

Saya tergelitik untuk menuliskan kembali berita unik ini karena…..yah, kelihatannya bukan cuma saya yang berpendapat kalau Fifty Shades adalah bencana literatur (no offense, please). Kelihatannya cukup banyak fans atau pembaca Fifty Shades yang kecewa terhadap BDSM erotica kontroversial ini. Buktinya adalah ‘kasus’ kelebihan sumbangan Fifty Shades di salah satu charity book shop ini.
Ceritanya, Goldstone Books di Swansea kewalahan menerima sumbangan buku Fifty Shades dari warga. Goldstone ini toko buku second yang menerima sumbangan buku bekas dari warga. Saking banyaknya, mereka sampai bisa membuat benteng buku Fifty Shades seperti gambar di bawah.


Sebagian besar bukunya pun masih terlihat baru. Jadi kemungkinan besar para penyumbangnya seperti saya. Membaca Fifty Shades karena penasaran, kemudian nggak berniat untuk membaca kembali untuk selamanya 😀
Pengelola toko buku itu bahkan sampai harus menolak tiap kali ada pemilik buku yang mencoba mendonasikan Fifty Shades of Grey, Darker, atau Freed.
“Orang-orang membawakan salinan baru [Fifty Shades of Grey] kepada kami setiap saat,” kata Phil Broadhurst, pemilik Goldstone Books yang dinaungi Oxfam. “Kami menghargai semua sumbangan itu, tetapi sudah cukup.”
Miris juga, ya. Saya bertanya-tanya, apakah seratus tahun lagi Fifty Shades bakal menuai status literatur klasik seperti buku-buku dari abad 19 atau 20 yang sempat dianggap kontroversial dan nggak bermutu. Sebenarnya saya agak ragu juga. Tetapi nggak ada yang nggak mungkin, kan?
Yang pasti, E.L. James sudah berhasil milking cash dari empat buku Fifty Shades. Perkara pembaca yang menyesal dan memutuskan untuk membuang buku yang mereka beli, sudah bukan urusan James lagi. Sorry, no refund for for your own bad choice.
