[Non-Review] 12 Peristiwa Bibliosida (Pemusnahan Buku) Terburuk dalam Sejarah

“Penghancuran semacam itu tidak boleh dilihat hanya sebagai dampak peperangan, tetapi sebagai pembunuhan budaya yang disengaja, ditargetkan, dan didorong oleh kebijakan—dalam bentuknya yang paling buruk.”

—Jeffrey Spurr, kataloger seni Islam di perpustakaan seni rupa Harvard College Library tentang pembakaran Perpustakaan Nasional Bosnia (Harvard Magazine)

Bulan September lalu, saya main ke Togamas buat menambah timbunan buku tak terbaca beli buku. Pada salah satu sudut, saya menemukan sejenis mading (majalah dinding) yang menjelaskan sederet peristiwa bibliosida terburuk dalam sejarah literasi.

Karena isinya cukup menarik, saya baca-baca sebentarlah. Beberapa hari kemudian, saya mencari sumber bacaan tentang topik ini.

Sebenarnya bibiliosida itu apa, sih? Menurut Wiktionary, “bibliocide” atau “bibliosida” berarti ‘sinonim dari pembakaran buku’.

Menurut artikel-artikel tentang bibliosida yang saya temukan, maknanya tidak sesederhana ‘pembakaran buku’. Ini adalah aksi pemusnahan sumber literatur secara masif, termasuk pengrusakan perpustakaan dan koleksi teks yang berharga bagi ilmu pengetahuan.

Pemusnahan buku dan perpustakaan biasanya adalah bentuk ekstrem dari sensor oleh kelompok tertentu terhadap pandangan yang berbeda. Biasanya, buku-buku yang memuat ide-ide berbeda ini dicap radikal, sesat, atau bahkan berbahaya.

Pemusnahan sumber literatur kerap dilakukan oleh otoritas sekuler atau kelompok religius untuk menggerus gagasan yang bertentangan dengan mereka.

Pada zaman perang, para penguasa kerap memerintahkan penghancuran perpustakaan di wilayah yang baru mereka taklukkan. Pasalnya, perpustakaan di masa lalu berperan sebagai “pusat data” yang menyimpan peninggalan budaya suatu bangsa.

Mading yang saya baca di Togamas menjabarkan delapan peristiwa bibliosida di berbagai kebudayaan. Aslinya, jumlah kasus pemusnahan sumber literatur secara masif yang tercatat sejarah jauh lebih banyak lagi. Berikut ini beberapa di antaranya yang sudah saya rangkum.

1. Pembakaran Buku dan Penguburan Cendekiawan di China pada Masa Qin Shi Huang (213 SM)

lukisan abad 18 yang menggambarkan pembakaran buku dan penguburan para cendekiawan di China pada zaman kerajaan © Wikimedia Commons/Bibliothèque nationale de France
lukisan abad 18 yang menggambarkan pembakaran buku dan penguburan para cendekiawan di China pada zaman kerajaan © Wikimedia Commons/Bibliothèque nationale de France

Shi Huang Ti atau Qin Shi Huang dikenal sebagai kaisar pertama Tiongkok. Dialah penguasa pertama yang berhasil menyatukan daratan China di bawah satu bendera.

Tak banyak yang tahu kalau dia juga termasuk pelaku genosida dan bibliosida terburuk dalam sejarah.

Demi menyeragamkan ideologi negara, pendiri Dinasti Qin itu memerintahkan pemusnahan ribuan buku selama tiga tahun berturut-turut, dimulai dari tahun 213 SM.

Lebih dari 400 cendekiawan ditangkap dan dikubur hidup-hidup. Sumber lain menyebutkan jumlah cendekiawan yang dikubur hidup-hidup lebih dari 1.000 orang. Karya mereka juga ikut dimusnahkan.

2. Pemusnahan Koleksi Perpustakaan Al-Hakam II (976)

Khalifah Cordoba (sekarang Spanyol), Al-Hakam II adalah sosok penguasa yang gemar membaca dan menuntut ilmu. Pada masanya, perpustakaan kerajaan disebut mengoleksi lebih dari 600.000 buku dari berbagai cabang ilmu.

