Beberapa waktu lalu, sebuah thread tentang bantuan pangan di Twitter menarik perhatian saya.
Penyebabnya sederhana saja. Salah satu pengguna Twitter (Saya enggan menyebutnya X) mengkritik warga yang menurutnya mudah terlena dengan bantuan sekarung kecil beras hingga mengesampingkan akal sehat dalam memilih calon pemimpin.
Ia menganalogikan orang-orang tersebut sebagai narapidana yang diberi pilihan kunci sel dan roti. Alih-alih mengambil kunci yang jadi jalan kebebasannya, si napi justru memilih roti.
Tentu saya tidak ingin berkomentar banyak tentang politik di Tanah Air. Takut, Kak! Saya cuma ingin membahas analogi roti ini.
Bicara soal roti dan suara rakyat, saya jadi ingat nama negara di novel The Hunger Games. Tanah kelahiran Katniss Everdeen itu dinamai Panem, karena pengarang The Hunger Games, Suzanne Collins terinspirasi oleh frasa dari zaman Romawi. Frasa yang dimaksud adalah “panem et circenses”, artinya ‘roti dan sirkus’.
Roti juga menjadi bagian penting dalam cerita The Hunger Games, terutama di buku keduanya yang berjudul Catching Fire.

Menurut Merriam-Webster Dictionary, “panem et circenses” adalah frasa metonimia yang merujuk pada penenangan nan dangkal.
“Istilah ini merujuk pada konsep yang umum terjadi di Roma kuno, di mana pemerintah memberikan makanan gratis dan hiburan kepada warganya dalam bentuk pertunjukan mewah seperti pertarungan gladiator, balapan kereta kuda, dan pertunjukan teater. Frasa ini menyoroti strategi yang digunakan oleh kelas penguasa untuk menjaga agar penduduk tetap puas dan teralihkan dari isu-isu politik penting dan urusan pemerintahan.”
—Grammar Monster
“Panem et circenses” diucapkan oleh Juvenal, seorang pujangga Romawi (100 M). Istilah ini muncul di risalah Satire X karyanya.
Istilah “panem et circenses” seringkali digunakan dalam konteks politik. Dalam hal ini, “roti” dan “sirkus” dijadikan alat oleh penguasa Romawi untuk memperoleh persetujuan publik.
Pemerintah tidak lagi mengambil hati rakyat dengan kebijakan yang adil atau pelayanan masyarakat yang mumpuni. Mereka lebih memilih “jalan pintas”, menyodorkan hal yang dapat menyenangkan publik dalam jangka pendek sebagai bentuk distraksi.
Kenapa disebut jalan pintas? Sebab, makanan dan hiburan adalah kebutuhan masyarakat yang paling mendesak. Anggapan dasarnya, mereka yang lapar dan bersedih tidak akan mengkritisi kebijakan negara asal diberi makan dan hiburan sesekali. Kalau dibiarkan terlalu lapar, mereka akan memberontak. Kalau dibuat terlalu kenyang, mereka akan punya energi untuk berpikir dan mengkritisi.
Tidak perlu bikin kebijakan yang berpihak kepada publik. Bungkam saja mereka dengan jatah gandum dan pertunjukan gladiator paling spektakuler. Semua orang pun senang… setidaknya untuk sementara waktu.
Uniknya, Juvenal tidak menyebut “panem et circenses” dalam rangka mengkritik penguasa Romawi. Ia justru mencerca masyarakat yang lalai untuk menjalankan tugas sebagai warga negara.
Bagi Juvenal, mereka yang mudah terbujuk dengan roti adalah warga negara “egois” dan tidak memperhatikan kepentingan yang lebih besar.
“… Sudah lama sekali, karena kita menjual suara kita kepada siapa pun, [kita] rakyat telah mengabaikan kewajiban kita; rakyat yang dulunya menyerahkan suara kepada komando militer, jabatan sipil tinggi, legiun—segalanya, sekarang mereka menahan diri dan berharap cemas hanya pada dua hal: roti dan sirkus.”
—Satire 10.77–81 (Juvenal)
Perlu diketahui, bagi-bagi gandum gratis (annona) di Roma adalah praktik yang sudah berlangsung sejak tahun 123 SM.
Annona ini katanya dipelopori oleh seorang politisi bernama Gaius Sempronius Gracchus.
Karena terbukti efektif dan tidak butuh upaya besar, cara ini kemudian banyak digunakan untuk meraih kekuasaan di panggung politik.
“Sirkus” juga menjadi senjata andalan para diktator dan kaisar Romawi dalam meraih simpati warga kelas bawah. Sebut saja Julius Caesar, Caligula, sampai Commodus yang rajin menggelar pertunjukan gladiator termegah buat meraih simpati. Para gladiator, budak, sampai satwa-satwa eksotis dilepas di arena dalam pertarungan berdarah sampai mati. Semuanya demi mengalihkan perhatian warga sipil.
Sekian bahasan singkat tentang “panem et circenses”. Semoga saja, hal seperti ini tidak akan pernah terjadi lagi di zaman modern. Dahlah, saya takut kalau mau bahas lebih jauh 🙂
Sumber bacaan:
Bread and circuses. Wikipedia: The Free Encyclopedia
What Does the Latin Term “Panem et Circenses” Mean?. Grammar Monster
Panem et circenses Definition & Meaning. Merriam-Webster


