[Just My Two Cents] Buku-Buku Paling Berkesan dalam Riwayat Bacaan Saya

Saya percaya setiap orang yang mengaku sebagai bibliophile punya “momen historis” yang mengubah mereka jadi seorang penikmat bacaan. Mungkin mereka bertemu dengan buku luar biasa yang bikin jatuh cinta pada halaman pertama. Atau mungkin kepala mereka tersambar hebat oleh kedalaman sebuah buku.

Bagi saya, kesukaan terhadap buku tidak berawal dari satu judul. Ini karena indoktrinasi bertahun-tahun Bapak. Beliau biasa membawa ketiga anak perempuannya ke persewaan buku tua di dekat rumah Mbah Kung. Tempatnya suram, koleksi bukunya sudah kuning dan tertutup debu. Walaupun begitu, kata Bapak tempat itu penuh dengan “harta karun”.

Biasanya Bapak menghabiskan waktu berjam-jam di sana, duduk bersila sambil menekuni sebuah buku. Saya dan mbak-mbak saya jelas bosan. Biasanya kami cuma main-main di sana. Lama-lama kami mengambil satu buku. Awalnya cuma melihat-lihat gambar ilustrasi yang jarang-jarang itu, lalu mulai ikutan baca saat kami sudah mulai pintar mengeja.

Saya dan mbak-mbak saya juga punya buku penting dalam sejarah kami sebagai pembaca. Buku-buku yang menandai tiap fase atau periode dalam “karier” panjang kami sebagai penikmat bacaan.

Saya yakin buku bersejarah bagi mbak-mbak saya adalah Wiro Sableng atau Kakek Penyakitan (sampai sekarang saya nggak tahu itu buku apa, tapi mereka excited sekali kalau ngobrolin buku itu). Sementara buku bersejarah saya…Wah, ada banyak judul buku yang mengantarkan saya ke berbagai genre favorit. Berikut ini beberapa di antaranya.

The Great Fairy Tales Treasure Chest

Untaian Mestika: Kisah-Kisah Termashyur. Photo credit: OLX
Untaian Mestika: Kisah-Kisah Termasyhur. © Tira Pustaka

Ini adalah buku pertama yang membuat saya jatuh cinta. Bukan dari persewaan dekat rumah Mbah Kung, tapi oleh-oleh tante dari Bali.

Untaian Mestika: Kisah-Kisah Termasyhur adalah buku cergam terjemahan yang berisi dongeng-dongeng klasik. Bukunya berwarna biru, dengan cover dan halaman full color yang dihiasi ilustrasi cantik, disertai amplop besar dengan warna dan ilustrasi yang sama.

Seharusnya seri ini terdiri dari 5 buku. Entah kenapa edisi terjemahannya hanya ada 4 buku.

Sampai sekarang buku ini masih saya simpan baik-baik, meskipun amplopnya sudah hilang dan lembarannya banyak yang sudah rusak karena lembap.

Keponakan saya juga suka sekali sama cerita The Little Red Riding Hood di dalamnya. Sebenarnya saya juga berniat beli yang sampulnya merah, tapi harganya benar-benar nggak ramah di kantong.

Pesta Jangkrik – Arswendo Atmowiloto

Buku bertema drama keluarga ini saya baca waktu SD. Ini adalah koleksi perpustakaan sekolah. Saya menemukannya saat sedang meng-katalog koleksi perpus.

Saya nggak pernah berhasil menemukan sampul buku ini. Sepertinya Pesta Jangkrik ini juga nggak sepopuler Keluarga Cemara yang dibikin sinetron itu. Padahal ceritanya mirip, tentang hubungan keluarga yang penuh kebahagiaan meskipun dalam kondisi serba kekurangan. Buku ini penuh dengan cerita sederhana, tapi seru. Pokoknya benar-benar bacaan yang manis.

Pencurinya Lewat Pintu Samping

Buku ini juga saya temukan di perpustakaan SD saya. Fiksi detektif pertama yang saya baca.

Pencurinya Lewat Pintu Samping adalah karya penulis lokal yang saya tidak ingat lagi siapa namanya (sebenarnya judulnya pun lupa-lupa ingat). Sempat pula dimuat secara bersambung di Bobo atau Mentari: Putera Harapan. Kasusnya cuma tentang pencurian dengan tiga detektif cilik sebagai pemecah kasus.