Setelah Al-Hakam II wafat, tahta Cordoba diwarisi oleh Hisham II, anaknya yang masih belia. Namun, kekuasaan yang sesungguhnya dipegang Al-Mansur Ibn Abi Aamir (Hajib Almanzor), wali sang khalifah.

Al-Mansur adalah pemimpin dengan pandangan ultra-ortodoks. Demi mengambil hati kaum fanatik, ia memerintahkan pemusnahan seluruh buku yang memuat “ilmu kuno” dari Perpustakaan Al-Hakam II. Aksi bibliosida ini dilakukan pada tahun 976, hanya setahun setelah Al-Hakam II wafat.

“Those who burn books will in the end burn people.

—Kutipan dari naskah drama panggung Almansor (Heinrich Heine)

3. Penghancuran Perpustakaan Universitas Nalanda (1193)

puing-puing Nalanda Mahavihara di Bihar, India © Wikimedia Commons/Odantapuribs
puing-puing Nalanda Mahavihara di Bihar, India © Wikimedia Commons/Odantapuribs

Selama 600 tahun, Nalanda diakui sebagai salah satu universitas terbaik di dunia. Cendekiawan dari seluruh dunia berdatangan ke India untuk menuntut ilmu di sana.

Nalanda memiliki biara, pusat kajian, dan perpustakaan dengan ratusan ribu buku yang mencakup berbagai subjek. Mulai dari agama Buddha, bahasa, astronomi hingga ilmu kedokteran.

Saat Muhammad Bakhtiyar Khalji menyerang India pada 1193, jendral Dinasti Ghuriyah itu meluluhlantakkan biara Nalanda dan membunuh para biksu. Perpustakaan universitas Nalanda juga dibakar habis. Begitu banyaknya koleksi buku di perpustakaan ini, konon apinya baru padam setelah tiga bulan.

4. Pembakaran Baitul Hikmah dan Pembuangan Buku di Baghdad saat Invasi Mongol (1257)

lukisan yang menggambarkan penyerangan Baghdad oleh pasukan Mongol © Wikimedia Commons/Sayf al-vâhidî | Rashid al-Din's Jami al-tarawikh | Bibliothèque nationale de France
lukisan yang menggambarkan penyerangan Baghdad oleh pasukan Mongol © Wikimedia Commons/Sayf al-vâhidî | Rashid al-Din’s Jami al-tarawikh | Bibliothèque nationale de France

Genosida dan penghancuran perpustakaan merupakan bagian tak terpisahkan dari invasi Mongol. Genghis Khan dan keturunannya menaklukkan Asia dan Eropa dengan cara ini.

Cucu Genghis Khan, Hulagu Khan juga melakukan hal ini saat menaklukkan Baghdad (sekarang bagian dari Irak). Pada 15 November 1257, pasukannya menyeberang dari Sungai Tigris dan membantai 12.000 orang dalam empat jam. Setelah pertahanan Baghdad runtuh, lebih dari 500.000 nyawa melayang.

Baitul Hikmah (Arab: بَيْت الْحِكْمَة Bayt al-Ḥikmah) yang berfungsi sebagai perpustakaan dan pusat pendidikan Abbasiyah ikut dihancurkan. Ribuan koleksinya dibuang ke Sungai Tigris bersama ratusan ribu mayat. Air sungai berubah merah kehitaman akibat darah dan tinta.

5. Penghancuran Kodeks Aztec pada Masa Itzcoatl (sekitar 1430)

Setelah mendirikan Kekaisaran Aztec, Itzcoatl memerintahkan pembakaran seluruh kodeks sejarah yang ada sebelum pemerintahannya.

Menurut Kodeks Florentine, salah satu alasan Itzcoatl memerintahkan pemusnahan catatan-catatan tersebut adalah keinginannya untuk menuliskan sejarah yang baru.

Itzcoatl juga menentukan agama yang harus dipeluk warganya. Ia ingin orang-orang Aztec hanya memuja Huitzilopochtli. Jadi, ajaran yang bertentangan dengan mitologi sang dewa harus dimusnahkan.

