
Mumpung filmnya sudah mau rilis, kita ulas dululah novelnya. Saya berencana mengulas buku-buku Agatha Christie secara berkala. Tidak cuma seri Poirot, saya juga akan mengulas Miss Marple, Tommy and Tuppence, dan buku-buku Christie yang lain. Soalnya saya memang sedang mengumpulkan cetakan terbaru novel-novel Christie yang bersampul putih itu.

Judul: Death on The Nile
Penulis: Agatha Christie
Bahasa: Indonesia
Format: paperback, 403 hal.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2018)
Genre: fiksi, misteri, thriller, detektif
Cerita
Kegembiraan pelesir mengarungi Sungai Nil yang dinanti-nanti para penumpang kapal hancur akibat penemuan mayat Linnet Ridgeway. Perempuan berambut pirang itu ditembak di kepalanya.
Linnet adalah perempuan muda yang cantik, kaya raya, dan tampak memiliki segalanya. Termasuk pria yang paling dicintai mantan sahabatnya. Kematiannya menimbulkan kehebohan di atas kapal.
Hercule Poirot dibuat berpikir keras. Terlalu banyak hal mencurigakan yang disaksikannya. Namun di atas sungai permai milik negeri eksotis ini, tak semuanya sama seperti yang terlihat di permukaan.
4 Points:
Story
Setting
Characterization
Writing style
Moral/interesting trivia
Level of Interest
Review
Death on The Nile: The Movie

Sudah tahu kalau Death on The Nile bakal naik ke layar lebar, kan? Kalau sudah pernah nonton Murder on The Orient Express (2017) pasti sudah menangkap teaser-nya di akhir film. Poirot terlihat menginjakkan kaki di Mesir, menandai petualangan selanjutnya yang berlatar negeri piramida.
Death on the Nile bakal tayang di bulan Oktober ini. Namun ternyata judul ini juga sudah pernah diadaptasi ke film pada tahun 1978. Versi tahun 1978 dibintangi oleh Peter Ustinov sebagai Hercule Poirot, lalu ada Bette Davis, Jane Birkin, Lois Chiles, dan Mia Farrow.
Sebenarnya nggak mengherankan kalau Kenneth Branagh, sang sutradara sekaligus pemeran Poirot memilih Death on The Nile buat film selanjutnya. Novel ini menawarkan setting megah yang sempurna buat tragedi. Ceritanya juga cenderung dramatis. Penonton yang masih awam dengan karakter Hercule Poirot dan double plot twist khas Agatha Christie hampir pasti puas dengan suguhan Branagh.
Tapi kalau saya boleh bilang sih, saya ragu film ini bakal memuaskan para pembaca setia Poirot. Orient Express misalnya, bagi saya penuh dengan misenterpretasi terhadap novelnya. Sementara kesalahan terfatal adalah misinterpretasi terhadap karakter Poirot sendiri. Bahkan kumis dan perawakannya pun beda total dari Poirot di buku.
Poirot adalah detektif yang berbangga diri atas kecerdasannya, namun kerap membiarkan dirinya disepelekan oleh orang yang baru mengenalnya. Pasalnya Poirot memang suka bersikap flamboyan secara berlebihan, tidak pernah menanggalkan kesopanan bahkan saat konfrontasi, dan yang paling penting dia tak suka aktivitas yang menguras fisik. Nggak ada ceritanya Poirot mau berantem sama pembunuh atau kejar-kejaran macam Holmes. Ada juga kena gebok sekali sudah tepar. Hercule Poirot, seperti yang sering dia ucapkan sendiri, adalah detektif yang bekerja hanya dengan sel-sel kelabu di dalam kepalanya.
Tapi saya bakal tetep nonton juga sepertinya, sekadar buat hiburan dan bahan nyinyir. Toh saya cukup senang banyak orang yang jadi tertarik baca novel-novel Poirot gara-gara filmnya Branagh. Bahkan ada teman yang pinjam novel-novel detektif saya setelah nonton Orient Express.
Yah, sebelum Death on The Nile beneran tayang, kita nikmati saja dulu trailer-nya.