cerita LN sering terlebih dahulu dimuat secara bersambung di majalah sebelum diterbitkan dalam bentuk buku.

Lalu bagaimana dengan novella atau novela? Apakah sama dengan novelet, istilah yang sering digunakan di Indonesia untuk menyebut novel pendek?

Novela atau novelet adalah sebuah karya sastra yang memiliki bentuk lebih kecil dari novel. Istilah novela berasal dari bahasa Italia novella (jamak: novelle) yang berarti dongeng atau sebuah berita. Novela memiliki cerita yang lebih panjang dari cerita pendek, tetapi lebih pendek dari novel. Para penulis fiksi ilmiah dan fantasi Amerika mendefinisikan novela dari ukuran panjangnya, yaitu antara 17.500-40.000 kata.

Jadi ternyata begitu, saudara-saudara. Sekarang saya sudah paham perbedaan dan persamaan ketiganya. Sekarang lanjut ke review filmnya.

Girls In The Dark: Live Action

Girls In The Dark (Ankoku Joshi). ©2017 Toei/Showgate

Judul: The Dark Maidens (Ankoku Joshi)
Diangkat dari: Ankoku Joshi (2013)
Sutradara: Saiji Yakumo
Bahasa: Jepang
Tahun rilis: 2017
Produksi: Toei/Showgate
Genre: misteri, drama

Sinopsis (film)

Taken from AsianWiki:

One day, Itsumi Shiraishi (Marie Iitoyo) dies at Seibo Maria Girls High School. She falls off from the rooftop of a school building. Itsumi is the daughter of the administrator at the school and she was envied by all the other students there.

Did Itsumi kill herself or was she killed accidentally or intentionally? At the time of her death, she held a lily of the valley flower in her hand. A rumor spreads that somebody in the literature club killed Itsumi.

Itsumi was the president of the literature club. A friend of Itsumi, Sayuri (Fumika Shimizu), is now the president and she holds a regular club meeting, reading stories written by members. The theme of the meeting is “Itsumi Shiraishi’s death”.

Level of Interest

Review (film)

Saya ini memang kudet soal karya-karya Rikako Akiyoshi. Girls In The Dark sudah terbit sejak tahun 2013, diterjemahkan di tahun 2014, dan dibuat filmnya pula di tahun 2017. Tapi saya baru tahu sekarang, itu juga karena rekomendasi.

Karena sudah baca dan koleksi bukunya, sekalian tonton filmnya juga. Ternyata boleh juga. Saya cuma bisa bilang boleh juga, karena sudah terlebih dulu membaca bukunya. Jadi sudah tak ada efek kejutan lagi.

Sebenarnya film ini sangat potensial. Seharusnya terasa mencekam, tapi nuansa filmnya sendiri girly. Saya jadi salah fokus ke aspek girly tadi. Terutama di adegan kematian Itsumi yang bertabur bunga itu. Tapi memang seperti itulah deskripsinya di novel. Mirei menyebut kematian Itsumi sebagai pemandangan yang indah.

Menilik dari sisi sinematografi, saya rasa masih kalah dari Kokuhaku, ya. Itu film memang artistik sekali dan dapet nuansa dark-nya. Bahkan meskipun sudah membaca novelnya, saya masih dibuat tegang saat menonton. Tapi saya harus memuji kreativitas filmmaker untuk adegan-adegan dari pembacaan cerpen Diana. Mungkin keterbatasan waktu dan dana membuat filming tidak bisa dilakukan di Bulgaria. Sebagai gantinya, dibuatlah adegan mirip pertunjukan wayang atau apalah. Saya kurang bisa mendeskripsikannya. Kalau sudah menonton filmnya pasti paham maksud saya. Kreatif sekali dan…ya, girly.

Ngomongin para pemainnya? Ini adalah aspek yang paling saya suka dari film Ankoku Joshi. Saya suka film tentang anak sekolah yang aktornya terlihat believable sebagai anak sekolah. Itulah yang dilakukan para pembuat film ini. Mereka memilih aktris-aktris yang usianya masih 18-23 tahun. Nggak masalah kalau umur aktornya sudah duapuluhan. Tapi jangan sampai seperti film atau serial US. Anak SMA tapi pemerannya sudah pantes jadi guru magang semua.

Sayangnya, ada satu tokoh yang ditiadakan. Sonoko tidak ada di film, malah dilebur dengan karakter Shiyo. Juga ada adegan tambahan di akhir cerita. Penambahan yang bagus menurut saya.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.