
Judul: Blind Eye: Dokter Pencabut Nyawa – Kisah Nyata Dokter Psikopat, Pembunuh Berantai Terkejam dalam Sejarah Amerika
Penulis: James B. Stewart
Bahasa: Indonesia
Format: paperback, 552 hal.
Penerbit: Dastan Books (2008)
Genre: non-fiksi, kisah nyata, biografi
Cerita
Taken from Goodreads:
“Seorang dokter psikopat menjadi pembunuh berantai. Tiga puluh lima orang pasien tewas diracun. Sejumlah paramedis juga ikut menjadi korbannya. FBI menyatakan sang dokter bertanggung jawab atas enam puluh pembunuhan. Ia dijuluki sebagai Dokter Pencabut Nyawa….”
Tiada yang percaya bahwa seorang dokter muda yang tampan bisa menjadi seorang pembunuh berantai. Di mana pun ia praktik, Dr. Michael Swango tampak seperti seorang dokter ideal. Hingga kemudian nyawa pasiennya mulai melayang secara misterius. Namun anehnya, ia selalu bisa lolos dari tuduhan pembunuhan.
Saat tidak ada lagi rumah sakit di Amerika Serikat yang mau mempekerjakannya, Swango praktik di sebuah rumah sakit di Zimbabwe, Afrika. Korban pun kembali berjatuhan. Selama lima belas tahun bergelut dengan dunia kedokteran, Swango diyakini telah menghilangkan ratusan nyawa.
Michael Swango, dokter yang terobsesi dengan kematian yang sadis, adalah pembunuh berantai terkejam dan paling banyak memakan korban dalam sejarah Amerika. Inilah kisah petualangan mautnya.
Level of Interest
Review
Blind Eye: Dokter Pencabut Nyawa menceritakan sepak terjang Michael Swango, seorang dokter residen dan tenaga paramedis yang telah menggemparkan dunia medis Amerika Serikat dengan dugaan pembunuhan terhadap 60 orang pasien. Banyak yang percaya korbannya bahkan mencapai ratusan.
Kisah nyata ini dihimpun oleh jurnalis James Stewart dari berbagai sumber. Mulai dari pasien, kerabat korban, rekan dan kerabat Swango sendiri, otoritas rumah sakit yang sempat bersinggungan dengan Swango, hingga penegak hukum yang menangani kasus tersebut. Buku ini tak hanya membongkar kekejian Swango, tetapi juga kebobrokan sistem pengelolaan rumah sakit di Amerika Serikat pada masa itu.
Sekilas tentang Michael Swango, malaikat maut bermantel putih

Michael Swango adalah mantan anggota Marine Corps berwajah tampan yang sejak usia dini sudah menunjukkan tanda-tanda narsisistik. Ia juga memiliki ketertarikan tak wajar terhadap sadisme. Hobinya adalah menonton film gore dan berfantasi mengenai kematian yang sadis. Ia bekerja sambilan sebagai tenaga paramedis semata-mata demi kesempatan untuk menyaksikan korban-korban kecelakaan maut secara langsung.
Swango disebut memiliki wajah tampan dan pembawaan yang sangat Amerika. Inilah yang menjadikan dirinya cukup piawai menarik hati wanita. Namun di sisi lain ia juga dicurigai menghabisi pasien-pasien di rumah sakit tempat dia menjalani residensi.
Michael memilih racun sebagai cara untuk menghabisi korban-korbannya. Saat digeledah, di rumahnya ditemukan pasokan yang cukup untuk membunuh puluhan orang. Senjata favoritnya adalah racun semut yang disuntikkan langsung atau dimasukkan ke dalam makanan dan minuman. Swango memiliki ego yang tinggi, karena itu orang-orang yang pernah bermasalah dengannya umumnya sudah pernah mencicip racun racikannya. Sejumlah rekan kerja, induk semang, anak-anak tiri, dan mantan-mantan pacarnya pun pernah dia racuni, meskipun tak sampai meregang nyawa.

Michael sudah menyebarkan maut di 3 rumah sakit di Amerika dan 1 klinik di Zimbabwe. Saat ditangkap, dia sedang bersiap untuk memulai praktik di Arab Saudi. Kasus hukumnya berlangsung pelik, terutama karena pihak rumah sakit tempatnya bekerja enggan untuk bekerjasama memberikan informasi kepada tim penyidik. Sikap yang jauh lebih kooperatif justru ditunjukkan otoritas di Mnene, Zimbabwe.
Akhirnya Michael Swango divonis dengan hukuman penjara seumur hidup pada tahun 2000. Hanya kematian 4 pasien yang bisa dibuktikan sebagai ulahnya.
Penulisan
Saya rasa biografi Michael Swango ini ditulis dengan kronologi yang rapi. Stewart juga berhati-hati untuk tidak memasukkan terlalu banyak opini pribadi secara langsung. Walaupun begitu dia sudah mengemas seluruh informasi mengenai kehidupan Swango sejak anak-anak hingga ditangkap dengan menarik.
Menurut saya buku ini sama sekali tidak membosankan. Meskipun sangat tebal dan sarat informasi, kita masih bisa membacanya dengan mudah. Tidak akan kebingungan dengan linimasa yang melompat-lompat atau repetitif.
Bagian paling miris: Fakta bahwa sebagian besar otoritas rumah sakit memilih abai terhadap Swango
Menurut saya bagian yang paling bikin nyesek dari Blind Eye: Dokter Pencabut Nyawa adalah kenyataan bahwa sebagian besar pimpinan rumah sakit di mana Swango pernah menjadi residen memilih bersikap abai atas kejahatannya. Bukan berarti mereka sengaja membiarkan Swango berkeliaran dengan jarum suntik beracun, namun para dokter senior dan pemilik 3 rumah sakit ini justru memilih untuk mengacuhkan laporan dari para perawat dan pegawai rumah sakit lain.

Gawatnya lagi, penyelidikan internal yang dilakukan oleh rumah sakit justru sengaja memutarbalikkan keterangan korban dan para perawat demi menggugurkan kecurigaan kepada Swango. Alasannya tentu saja untuk menghindari publisitas buruk. Ketika kasus tersebut sampai ke tangan polisi, pihak rumah sakit masih bersikukuh untuk menyembunyikan informasi terkait Swango. Pada dasarnya mereka melakukan ini tanpa melanggar hukum. Namun sikap abai yang sungguh keterlaluan ini jelas tidak etis. Gara-gara kekeraskepalaan para dokter ini, Swango selalu lolos dari hukum sampai 15 tahun. Meskipun berkali-kali dipecat, dia selalu berhasil mendapatkan pekerjaan baru di tempat yang baru. Dan hal ini tidak akan terjadi jika saja rumah sakit yang pernah mempekerjakan Swango mau sekadar memberikan peringatan kepada tempat baru yang dia tuju. Atau setidaknya jika mereka tidak nekat memberikan surat rekomendasi abal-abal untuk Swango.