Judul: Teka-teki Rumah Aneh (judul asli: Henna Ie)
Penulis: Uketsu
Bahasa: Indonesia
Format: paperback, 224 hal.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Genre: fiksi, misteri
Sinopsis
disadur dari Gramedia.com:
Seorang kenalan ingin membeli rumah seken di Tokyo dan memperlihatkan denah rumahnya padaku karena merasa ada yang ganjil.
Sekilas, rumah ini kelihatan seperti rumah-rumah lain pada umumnya dengan interior yang luas dan terang. Namun, ketika mencermatinya baik-baik, aku mendapati bahwa memang ada keanehan di sana-sini.
Keanehan demi keanehan itu bertumpuk, kemudian terjalin membentuk satu “kenyataan”. Kenyataan yang teramat sangat mengerikan, dan sama sekali tidak ingin kupercaya.




3 Points for:
☑️ Story
☑️ Setting
❎ Characterization
☑️ Writing style
❎ Moral/interesting trivia
Level of Interest
💗💗💗💗
Review
Ini, nih, buku yang belakangan hype banget di Twitter sampai stoknya di toko buku kosong terus. Sebenarnya saya malas baca buku yang lagi rame diomongin gini. Tapi, premis ceritanya memang benar-benar bikin penasaran. Jadilah, saya ikut kegendam dan berburu Teka-teki Rumah Aneh sampai di empat toko buku.
Bahasa Simpel dan Penyampaian yang “To the Point”
Teka-teki Rumah Aneh adalah fiksi misteri yang tipis. Gaya penulisannya sangat sederhana, seperti baca thread di Twitter.
Penyampaiannya yang menggunakan 1st POV (sudut pandang orang pertama) pun simpel dan to the point, tanpa pakem kepenulisan yang rapi seperti novel sastra. Bisa dimaklumi, karena buku ini ditulis oleh seorang YouTuber. Biasanya penulis-penulis dari media sosial begini memang lebih suka penyampaian yang sederhana, sesuai keterbatasan media yang digunakan dan target audience (atau reader) yang mereka miliki. Saya nggak ada masalah dengan hal ini.
Walaupun ketebalannya terlihat lumayan, aslinya buku ini tipis banget. Jumlah halamannya mencapai 224, tapi barangkali cuma tiga perempat bagiannya yang berupa teks. Sisanya adalah gambar denah rumah aneh yang jadi inti cerita.
Benar, denah rumah aneh yang jadi bahasan utama buku ini nggak cuma muncul sekali. Tiap dibicarakan para tokoh dan salah satu bagiannya disoroti, penulis juga akan menyertakan bagian denah yang di-highlight, di-zoom, atau ditumpuk untuk memudahkan pembaca membayangkan.
Saya juga termasuk pembaca yang sulit membayangkan denah rumah dua lantai sebagai satu rumah yang utuh. Jadi, denah yang dimunculkan berkali-kali di sini sangat membantu. Saya tidak perlu membuka halaman pertama untuk memahami percakapan “Aku”—si narator cerita dengan tokoh-tokoh lainnya.
Kuat di Premis, Tegang hingga Pertengahan Cerita, dan Letoy di Bagian Terakhir
Sebelum cerita di Teka-teki Rumah Aneh dimulai pembaca sudah disuguhi denah rumah dua lantai.
Denah tersebut diikuti dengan premis yang memberikan kesan kuat.
“Sekilas, rumah ini memang kelihatan seperti rumah-rumah lain pada umumnya. Namun, jika mencermatinya baik-baik, kau akan menyadari keanehan di seluruh bagian rumah.”
Teka-teki Rumah Aneh (Uketsu)
Premis ini sukses membuat saya merinding dan nggak berani baca bukunya menjelang tidur. Beneran merinding, karena saya sudah mengantisipasi kecenderungan crime thriller Jepang dalam menampilkan kejahatan dengan level ekstrem.
Kesannya kayak nonton film Exhuma. Alih-alih disuguhi jumpscare atau gruesome deaths, kita diteror dengan fear of the unknown (ketakutan atas hal yang belum diketahui).
Premis tentang denah rumah yang makin dilihat makin ganjil itu diulang beberapa kali di bab-bab pertama. Pembaca terus-terusan disodori satu gagasan absurd dan sangat tidak nyaman untuk dibayangkan. “Ini adalah rumah yang dibangun khusus untuk melakukan pembunuhan.” Tentunya, pernyataan ini saja sudah cukup untuk memancing rasa penasaran pembaca.
Dan bukan cuma satu, ada dua rumah aneh lagi yang denahnya dipaparkan “Aku” kepada pembaca.
Ada plot twist demi plot twist yang muncul seiring perkembangan cerita. Beberapa kali bahkan membuat saya mengkhawatirkan keselamatan “Aku”.
Ketegangan yang dibangun Uketsu begitu terasa hingga dua pertiga bagian buku. Sayangnya, ketegangan itu terus turun hingga ceritanya terasa “letoy” begitu mendekati konklusi.
Akhirnya pun sejenis dengan Exhuma, tapi dengan plot twist terakhir yang efeknya lebih lemah. Saya sempat mengharapkan satu plot twist puncak yang benar-benar bikin nganga kayak Girls in the Dark-nya Akiyoshi Rikako, tapi ternyata nggak ada.
Pada akhirnya, saya berikan rating empat dari lima hati untuk buku ini, karena:
- Ide ceritanya bagus banget dan dieksekusi dengan penyampaian yang cukup segar.
- Buku tipis dan mudah dinikmati. Isinya tidak bikin kepala ngebul, jadi bisa diselesaikan dalam waktu setengah hari.
Saya tidak bisa memberikan rating sempurna, karena:
- Ketegangan yang berhasil dibangun sepanjang cerita tidak disusul klimaks yang sama tegangnya.
- Konklusi ceritanya lumayan ngglethek dan terasa tidak tuntas. Masih ada beberapa pertanyaan yang belum terjawab dan seolah terlupakan saja oleh penulis.
- Buku ini kurang cocok buat dibaca ulang, karena ketegangannya sudah hilang saat pembaca sudah menemukan seluruh plot twist-nya.
Nggak bisa cerita terlalu banyak tentang Teka-teki Rumah Aneh, karena nggak pengin keasyikan pembaca yang lain berkurang gara-gara spoiler. Tapi saya jamin, buku ini memang seru. Bisa diselesaikan dalam waktu sehari saja.
Adaptasi Layar Lebar Teka-teki Rumah Aneh