Berkat buku ini, saya mulai berkenalan dengan Trio Detektif, Conan, Kindaichi, lalu berlanjut ke Hercule Poirot dan Sherlock Holmes.

Sailor Moon – Naoko Takeuchi

Sailor Moon (Naoko Takeuchi)
ilustrasi manga Sailor Moon © Naoko Takeuchi

Saya jatuh cinta dengan manga gara-gara komik ini. Dipinjami almarhumah kakak saya yang waktu itu koleksi pernak-perniknya. Gambarnya unik berbunga-bunga dengan tokoh cantik-ganteng, bikin saya betah baca berlama-lama.

Begitu dewasa, saya baru sadar kalau ini sama sekali bukan komik untuk anak-anak. Ada tema shojo-ai yang cukup gamblang di dalamnya. Sailor Moon-Uranus, Uranus-Neptunus, Sailor Moon-Starlight (saya nggak inget namanya). Wuuh, banyak lesbiola pairing pokoknya.

Sebuah Makhluk Mungil – Katyusha

Sebuah Makhluk Mungil (Katyusha). Photo: Goodreads
Sebuah Makhluk Mungil (Katyusha) © Gramedia Pustaka Utama

Ini adalah novel remaja karya Katyusha. Setting-nya entah tahun 80 atau 90-an. Penggunaan bahasanya mirip sama Hilman, pengarang serial Lupus dan Vanya. Entah kenapa saya merasa beberapa dialognya yang biasa sekali justru bikin ketawa nggak kelar-kelar.

Burung-Burung Manyar – YB Mangunwijaya

Sastra bisa jadi bacaan yang seru sekaligus ringan. Buktinya Burung-Burung Manyar karya Romo Mangun ini.

Buku ini kaya informasi yang berkaitan dengan tradisi, bahasa, dan sejarah. Walaupun begitu, ceritanya tetap seru layaknya petualangan Tom Sawyer.

The Square Persimmon and Other Stories – Takashi Atoda

Square Persimmon
Square Persimmon. © Tuttle Publishing

Ini adalah bacaan bahasa inggris pertama yang saya baca tanpa terjemahan. Waktu itu sampai difotokopi segala.

Kata-kata yang nggak ngerti harus dicari di kamus dan saya tuliskan di tepi halaman. Bacanya luamaa. Sekarang, alhamdulillah bisa baca literatur bahasa Inggris dengan lancar, kecuali yang bahasanya macam Shakespeare, ya. Saya masih belum sanggup.

Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh – Dee Lestari

Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh
Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh © Truedee

Ini adalah karya Dee di titik puncaknya sebagai penulis fiksi ilmiah. Mind blowing. Caranya mengemas sains, filsafat, dan roman benar-benar gurih-sedap.

Buku ini juga yang membuat saya jadi penggemar beratnya. Meskipun harus saya akui, saya cuma benar-benar menikmati Supernova sampai buku ketiga, Petir.

The Da Vinci Code – Dan Brown

The Da Vinci Code © Mizan
The Da Vinci Code © Mizan

Buku yang kontroversial dan setiap orang setidaknya sudah pernah mendengar judulnya, Kalau suka teori konspirasi dan cocokologi pasti bisa baca buku ini dengan nikmat.

Gara-gara The Da Vinci Code, saya jadi tertarik menelusuri teori konspirasi. Saya paham sih, kenapa buku ini dicaci habis-habisan di barat sana. Memang materinya sangat sensitif. Walaupun begitu, saya mengaggapnya sebagai bacaan semata. Isinya tidak perlu diseriusin.

Soal kepenulisan, saya rasa Brown sendiri kurang berkembang dari buku ke buku. Formula yang dipakai selalu sama, meskipun topik yang dibahas selalu beda. Walaupun begitu, saya cukup senang dapat warisan Dan Brown yang Inferno dari Mas Chris (GRI). Makasih, ya!

Devil in Winter – Lisa Kleypas

Devil in Winter
Devil in Winter © Avon

All time favorite! Series Wallflowers mengenalkan kembali genre historical romance yang dulu sempat saya pandang sebelah mata gara-gara Barbara Cartland. Terutama Wallflowers #3 ini—yang menampilkan ramuan alpha male, strong willed heroine, opposite attracts, dan dialog yang kental chemistry-nya.

