
Kapan hari saya direkomendasikan sebuah manga bertema sinema oleh salah satu teman yang biasa ngobrolin buku bareng. Sebuah genre yang cukup baru buat saya, karena selama ini saya belum pernah menemukan manga bernuansa sinema.
Membaca manga berjudul Kine-san no Hitori de Kinema itu membuat saya tersadar kalau dunia manga itu sangat kreatif. Rasanya semua tema sampai yang tak terpikirkan pun ada. Mulai dari ramen, kehidupan otaku, pendidikan seks, otomotif, musik, robotic science, dunia publishing, film, fashion pria, teh, sampai seluk beluk bisnis toko buku juga ada.
Makanya saya juga paling malas kalau ada yang bilang, “Wis gedhe kok sik maca komik,” Kenalan sama manga-manga seinen atau josei dulu, kak, yuk.
Nah, kebetulan kali ini saya baru baca manga tentang teater Noh. Jadi mau bikin list rekomendasi manga bertema seni peran. Tadinya mau bikin list manga bertema sinema. Tapi saya baru kelar baca dua judul. Jadi lain kali sajalah.
Oh, iya, list ini cuma berisi judul-judul lama yang sudah diterjemahkan di Indonesia dan sudah rampung saya baca.
1. Garasu no Kamen – Shuzue Miuchi
Saya rasa penggemar manga generasi 90-an tak bakal asing dengan judul ini. Garasu no Kamen alias Topeng Kaca yang diduga sempat jadi korban plagiat sinetron itu. Manga yang sangat panjang, slow paced, dan nggak tamat-tamat. Beneran bikin gemes, karena ceritanya seru sekali.

Manga ini bercerita tentang Maya Kitajima, gadis remaja yang biasa-biasa saja tetapi memiliki bakat akting luar biasa. Pembaca akan diajak mengikuti perjuangan Maya menjadi seorang aktris profesional. Dari anggota klub drama sekolah, beralih ke teater kecil, sampai jadi bintang sinetron tenar, lalu jatuh lagi ke teater jalanan, hingga menjadi kandidat tokoh utama di pementasan terbesar abad ini, yaitu Bidadari Merah.
Manga ini akan berbicara satu atau dua hal mengenai teknik berakting sambil memperkenalkan judul-judul film dan drama populer yang pernah dipentaskan di panggung teater dunia. Misalnya Midsummer’s Night (William Shakespeare), The Miracle Worker, Little Women (Louisa May Alcott), Don Quixote, dan Yaoya Oshichi.
2. Skip Beat! – Yoshiki Nakamura

Beda dengan Topeng Kaca yang lebih banyak berbicara tentang drama panggung, Skip Beat! lebih menonjolkan drama layar kaca dan program televisi lainnya. Pasalnya, Kyoko yang jadi tokoh utama manga ini memang bekerja di sebagai maskot talk show di stasiun televisi.
Cerita Skip Beat! bermula dari Kyoko Mogami, 16 tahun, yang merasa dikhianati oleh cinta pertamanya, Sho Fuwa. Kyoko meninggalkan keluarga dan sekolahnya di Kyoto untuk membantu mewujudkan impian Sho sebagai selebriti tenar. Tetapi rupanya Sho cuma memanfaatkan Kyoko sebagai pembantu gratisan dan penyokong finansial.
Setelah mengetahui sifat asli Sho, Kyoko pun bersumpah untuk balas dendam. Sho mengatakan kalau Kyoko bisa membalas dendam kalau dia menjadi selebriti yang lebih besar darinya. Jadi Kyoko pun menemukan tujuan hidup baru. Menjadi selebriti tenar untuk menghancurkan Sho.
Perjuangan Kyoko memasuki dunia hiburan tentu tak mudah. Agensi yang dia impikan bahkan menempatkannya di Love Me Section, divisi berisi calon artis ‘buangan’. Tapi bukan Kyoko Mogami namanya kalau mudah menyerah.
Meskipun awalnya Kyoko memasuki dunia akting dengan latar belakang dendam, akhirnya dia justru jatuh cinta kepada seni peran. Dari sana juga Kyoko bertemu Ren Tsuruga, seorang aktor berbakat yang dianggap saingan oleh Sho.
Skip Beat! ini mengemas cerita pembalasan dendam ala shoujo manga dengan komedi, persahabatan, drama profesi, dan tentunya cinta segitiga di antara Kyoko-Ren-Sho.
Judul ini dulu sempat dimuat di Hanalala. Pernah juga dibuatkan live action di Taiwan dengan bintang Choi Siwon dan Lee Donghae dari SuJu.
3. W Juliet – Emura