Henna Ie atau Teka-teki Rumah Aneh ini ada filmnya, lho! Film tersebut rencananya tayang 15 Maret 2024. Karena tulisan ini dibuat pada 15 Maret 2024, saya juga belum tahu perkembangannya kayak apa.
Satu hal yang pasti, film ini disutradarai oleh Junichi Ishikawa. Si penulis novel, Uketsu menulis skenarionya bersama Kentaro Ushio.
“Aku” bakal diberi nama Amemiya dan dibintangi oleh Shotaro Mamiya. Jiro Sato dan Rina Kawaei juga ikut membintangi film ini.
Saya, sih, penasaran sama adaptasi layar lebar Teka-teki Rumah Aneh. Tapi, untuk sementara ini mantengin trailer-nya dululah!
Ada juga manganya yang terbit dengan judul asli, Henna Ie.
Manga ini terdiri dari tiga volume. Plotnya tentu masih menggunakan cerita asli dari Uketsu. Sementara ilustrasinya ditangani oleh Ayano Kyou.
Pembaca yang sulit membayangkan bentuk rumahnya hanya lewat denah dan teks mungkin bakal lebih mudah memahami penjelasannya lewat ilustrasi di manga.





Baca ini di kantor imigrasi sekalian antri buat passport. Bener-bener tipe buku yang habis dibaca dalam sekali duduk, seruuu cuma emang endingnya kureng menurut ku. Selain itu arsitek temennya si aku kayanya habis makan kecubung makanya halusinasi nya agak gila tapi hampir bener pula hahaha
LikeLike
“Habis makan kecubung”, ya Allah 🤣 Tapi iya, bisa2nya dia lgsg mikir ekstrem itu rumah yg dibangun buat pembunuhan.
LikeLike