[Review Buku] Geisha: A Life, Otobiografi Sosok yang Jadi Inspirasi Memoirs of a Geisha

Geisha: A Life. ©2003 Washington Square Press

Judul: Geisha, A Life
Penulis: Mineko Iwasaki, Rande Brown
Bahasa: Inggris
Format: paperback, 297 hal.
Penerbit: Washington Square Press (2003)
Genre: nonfiksi, otobiografi

Geisha: A Life. ©2003 Washington Square Press
Geisha: A Life. ©2003 Washington Square Press

Cerita

Disadur dari Goodreads:

Celebrated as the most successful geisha of her generation, Mineko Iwasaki was only five years old when she left her parents’ home for the world of the geisha. For the next twenty-five years, she would live a life filled with extraordinary professional demands and rich rewards. She would learn the formal customs and language of the geisha, and study the ancient arts of Japanese dance and music. She would enchant kings and princes, captains of industry, and titans of the entertainment world, some of whom would become her dearest friends. Through great pride and determination, she would be hailed as one of the most prized geishas in Japan’s history, and one of the last great practitioners of this now fading art form.

In Geisha, a Life, Mineko Iwasaki tells her story, from her warm early childhood, to her intense yet privileged upbringing in the Iwasaki okiya (household), to her years as a renowned geisha, and finally, to her decision at the age of twenty-nine to retire and marry, a move that would mirror the demise of geisha culture. Mineko brings to life the beauty and wonder of Gion Kobu, a place that “existed in a world apart, a special realm whose mission and identity depended on preserving the time-honored traditions of the past.” She illustrates how it coexisted within post-World War II Japan at a time when the country was undergoing its radical transformation from a post-feudal society to a modern one.

“There is much mystery and misunderstanding about what it means to be a geisha. I hope this story will help explain what it is really like and also serve as a record of this unique component of Japan’s cultural history,” writes Mineko Iwasaki. Geisha, a Life is the first of its kind, as it delicately unfolds the fabric of a geisha’s development. Told with great wisdom and sensitivity, it is a true story of beauty and heroism, and of a time and culture rarely revealed to the Western world.

Level of Interest

Review

Setelah mengulas Metropop di postingan sebelumnya, kali ini saya memilih review buku non-fiksi. Lebih tepatnya otobiografi seorang wanita Jepang bernama Iwasaki Mineko. Dia adalah mantan geisha yang disebut Arthur Golden sebagai salah satu narasumber utama saat riset untuk penulisan novel laris Memoirs of a Geisha.

Sempat ada drama tuntut-menuntut di antara Iwasaki dan Golden. Pasalnya sang mantan geisha merasa Golden telah menyalahi kesepakatan untuk menjadikan dirinya sebagai narasumber anonim. Menurut Iwasaki, dia mendapatkan kritikan pedas gara-gara membocorkan ‘dapur’ profesi geisha kepada orang asing. Sampai dianggap ikut bertanggungjawab atas misinterpretasi terhadap profesi geisha yang digambarkan Golden.

No woman in the three hundred-year history of the karyukai has ever come forward in public to tell her story. We have been constrained by unwritten rules not to do so, by the robes of tradition, and by the sanctity of our exclusive calling.

-Iwasaki Mineko-

Sebagai upaya untuk membersihkan nama, Iwasaki lantas menerbitkan memoir juga. Di sini dia mencoba mluruskan beberapa hal dengan membuka kisah hidupnya sendiri. Misalnya saja soal mizuage yang ternyata berbeda dari penggambaran Golden. Menurut Iwasaki, pelelangan keperawanan semacam itu tidak pernah terjadi pada geisha manapun. Apalagi karena geisha sendiri cuma wanita penghibur, bukan pekerja seks komersial seperti oiran pada masanya.

Tak seperti Sayuri dan Hatsumomo yang terlarang memiliki hubungan asmara, Iwasaki dan rekan-rekan seprofesinya memiliki kebebasan penuh untuk menjalani kehidupan pribadi. Karir dan reputasinya sebagai geisha tetap utuh, bahkan meskipun dia berhubungan dengan suami orang.

Sekilas tentang Iwasaki Mineko

Sebelum membahas Geisha, A Life sebagai inspirasi Memoirs of a Geisha, mari kita berkenalan dengan sosok Iwasaki Mineko terlebih dahulu. Iwasaki menjalani profesi sebagai geisha (atau geiko menurut sebutannya) pada tahun 1960-an hingga 1970-an.  Dia dikenal sebagai salah satu geisha terbesar pada zamannya.

Iwasaki Mineko muda dalam balutan kimono geiko. ©Iwasaki Mineko
Iwasaki Mineko muda dalam balutan kimono geiko. ©Iwasaki Mineko

Iwasaki terlahir dengan nama Tanaka Masako. Anak bungsu dari tiga belas besaudara. Keluarganya masih keturunan klan Fujiwara yang pernah memegang tampuk kekuasaan Jepang. Namun keluarga itu sendiri sudah jatuh dari masa kejayaan.