6. Pembakaran Buku di Inggris pada Era Tudor-Stuart (1485—1649)

Pada tahun 1534, Raja Henry VIII memisahkan diri dari Gereja Katolik dan meresmikan Gereja Inggris (Church of England atau Anglican Church) lewat Act of Supremacy.

Sejak itu, pengikut Protestan rutin melakukan persekusi terhadap umat Katolik Inggris. Situs-situs keagamaan di seluruh Inggris diserang.

Pembakaran teks-teks keagamaan jadi pemandangan yang biasa. Pasalnya, istana mendorong warga untuk ikut serta dalam upaya persekusi hingga pembakaran buku.

Sejarawan Amerika Serikat, David Cressy berkata, “Selama abad keenam belas dan ketujuh belas, pembakaran buku berkembang dari kejadian langka menjadi kejadian sesekali, berpindah dari prosedur luar ruangan menjadi prosedur di dalam ruangan, dan berubah dari tindakan birokratis menjadi pertunjukan semi-teatrikal.”

7. Pembakaran Kodeks Maya pada Masa Penjajahan Spanyol (1562—1697)

Selama penjajahan Spanyol di wilayah Semenanjung Yucatan, manuskrip peninggalan Maya menjadi sasaran pemusnahan.

Pada tahun 1562, pemusnahan ini diperintahkan oleh Uskup Diego de Landa. Ia menyelenggarakan “pesta” pembakaran buku di kota Mani.

Menurut Bartolomé de las Casas, seorang biarawan dan penulis pada masa itu, tindakan de Landa patut disesali. Kodeks-kodeks yang dihancurkan merupakan catatan sejarah selama delapan ratus tahun.

Saat itu, orang-orang Yucatan tinggal selangkah lagi sebelum memeluk Katolik. Para biarawan khawatir keberadaan kodeks-kodeks tersebut bakal “mengganggu” proses konversi warga.

Pemusnahan kodeks Maya terakhir terjadi di Nojpetén, Guatemala pada 1697. Ini adalah kota terakhir di Semenanjung Yucatan yang dicaplok Spanyol. Sejak itu, hampir seluruh riwayat peradaban Maya hilang.

8. Penghancuran Jutaan Buku pada Masa Revolusi Prancis (1789—1799)

Sepuluh tahun revolusi berkecamuk, Prancis menyaksikan tindakan anarkis yang tak berkesudahan. Tak hanya properti kaum bangsawan yang dihancurkan. Gereja, biara, dan perpustakaan juga tak luput dari pengrusakan.

Jutaan buku dibakar massa. Pada 17 Juni 1792, terjadi pembakaran ratusan buku dan pamflet di depan Place Vendôme.

Lebih dari 8.000 buku musnah dalam aksi kekerasan di Paris saja. Sekitar empat juta buku di wilayah lain ikut dihancurkan, 6.000 di antaranya adalah naskah kuno yang berharga.

9. Pembakaran Buku pada Masa Kekuasaan Nazi (1933)

pembakaran buku oleh Nazi © Wikimedia Commons/Bundesarchiv, Bild 102-14597 | Georg Pahl 
pembakaran buku oleh Nazi © Wikimedia Commons/Bundesarchiv, Bild 102-14597 | Georg Pahl 

Sejak Hitler memegang tampuk kekuasaan tertinggi pada 30 Januari 1933, terjadi upaya “pembersihan” jejak-jejak Yahudi dari kebudayaan dan literatur Jerman.

Pembakaran buku secara serentak terjadi di kota-kota. Sasarannya adalah karya penulis Yahudi seperti Albert Einstein, buku-buku Marxis, karya yang bersifat anarkis, buku-buku liberal hingga naskah yang memuat gagasan komunis.

Serikat pelajar melakukan pembakaran buku di Frankfurt pada 10 Mei 1933, diiringi live music dan pawai meriah. Aksi pembakaran buku terbesar ini diorganisir oleh menteri propaganda Nazi, Joseph Goebbels. Sementara di Berlin, ratusan orang berkumpul untuk menyaksikan aksi pembakaran buku dengan khidmat.

