[Just My Two Cents] Tentang Gabriel’s Inferno dan Nine Inch Nails

Pada suatu postingan yang saya tulis entah di platform apa, saya menyebut Gabriel’s Inferno sebagai fiksi yang memperkenalkan saya kepada Nine Inch Nails. Bagi sebagian orang, perkenalan dengan Nine Inch Nails dimulai pada tahun 90-an. Bagi saya, ketertarikan itu dimulai dari film Wanted yang dibintangi James McAvoy dan Angelina Jolie. Saya terpesona oleh lirik OST berjudul Everyday is Exactly The Same yang sangat sesuai dengan kegalauan batin saya saat itu.

I believe I can see the future
‘Cause I repeat the same routine
I think I used to have a purpose
But then again, that might have been a dream
 
-Everyday Is Exactly The Same (Nine Inch Nails)
Selanjutnya, Gabriel’s Inferno yang berjasa membuat saya tertarik untuk mencari tahu lebih jauh soal Nine Inch Nails. Iya, band ini memang cukup sering disebut di Gabriel’s Inferno.
The musical reference in “Gabriel’s Inferno” that has generated the most discussion is the mention of Nine Inch Nails. Some readers enjoy Trent Reznor, (the creative force behind the band), and his music. Some readers don’t.
 
Within the context of the story, Professor Emerson explains that he listens to Nine Inch Nails only when he is in a particular mood. In contrast, Julia never listens to them because she associates a particular song with a bad experience.
 
-Sylvain Reynard’s blog-
Si profesor ganteng diceritakan sering mendengarkan lagu-lagu Nine Inch Nails dan Lacrimosa. Hobi ini dikritik oleh mbak MC, Julia Mitchell. Dengerin kok Nine Inch Nails, depresif banget. Sayangnya di film cuma Lacrimosa yang disebut. Intinya, dari sanalah rasa penasaran saya terpicu. Memang sedepresif apa sih, lagu-lagunya NIN?
 

Setelah mendengarkan beberapa album dan menemukan lagu yang sesuai selera, akhirnya saya paham. Saya adalah penikmat musik yang buta nada dan tidak punya kualifikasi untuk mengkritisi. Tapi secara awam, saya bisa deskripsikan musik NIN dengan kata-kata berikut:

  • Noisy
  • Hard listening
  • Disturbing
  • Pessimistic
Trent Reznor sebagai tokoh utama di balik musik-musik NIN meramu berbagai jenis sound yang biasanya tidak ‘ramah’ di telinga kita. Misalnya radio static, suara kendaraan lalu lalang di jalanan, denting piano dengan tempo cepat yang pas untuk adegan panik di film-film, petikan gitar yang tiba-tiba meraung tanpa peringatan, dan entah bunyi-bunyian distorted apalagi. Banyak yang tidak bisa ternamai karena minimnya pengetahuan saya tentang musik.
 
Menilik dari segi lirik, pilihan kata Om Reznor tidak pernah jauh dari amarah, keputusasaan, adiksi, atau kejemuan terhadap kesedihan yang tak kunjung usai. Tak jarang disertai kalimat yang ofensif. Misalnya di Closer, salah satu lagu NIN yang paling dikenal. Rasanya perdebatan tentang makna implisit lagu itu tidak ada habisnya.
 
Memang benar kata Sylvain Reynard, musik NIN bukan untuk semua orang. Kebetulan saya termasuk yang cocok dengan jenis musik begini. Dan benar juga kata Kang Gabriel, NIN lebih mudah dinikmati saat kita tidak sedang gembira. Saat saya share salah satu lagu NIN di jejaring sosial, hampir selalu ada yang berkomentar, “Kamu nggak papa? Perlu ngopi tah?” Loh, ini cuma lagu buat denger-denger iseng, pikir saya. Bukan berarti saya lagi kepingin nyilet pergelangan tangan ^^
 

Seseorang yang pernah saya share Leaving Hope dari album Still mengaku kalau dia nggak mau mendengarkan lagu itu buat kedua kalinya karena ‘bikin hati makin susah’. Padahal ini salah satu lagu terfavorit buat saya. Tiap dengar Leaving Hope saya selalu terbayang bangun sendirian di tengah kota mati. Semua penduduk menghilang, menyisakan senyap yang mencekam dan kendaraan terbengkalai di jalanan. Barangkali kayak bumi habis di-snap Thanos gitu, ya.

Secara pribadi, saya memang suka musik-musik yang gelap. Termasuk lagu-lagu NIN. Rasanya cocok buat OST film urban fantasy vampir-vampiran macam Blade atau Underworld.

Tapi jujur saya juga nggak mampu kalau disuruh mendengarkan Om Reznor seharian. Soalnya sounds-nya memang berisik dan jauh dari ear catchy.

Sekadar iseng, berikut ini saya lampirkan lagu-lagu NIN favorit saya. Kebanyakan dari album With Teeth. Beberapa di antaranya slow atau instrumental, meskipun tetap dengan sounds serba gengges. Kalau nggak gengges ya bukan Nine Inch Nails kayaknya.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.