Karena hidup yang sulit, kedua orangtua Iwasaki menyerahkan tiga anak perempuan mereka yang sudah cukup umur ke Karyukai. Mereka umumnya dididik sebagai geisha atau dipekerjakan sebagai pelayan di okiya. Iwasaki sendiri pada gilirannya diserahkan ke okiya Iwasaki untuk dididik sebagai atotori (geisha yang menjadi pewaris okiya). Ketiga kakaknya sudah mendahului tinggal di sana. Yaeko yang merasa dibuang oleh orangtuanya tumbuh menjadi seorang wanita pahit, geisha gagal yang saya rasa menjadi inspirasi utama karakter Hatsumomo.

Iwasaki menjadi salah satu geisha tersukses dan terpopuler pada masanya karena dua hal, kecantikan menonjol dan kecerdasannya. Bakat seni dan perlakuan istimewa dari Madame Oima sedikit banyak juga memang memberinya lebih banyak kesempatan untuk menjadi geisha nomor satu.

Iwasaki sempat berhubungan dengan seorang aktor yang sudah beristri. Hubungan mereka berakhir denhan pahit. Iwasaki akhirnya menerima pinangan seorang seniman. Meskipun menjadi pewaris okiya Iwasaki, dia justru memutuskan pensiun dari profesi geisha dan menutup okiya. Langkah ini diambilnya sebagai bentuk protes atas perlakuan tidak adil yang diterima para geisha.

As I matured in the profession, I became increasingly disillusioned with the intransigence of the archaic system and tried to initiate reforms that would increase the educational opportunities, financial independence, dan professional rights of the women who worked there. I was so discouraged by my inability to effect change that I finally decided to abdicate my position and retire, which, at the horror of the establishment, I did at the height of my success, when I was twenty-nine years old.

-Iwasaki Mineko-

Iwasaki beralih dari seni menghibur geisha ke seni tari yang memang sudah ditekuninya sejak anak-anak.

Apakah Mineko adalah Sayuri?

Kalau suka Memoirs of a Geisha, Anda pasti juga menikmati memoir Iwasaki Mineko ini. Kisah hidupnya memang tak sedramatis Sayuri, namun bisa kita lihat kalau Golden mendasarkan sebagian besar ceritanya dari pengalaman-pengalaman Iwasaki.

Zhang Ziyi sebagai Nitta Sayuri di Memoirs of a Geisha. ©2005 Columbia Pictures
Zhang Ziyi sebagai Nitta Sayuri di Memoirs of a Geisha. ©2005 Columbia Pictures

Lalu apakah Nitta Sayuri adalah Iwasaki Mineko? Saya pikir jawabannya iya dan tidak. Kisah hidup Iwasaki memang punya banyak kemiripan dengan Sayuri. Namun latar belakangnya sebagai geisha keturunan bangsawan lebih mirip Raiha, seorqng geisha yang diceritakan sebagai objek kekaguman Sayuri. Kecerdasan dan rasa percaya dirinya dipinjam Golden untuk membangun karakter Mameha, mentor Sayuri.

Sisi arogan dan kekanakan Iwasaki bisa kita lihat dalam diri Hatsumomo, karakter antagonis utama Memoirs of a Geisha. Walaupun sedikit banyak, Hatsumomo adalah peleburan karakter Yaeko dan Masako (Old Meanie).  Sementara Kuniko yang penyayang dan pekerja keras bisa kita lihat di dalam sosok Labu.

Iwasaki Mineko, Pangeran Philip, dan Ratu Elizabeth II

Beberapa adegan memorable di Memoirs of a Geisha bisa kita temukan di memoir Iwasaki Mineko. Misalnya adegan saat Mameha membuat Hatsumomo cemburu dengan sok akrab ke aktor kabuki yang dekat dengannya. Bisa dilihat kalau itu sebenarnya itu adalah kisah Iwasaki sendiri bersama Pangeran Philip dan Ratu Elizabeth II dari Kerajaan Inggris.

Pasangan dari Kerajaan Inggris itu sempat diundang ke Jepang. Sebagai geisha populer, Iwasaki diminta untuk ikut menghibur. Pengelola acara sudah menyiapkan segala hal untuk menjamu pasangan tersebut. Namun Elizabeth menolak makan dan bicara sepanjang acara. Iwasaki menganggap hal ini sebagai hinaan terhadap tuan rumah. Jadi dia sengaja berakrab ria kepada suami ratu. Menurut cerita Iwasaki, Elizabeth ngambek berat sepanjang hari dan dia merasa puas.

Selain anekdot tentang anggota keluarga kerajaan Inggris ( insiden kipas dengan Pangeran Charles juga ada) , Iwasaki juga membagikan beberapa kisah menarik lain yang membuat kita lebih memahami profesi geisha di mata pelakunya sendiri. Intinya, Geisha: A Life adalah buku yang cukup menarik dan kaya informasi seputar tradisi geisha.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.