
Platonic, mathematics, memory, friendship
Judul: The Housekeeper and The Professor
Penulis: Yoko Ogawa
Bahasa: Indonesia
Format: paperback, 251 hal.
Penerbit: Qanita (2016)
Genre: drama
Sinopsis
Synopsis taken from Goodreads
Lelaki itu, Profesor matematika genius yang hanya memilii ingatan selama delapan puluh menit. Perempuan muda itu, pengurus rumah tangga, yang dipercaya mengurus sang Profesor.
Seiring waktu, hubungan aneh tapi indah berkembang di antara keduanya. Sang Profesor mungkin tak mampu mengingat apa yang dia santap saat sarapan, tapi pikirannya masih hidup oleh persamaan matematika elegan nan abadi. Sang Profesor menciptakan teka-teki matematika, membuka dunia angka nan puitis yang membuat sang pelayan terpana dan terbuka pikirannya.
Bersama setiap persamaan baru, mereka membangun jalinan kasih sayang yang lebih misterius daripada bilangan imajiner dan ikatan lebih dalam dari kenangan. The Housekeeper & the Professor, kisah tentang kasih sayang dan misteri matematika semesta, sudah difilmkan dengan judul The Professor’s Beloved Equation.
4 Points for:
Story
Setting
Characterization
Writing style
Moral/interesting trivia
Level of Interest
My Review
The Number 23 dan 50 First Dates. Apa hubungan dua film itu dengan The Housekeeper and The Professor?
Yang bisa saya katakan adalah buku ini menampilkan tokoh utama dengan memori jangka pendek seperti Lucy (Drew Barrymore) dari romcom favorit saya, 50 First Dates. Kalau The Number 23 bakal membuat kamu ikutan gila, berpikir bahwa deretan angka adalah kejahatan yang diam-diam menyulur sampai ke setiap detail kecil kehidupan, maka buku ini akan membuat kamu takjub. Takjub akan gambaran tentang angka-angka yang telah menciptakan dan menggabungkan alam semesta. Dan kalau kamu pikir ini adalah buku yang berat, kamu bakal heran betapa cepatnya buku ini habis dibaca. Satu hari saja cukup buat menyelesaikan. Mungkin malah kurang dari setengah hari kalau kamu benar-benar pembaca cepat.


Ini adalah cerita tentang seorang ibu tunggal muda yang bekerja sebagai pengurus rumah baru untuk seorang profesor matematika berusia 60 tahunan. Profesor tinggal sendirian di sebuah pondok mengenaskan berkat belas kasihan kakak iparnya, karena dia tidak dapat menyokong diri sendiri. Kecelakaan yang terjadi sekitar 20 tahun lalu membuat ingatannya hanya mampu bertahan selama 80 menit. Segala sesuatu di dunia sang profesor terhenti pada tahun 1975. Ia menempelkan banyak catatan pada satu-satunya mantelnya untuk memahami kejadian-kejadian yang hilang dari memori jangka pendeknya. Dan setiap kejutan kecil seperti fakta bahwa perdana menteri yang dia kenal sudah pensiun akan membuatnya terguncang.
Profesor sangat mencintai matematika, terutama bilangan prima. Dia juga menyukai anak-anak. Karena itulah dia mendesak agar pengurus rumah selalu membawa anak lelakinya saat dia bekerja. Sang profesor menamai anak itu Root, karena kepalanya sangat rata seperti simbol akar kuadrat. Ia mengajari anak itu keindahan bilangan prima setiap kali mereka bertemu. Berkat angka dan bisbol, ketiga orang ini menjalin persahabatan yang erat. Suatu hubungan platonis yang suatu hari bakal melahirkan prasangka negatif.
Seperti yang saya sebutkan di atas, sifat hubungan antara pengurus rumah tangga dan sang profesor adalah platonis. Tidak ada cinta eksplisit seperti adegan seks canggung antara Anthony Hopkins dan Nicole Kidman dalam Human Stain. Ceritanya mengalir mulus dan menghangatkan hati. Tapi ini cuma pendapat pribadi saya tentunya.
Satu spoiler kecil, kamu akan menemukan satu kejutan menjelang akhir cerita.
Saya nggak tahu bagaimana cara Yoko Ogawa melakukan riset untuk buku ini. Barangkali dia menghabiskan waktu berjam-jam setiap minggu dengan seorang ahli matematika sungguhan. Ahli matematika yang sangat mencintai ilmu eksakta. Secara ajaib, Ogawa membuat saya melihat deret bilangan prima sebagai sesuatu yang indah seperti gambaran Profesor.

Sementara saya termasuk salah satu orang yang paling benci matematika. Saya selalu kesulitan dengan segala jenis pelajaran eksakta sepanjang zaman sekolah. Sewaktu duduk di bangku kuliah, saya bahkan harus berjuang lebih keras lagi untuk mendapatkan gelar sarjana akuntansi yang akhirnya tak terpakai. Seandainya saya diajarkan matematika seperti cara Profesor mengajari Root, mungkin asaat itu saya bakal menjadi murid yang lebih antusias. Dari rangkaian kata Ogawa, angka dan persamaan bisa terdengar magis, agung, bahkan puitis.
Pokoknya ini adalah bacaan yang ringan dan menyenangkan meskipun topiknya sulit. Recommended buat semua pembaca. Kalau ada yang belum baca, sih. Soalnya saya reader paling kudet di dunia book blogging dan book reading kayaknya.
The Professor’s Beloved Equation

Ternyata, buku ini sudah diadaptasi ke film Jepang yang berjudul The Professor’s Beloved Equation. Dibintangi oleh Akira Terao sebagai profesor, Eri Fukatsu sebagai pengurus rumah tangga, dan Takanari Saito sebagai Root.
Kayaknya saya lebih suka judul filmnya, karena kedengaran lebih elegan. Saya kurang tahu seberapa bagus adaptasi layar lebar ini atau seberapa bagus para aktor dan aktrisnya menghidupkan karakter di dalam buku. Tapi saya dengar ada perubahan narator. Kalau bukunya diceritakan dari sudut pandang pengurus rumah, filmnya dinarasikan oleh Root dewasa.
Sudah nonton filmnya? Recommended buat ditonton? Kalau iya, mungkin perlu saya masukkan ke daftar tontonan.
Aku juga sukaaaa buku ini :)))
LikeLiked by 1 person
Emang bagus ya… 😀
LikeLike