Sepanjang pemerintahan Hitler, jutaan buku telah dimusnahkan. Perpustakaan-perpustakaan yang tidak berafiliasi dengan Nazi diluluhlantakkan. Majalah Times menyebut tindakan ini sebagai bibliocaust.

10. Pembakaran Delapan Perpustakaan Universitas di China selama Pendudukan Jepang (1937—1945)

Selama menduduki China pada masa Perang Dunia II, Jepang tak hanya melakukan genosida. Tentara “Negeri Matahari Terbit” juga diperintahkan untuk melakukan penghancuran perpustakaan.

Setidaknya ada delapan perpustakaan universitas besar yang diratakan dengan tanah. Beberapa di antaranya adalah Universitas Nasional Tsing Hua, Institut Teknologi He-pei, Universitas Kuang Hua, dan Universitas Nasional Hunan.

Masing-masing perpustakaan memiliki ratusan ribu buku. Total koleksi yang musnah mencapai jutaan kopi.

11. Pembakaran Perpustakaan Umum Jaffna di Sri Lanka (1981)

Pada 1 Juni 1981, Perpustakaan Umum Jaffna terbakar habis. Bangunan yang berdiri di Jaffna, Sri Lanka ini tadinya merupakan salah satu perpustakaan terbesar di Asia. Koleksinya meliputi 97.000 karya literatur Tamil dan dokumen langka.

Manuskrip bernilai sejarah, naskah drama, dan karya tokoh-tokoh terkemuka Tamil ikut musnah.

Pada tengah malam, oknum polisi dan paramiliter Sinhala terlihat menyulut kerusuhan hingga membakar Perpustakaan Umum Jaffna dan kantor Surat Kabar Eelanaadu.

Aksi ini adalah bagian dari persekusi terhadap warga Tamil. Kerusuhan dipicu tewasnya dua anggota polisi dalam pawai Front Pembebasan Tamil Bersatu, salah satu partai politik besar di sana.

12. Pembakaran Perpustakaan Nasional Bosnia (1992)

Aksi pembakaran buku terbesar dalam sejarah modern terjadi pada tahun 1992 di Sarajevo.

Pasukan nasionalis Serbia membakar Perpustakaan Nasional dan Universitas Bosnia selama tiga hari berturut-turut sejak tanggal 25 Agustus 1992.

Meskipun nyawa mereka terancam peluru penembak jitu, warga Sarajevo nekat menyelamatkan buku dari jilatan api. Sayangnya, mereka tak bisa berbuat banyak.

Hampir 1,5 juta buku hangus menjadi abu. Sekitar 155.000 manuskrip langka dan arsip negara hilang untuk selamanya.

“Kami berhasil menyelamatkan hanya beberapa buku yang sangat istimewa. Semua yang lain terbakar,” kata seorang warga seperti dilaporkan Harvard Magazine. “Dan banyak warisan kami, warisan nasional kami, terbaring di tengah abu.”

Sumber bacaan:

10 Libraries Deliberately Destroyed. Hub Pages
11 Book Burning Stories That Will Break Your Heart. Mental Floss
Al-Hakam II. Wikipedia: The Free Encyclopedia
Al-Hakam II Collects a Vast Library at Cordoba in Al-Andalus. History of Information
Almanzor. Wikipedia: The Free Encyclopedia
A Brief History of Book Burning, From the Printing Press to Internet Archives. Smithsonian Magazine
Book Burning. Wikipedia: The Free Encyclopedia
Burning Books: 6 Outrageous, Tragic and Weird Examples in History. Washington Post
Caliph of Cordova’s Library (950 A. D.). World History Volume
House of Wisdom. Wikipedia: The Free Encyclopedia
Itzcoatl. Wikipedia: The Free Encyclopedia
List of Destroyed Libraries. Wikipedia: The Free Encyclopedia

4 thoughts on “[Non-Review] 12 Peristiwa Bibliosida (Pemusnahan Buku) Terburuk dalam Sejarah

Leave a reply to tantri06 Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.