Satu lagi shoujo manga bertema seni peran, kali ini dengan latar klub drama di sebuah SMA. Ada Ito Miura, seorang cewek tomboy anggota klub drama yang bercita-cinta menjadi aktris laga. Suatu hari klubnya kedatangan anggota baru, murid pindahan jelita dengan rambut pirang bernama Makoto Amano. Ito dan Mako langsung jadi teman dekat dalam waktu singkat. Dan suatu hari terbongkarlah kalau Makoto sebenarnya seorang anak laki-laki.
Jadi, Mako ini harus menyamar jadi anak perempuan sebagai persyaratan dari ayahnya untuk mendapat izin mengejar cita-cita sebagai aktor. Mako adalah anak lelaki satu-satunya di dalam keluarga dan diharapkan menjadi penerus dojo milik keluarga.
Sebenarnya, W Juliet ini lebih kental unsur romance-nya. Saya suka romansa manis Ito dan Mako. Tapi yang paling menarik dari judul ini adalah percintaan tiga pasang second leads-nya. Interaksi keluarga Miura yang banyol, tapi mengharukan itu juga jadi alasan utama W Juliet disukai pembaca. Banyak, lho, yang ngefans sama kakak kembar Ito, Yuto dan Ryuya. Drama keluarga Mako juga cukup menyentuh hati, sih.
4. Penguin Revolution – Sakura Tsukuba

Yukari Fujimaru butuh uang untuk hidup setelah sang ayah yang bangkrut meninggalkan dirinya. Dia punya kemampuan untuk melihat bakat bintang seseorang lewat sayap tak kasat mata yang tumbuh di punggung mereka. Kemampuan itulah yang membuatnya berkenalan dengan Ryou, seorang aktor baru.
Fujimaru pun akhirnya bergabung di agensi Peacock dan menjadi manajer Ryou, meskipun pekerjaan itu harus dilakukannya dengan menyamar sebagai pria. Peacock ini punya sistem klasifikasi yang unik untuk artis-artisnya. Artis baru yang masih belum terasah benar bakatnya disebut penguin, seperti Ryou. Nah, artis yang seperti ini di mata Fujimaru sayapnya masih kecil kayak bebek gitu. Sementara artis yang top seperti Ayaori, yang sayapnya gede kayak malaikat masuk kategori Peacock.
Shoujo manga ini menonjolkan romance dan sisi gemerlapnya dunia selebriti melalui para aktor muda yang berkecimpung di dalamnya. Saya juga suka karakter Fujimaru yang rajin, cekatan, dan jago aikido.
5. Kabuki Prince – Kanoko Sakurakoji

Sebenarnya Kabuki Prince ini semacam volume tambahan buat Backstage Prince yang sudah tamat. Saya lupa sebutannya untuk buku-buku seperti ini. Intinya seperti Backstage Prince #1.5 atau what happens after Backstage Prince ends gitulah.
Cerita utamanya adalah percintaan Ryusei, seorang aktor Kabuki yang menjanjikan tetapi bertemperamen buruk dan Akari, seorang cewek biasa-biasa nan bucin tipikal shoujo manga. Hubungan mereka tidak mendapat restu dari ayah Ryusei, karena Akari yang juga berperan sebagai asisten Ryusei dianggap tidak prospektif untuk kemajuan karirnya sebagai aktor Kabuki.
Kabuki Prince ini agak terlalu klise untuk selera saya. Ceritanya macam sinetron atau FTV Indonesia. Tetapi karena latarnya kabuki, jadi cukup menarik.
6. Natural Pearl Pink – Meca Tanaka