Rasanya saya tidak akan pernah bisa move on dari Evie dan Sebastian. Bahkan saya sampai beli bukunya yang non-terjemahan agar bisa menikmati romansa mereka dalam bahasa aslinya.

The Hunger Games – Suzanne Collins

The Hunger Games Box Set. Photo: Tantri Setyorini
The Hunger Games Box Set. Photo: Tantri Setyorini

Nah, judul yang satu ini membawa saya menyelami gelap suramnya dunia dystopia. Meskipun tidak bisa benar-benar disebut gelap, karena masih dalam kategori YA. Nggak bisa disamakan dengan Battle Royale, The Handmaid’s Tale, atau 1984 yang jauh lebih dewasa.

The Hunger Games ini bagus buat pemula di genre dystopia. Nggak harus jadi remaja buat menikmati buku ini.

Saya pertama baca judul ini di masa kuliah. Tetap seru dan berkesan juga. Setelah lulus dari The Hunger Games, baru explore novel-novel dystopia lain.

Ca-Bau-Kan: Hanya Sebuah Dosa – Remy Sylado

Saya juga fans berat karya-karya Remy Sylado. Saya suka cerewet dan nyinyirnya Eyang Remy dalam bercerita.

Ca-Bau-Kan ini termasuk karyanya yang paling populer. Sudah pernah diangkat ke layar lebar juga.

Novel ini mengangkat kisah ca-bau-kan alias PSK buat para tauke keturunan Tionghoa di masa perang kemerdekaan. Masih dibalut dengan drama, roman, intrik politik, dan topik nasionalisme segala.

Satu hal lagi yang saya sukai dari Remy Silado adalah kesediaannya untuk berbagi informasi mengenai sejarah dan tradisi. Sama seperti Romo Mangun, tapi beda rasa.

Anna Karenina – Leo Tolstoi

Anna Karenina Vol. 1 & 2 (KPG)
Anna Karenina Vol. 1 dan 2 © KPG

Ini adalah buku paling tebal dan melelahkan yang pernah saya baca. Lho, Anna Karenina yang terjemahan, kan tipis? Ooo, itu yang Anda baca adalah versi terjemahan yang sudah “diringkas”. Dipangkas habis-habisan hingga menyisakan adegan-adegan penting saja.

Terjemahan yang asli jauh lebih tebal, kompleks, dan menceritakan pandangan Tolstoi tentang borjuisme, kapitalisme, agama, dan sistem sosial di Rusia pada masa itu.

Saya jamin bakal mabok literasi kalau baca novel ini. Saya butuh tiga bulan untuk menuntaskan dua buku yang totalnya mencapai 1000 halaman.

Ukuran font-nya kecil banget. Benar-benar bikin mabok. Padahal waktu itu saya masih sanggup membaca 50 sampai 100 buku dalam setahun.

Meskipun bikin mabok, Anna karenina membuat saya jadi pede membaca Taiko yang tak kalah panjangnya.

Untungnya, Taiko jauh lebih seru, karena budayanya lebih dekat dengan saya dan membahas banyak strategi perang serta politik. Alasan yang sama kenapa kita semua suka Game of Thrones.

Kembar Keempat – Sekar Ayu Asmara

Kembar Keempat
Kembar Keempat © Gramedia Pustaka Utama

Sekar Ayu Asmara adalah penulis psychological thriller Indonesia yang karya-karyanya “gila”. Coba tonton filmnya, Belahan Jiwa dan Pintu Terlarang.

Kalau kalian suka dua film itu, pasti kalian juga bakal suka karya-karyanya yang lain. Termasuk Kembar Keempat ini. Plot twist-nya benar-benar juara.

Kakao 79%

KAKAO 79%
KAKAO 79% © NHN Entertainment

Judul ini adalah webtoon pertama yang saya baca. Awalnya kurang tertarik baca webtoon, karena, yah, saya termasuk tipe pembaca konservatif. Manga pun lebih suka yang bentuk cetakan.

Meskipun awalnya skeptis, webtoon remaja ini terbukti menarik untuk diikuti. Sesekali baca cerita yang nggak terlalu dark begini boleh juga buat selingan.

Demikianlah cerita bertele-tele tentang judul buku yang menandai momen penting dalam sejarah saya sebagai penikmat buku. Ada yang bacaannya sama kayak saya, nggak?

3 thoughts on “[Just My Two Cents] Buku-Buku Paling Berkesan dalam Riwayat Bacaan Saya

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.