[Review Novella] Agatha Christie’s “Triangle at Rhodes”

Kali ini saya kepingin mengulas sebuah novella. Ini adalah cerita yang agak kepanjangan untuk disebut cerpen, tapi memang diterbitkan sebagai bagian dari kompilasi cerita dengan tajuk utama Murder in the Mews.

Saya tidak akan mengulas keseluruhan bukunya, karena cerita yang sangat berkesan bagi saya cuma satu. Judulnya adalah “Triangle at Rhodes”.

Murder in the Mews. © Gramedia Pustaka Utama

Judul: “Triangle at Rhodes”
Buku: Murder in the Mews
Penulis: Agatha Christie
Bahasa: Indonesia
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2018)
Genre: fiksi, drama

Cerita

Poirot yang ingin ‘rehat dari kejahatan’ memutuskan untuk berlibur di Pulau Rhodes. Karena belum musim liburan, tak banyak pelancong yang ditemuinya saat itu. Salah satunya adalah Valentine Chantry yang pongah dengan kecantikannya.

Valentine tampak terlalu akrab dengan si tampan Douglas Gold. Padahal istri Douglas, Marjorie yang malang menyertainya dalam liburan itu. Begitu juga Kolonel Tony Chantry, suami Valentine yang pencemburu.

Kedua pria itu tampak siap saling bunuh untuk memperebutkan Valentine. Semua tamu di Rhodes menjadi saksi atas cinta segitiga yang rumit itu. Sepertinya mereka tahu bagaimana cerita ini bakal berakhir. Namun, ternyata mereka salah duga. Bukan Douglas atau Tony, tapi Valentine yang ditemukan tewas karena keracunan.

Satu-satunya saksi yang melihat ‘segitiga’ di Rhodes dengan sudut pandang tepat adalah Poirot. Sebelumnya, detektif Belgia itu sudah memperingatkan seseorang untuk segera menyingkir dari Rhodes jika ia menghargai nyawanya.

Level of Interest

❤️❤️❤️❤️❤️

Review

“Triangle at Rhodes” ini adalah cerita terakhir dari empat novella yang dipublikasikan dalam kompilasi cerita Murder in the Mews pada 1937. Katanya, plot cerita ini merupakan cikal bakal dari Evil Under the Sun pada 1941.

Menurut saya, ceritanya sendiri cukup mirip dengan Death on the Nile. Ada latar tempat yang eksotis, cinta segitiga berujung maut, dan Hercule Poirot yang kebetulan memilih waktu dan tempat yang salah untuk berlibur.

cuplikan adegan Death on the Nile. © 20th Century Fox

Kali ini, Poirot dan beberapa kawan liburannya menjadi saksi atas drama cinta segitiga yang melibatkan dua pasangan suami-istri. Douglas dan Marjorie Gold serta Valentine dan Tony Chantry.

Setelah terjadi keributan di antara Douglas dan Tony, Valentine ditemukan meregang nyawa. Racun strophanthin yang menewaskannya ditemukan di saku Douglas. Para tamu di Rhodes tak menyangka ‘segitiga’ itu akan berakhir seperti ini.

Sama seperti tamu-tamu di Rhodes, saya juga sukses kena tipu berkali-kali. Saya pikir Marjorie atau Douglas yang bakal terbunuh. Padahal seharusnya saya sudah hafal kecenderungan Agatha Christie untuk menyesatkan pembacanya, mengalihkan perhatian kita dari pembunuh yang sesungguhnya dengan hal-hal kecil yang ambigu dan bikin salah kaprah. Padahal “The Mystery of the Spanish Chest” (bagian dari The Adventure of the Christmas Pudding) seharusnya sudah cukup untuk ‘membaca’ kecenderungan Christie dalam menciptakan karakter femme fatale. Tapi, ya, saya kemakan plot twist lagi.

Sebenarnya, distraksi psikologis simpel begini memang jurus andalan Christie. Saya baru ‘fasih’ menebak alur cerita semacam ini setelah membaca Death on the Nile. Sebenarnya, judul yang saya sebut terakhir ini ceritanya lebih kompleks. Tokoh-tokohnya juga jauh lebih banyak. Tapi karena sudah puas kecele di “Triangle at Rhodes”, jadi formula cerita andalan Christie sudah tak mengejutkan lagi bagi saya.

Intinya, “Triangle at Rhodes” ini termasuk cerita yang potensial untuk dijadikan drama atau film. Tapi, memang butuh penambahan karakter dan ‘bumbu’ yang lebih kaya agar ceritanya lebih menggigit.

Sekilas tentang Strophanthin

Climbing Oleander(Strophanthus gratus). © Wikimedia Commons/Vengolis

Kalau dipikir-pikir, Agatha Christie termasuk sering ‘membunuh’ tokoh-tokohnya dengan racun. Beberapa judul yang saya ingat adalah Appointment with Dead, And Then There Were None, dan Sad Cypress. Jenis racun yang digunakan pun namanya eksotis semua. Racun yang saya tahu cuma arsenik.

Rupanya, Agatha Christie pernah jadi asisten apoteker selama Perang Dunia. Pantesan, kok fasih sama hal-hal medis. Pengetahuannya tentang obat-obatan pasti juga banyak berguna untuk penulisan cerita.

Nah, di Triangle at Rhodes ini Christie menggunakan strophanthin sebagai senjata pembunuh. Ini adalah jenis racun yang belum pernah saya dengar. Yuk, kita cari tahu bareng-bareng apa itu strophanthin.

Strophanthin adalah senyawa kimia yang ditemukan dalam tanaman dari genus Strophanthus. Strophanthin ini kalau di dunia medis digunakan untuk merawat pasien gagal jantung. Tapi, dulunya digunakan untuk melumuri anak panah agar bisa membunuh dengan efektif.

Sumber bacaan:

Triangle at Rhodes. The Home of Agatha Christie
To Really Understand Agatha Christie, You Need to Know about Poison. CrimeReads
Poisons Used in Agatha Christie’s Books. Owlcation
The Rise and Fall of Strophanthin. ResearchGate

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.