Selanjutnya ada Natural Pearl Pink karya Meca Tanaka. Bercerita tentang Tamako, gadis tomboy yang sebenarnya adalah anak seorang idol.
Karena Shinju Momono, ibu Tamako melahirkannya saat masih remaja dan sedang di puncak karier, keberadaan sang anak harus dirahasiakan.
Begitu remaja, Tamako nekat gabung agensi ibunya dan bercita-cita jadi selebriti juga. Tentu saja ada kisah cinta di sini. Tamako naksir Kanji, teman kecilnya sekaligus pewaris agensi.
Manga ini latar dunia aktingnya tipis. Kita bisa menemukannya di profesi ibu Tamako yang tenar lewat serial televisi Detektif Idola. Tamako sendiri lantas ikutan main sinetron sebagai adik ibunya.
7. The Other Marionette – Saito Chiho
The Other Marionette adalah manga terfavorit saya di listopia ini. Saya memang penggemar artwork dan cerita-cerita bikinan Saito Chiho. Dramanya dapet banget.

The Other Marionette menceritakan Nanami Hagino, seorang balerina muda yang diajak terjun ke dunia teater oleh Masayuki Jin berkat bakat method acting-nya yang alami.
Didikan Jin yang mantan aktor dan sutradara Teater Abad 29 sangat keras. Kena gampar berapa kali ini si Nanami? Tapi yang paling menyengsarakan Nanami adalah Takeru, kepribadian ganda Jin yang sering membuat masalah bagi semua tokoh.
8. More a Flower Than a Flower (Hana yori mo Hana no Gotoku) – Minako Narita

Kalau kepingin membaca manga bertema seni peran yang kental drama profesinya, coba baca More a Flower Than a Flower ini. Judul yang satu ini mengambil latar panggung Noh, seni teater kuno yang sangat dihormati di Jepang. Noh ini merupakan kesenian yang jauh lebih tua daripada Kabuki dan katanya lebih dihormati juga. Kento, si tokoh utama adalah seorang shite, aktor yang memerankan karakter utama di Noh.
Melaui cerita Kento, pembaca bisa mempelajari detail seni teater Noh. Ada banyak peran buat seniman Noh. Agar bisa naik kelas ke shite seperti Kento, mereka harus belajar bertahun-tahun. Ada juga yang perannya jadi pemain instrumen pengiring doang.
Lalu topeng Noh yang selalu dipakai para pemain juga punya cerita tersendiri. Topeng ini lubangnya sangat kecil, di bagian bola mata. Jadi para pemain yang jangkauan pandangnya terbatas harus berlatih berkali-kali agar tidak tersandung properti panggung.
Topeng Noh ini bisa menunjukkan ekspresi yang berbeda-beda jika dilihat dari sudut berlainan. Jadi, aktor Noh juga mesti tahu kapan mereka harus menunduk, tengadah, atau menelengkan kepala agar ekspresi yang hendak disampaikan bisa dilihat penonton.
Ah, iya, manga More of a Flower Than a Flower yang saya potret ini hibahan dari Shinta Wahyu Diana. Makasih buat farewell gift-nya, yaaa 😘
9. My Dream – Yukari Kawachi

Dan manga bertema seni peran terakhir yang kepingin saya perkenalkan adalah My Dream karya Yukari Kawachi. Manga lawas sekali ini, terbit tahun 1987. Manga ini menceritakan Sara yang bercita-cita menjadi aktris di panggung Takarazuka.
Takarazuka itu apa, sih? Kalau menurut saya mirip drama musikal Broadway, tapi pemerannya perempuan semua. Ada yang kebagian peran sebagai tokoh wanita. Ada pula aktris yang selalu memerankan tokoh pria. Takarazuka ini banyak digemari para wanita. Sampai fanatik lho, terutama ke aktris yang jadi peran utama pria.
Sebenarnya masih banyak judul lain yang juga menggunakan latar dunia akting. Misalnya Wild Act atau Kodocha Child’s Play. Tapi sampai di sini saja cerita saya soal manga bertema seni peran. Kalau ada judul yang bagus menurut kalian, rekomendasikan ke saya, ya!