[Review buku] When Beauty Tamed The Beast (Eloisa James’ Fairy Tales #2)

When Beauty Tamed The Beast. Photo credit: Goodreads
When Beauty Tamed The Beast. Photo credit: Goodreads

Judul: When Beauty Tamed The Beast (Eloisa James’ Fairy Tales #2)
Penulis: Eloisa James
Bahasa: Inggris
Format: ebook (268 hal.)
Penerbit: HarperCollins (2011)
Genre: historical romance (roman sejarah), dewasa, fiksi

Sinopsis

Taken from Goodreads:

Miss Linnet Berry Thrynne is a Beauty…Naturally, she’s betrothed to a Beast.

Piers Yelverton, Earl of Marchant, lives in a castle in Wales where, it is rumored, his bad temper flays everyone he crosses. And rumor also has it that a wound has left the earl immune to the charms of any woman.

Linnet is not just any woman.

She is more than merely lovely: her wit and charm brought a prince to his knees. She estimates the earl will fall madly in love—in just two weeks.

Yet Linnet has no idea of the danger posed to her own heart by a man who may never love her in return.

If she decides to be very wicked indeed … what price will she pay for taming his wild heart?

5 Points for:

check sign

Story

check signSetting

check signCharacterization

check signWriting style

check signMoral/interesting trivia

Level of Interest

Review

Setelah berkenalan dengan Katherine ‘Kate’ Daltry sebagai Cinderella di A Kiss At Midnight, sekarang Eloisa James akan membawa kita berkenalan dengan Linnet, Belle dalam Beauty and The Beast versinya.

Karena ini Eloisa James, tentu saja The Beauty harus memiliki sisi ironi, nggak boleh sempurna tanpa cela. Linnet adalah gadis muda dengan kecantikan luar biasa, bisa membuat siapa saja terpesona. Dia juga gadis yang lumayan sinis dan benar-benar menyadari pesonanya di kalangan bangsawan London. Tetapi sayangnya tak ada lelaki yang mau mempersunting dirinya.

Semuanya gara-gara sebuah skandal yang melibatkan seorang pangeran mesum. Sampai-sampai Linnet digosipkan mengandung anak sang pangeran. Padahal Linnet muntah-muntah di pagi hari karena keracunan udang. Dia juga mengenakan pakaian model empire yang bikin tubuhnya terlihat lebih gemuk. Dan semua gosip beredar tentang dirinya cuma salah paham.

When Beauty Tamed The Beast. Photo credit: Goodreads
When Beauty Tamed The Beast. Photo credit: Goodreads

Kebagian peran sebagai The Beast di cerita ini adalah Piers yang sebenarnya nggak jelek kayak monster. Dia adalah seorang dokter yang mumpuni, tetapi satu tangannya lumpuh dan temperamennya luar biasa buruk. Kejantanannya juga tidak berfungsi. Piers membuat semua perempuan yang disodorkan ayahnya kabur, kecuali Linnet, gadis teranyar yang didatangkan langsung dari London.

Intinya dua orang ini terjebak situasi dan langsung saling benci pada pandangan pertama. Saya menikmati percakapan kecil mereka yang selalu diwarnai sarkasme dan saling ejek. Linnet bukan perempuan cantik yang tidak berotak, jadi dia pun selalu siap sedia untuk meruntuhkan ego tunangannya itu.

“A barking-mad doctor—that’s me—and a wickedly conniving beauty—that’s you—limping along together in a lifetime of happiness? I hardly think so. You’ve been reading too many fairy stories.”

“Who says I can read? I can barely count, remember?”

“I’m starting to think I may have been wrong about your abilities. You can probably count all the way to ten and back.”

“That just warms my heart,” she cooed.

Kurang lebih seperti itulah sebagian besar percakapan di antara Linnet dan Piers.

Selain sifat yang sama-sama keras kepala, hubungan dua orang ini tidak berjalan mulus karena masa lalu Piers. Masa lalu yang menyisakan jejak pada fisiknya. Yah, kita semua tahu kalau cerita ini akan berakhir bahagia. Jadi tidak perlu saya ceritakan lebih banyak lagi. Silakan baca sendiri.

When Beauty Tamed The Beast. Photo credit: Goodreads
When Beauty Tamed The Beast. Photo credit: Goodreads

Kelebihan buku ini adalah ceritanya yang tidak melulu romance. Interaksi kedua tokoh utama dengan karakter lainnya juga kerap mengundang senyum. Terutama dialog Piers dengan tiga dokter magang yang dia mentori. Kita juga bisa belajar sedikit sejarah ilmu pengobatan di zaman itu. Cukup memperkaya cerita yang sebenarnya sederhana ini dan lumayan pula untuk menambah pengetahuan bagi pembaca.

Meskipun bukan judul terbaik dari Eloisa James, penikmat karya-karyanya pasti masih bisa terpuaskan dengan romansa Linnet dan Piers di buku ini.

Tetapi harus saya akui, saya jauh lebih menikmati Storming The Castle (Eloisa James’ Fairy Tales #1.5) dan The Ugly Duchess (Eloisa James’ Fairy Tales #4). Nanti bakal saya kumpulkan jadi satu review-nya, biar lebih runut.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.