
Judul: Resign!
Penulis: Almira Bastari
Bahasa: Indonesia
Format: paperback, 288 hal.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2018)
Genre: roman, fiksi, komedi, metropop
Cerita
Taken from Goodreads:
Kompetisi sengit terjadi di sebuah kantor konsultan di Jakarta. Pesertanya adalah para cungpret, alias kacung kampret. Yang mereka incar bukanlah penghargaan pegawai terbaik, jabatan tertinggi, atau bonus terbesar, melainkan memenangkan taruhan untuk segera resign!
Cungpret #1: Alranita
Pegawai termuda yang tertekan akibat perlakuan sang bos yang semena-mena.
Cungpret #2: Carlo
Pegawai yang baru menikah dan ingin mencari pekerjaan dengan gaji lebih tinggi.
Cungpret #3: Karenina
Pegawai senior yang selalu dianggap tidak becus tapi terus-menerus dijejali proyek baru.
Cungpret #4: Andre
Pegawai senior kesayangan si bos yang berniat resign demi dapat menikmati kehidupan keluarga yang lebih normal dan seimbang.
Sang Bos: Tigran
Pemimpin genius, misterius, dan arogan, tapi sukses dipercaya untuk memimpin timnya sendiri pada usianya yang masih cukup muda.
Resign sebenarnya tidak sulit dilakukan. Namun kalau kamu memiliki bos yang punya radar sangat kuat seperti Tigran, semua usahamu pasti akan terbaca olehnya. Pertanyaannya, siapakah yang akan menang?

4 Points for:
Story
Setting
Characterization
Writing style
Moral/interesting trivia
Level of Interest
Review
Duh, lama banget saya nggak baca novel metropop/chicklit Indonesia (whatever nama genre-nya lah) yang seseru ini. Bikin nggak bisa berhenti baca plus senyam-senyum sendiri sampai dini hari.
Cungpret, kependekan dari kacung kampret.
Nggak ada kaitannya sama kubu politik, ya. Ini adalah cara Alranita, si tokoh utama dan teman-teman sekantornya menyebut diri sendiri. Dari situ saja sudah bikin senyam-senyum sendiri. Bagaimana tidak, wong ceritanya Resign! ini memang bikin pembaca yang sehari-hari jadi karyawan kantoran merasa sehati.
Nggak perlu paham istilah ekonomi, akuntansi keuangan, atau manajemen risiko buat memahami percakapan para tokohnya. Istilah yang dipakai cuma yang umum-umum saja. Dan itu pun jarang disebut, karena fokus utama ceritanya adalah dinamika kantor.
Intinya, Resign! menceritakan suka-duka (banyakan dukanya) Alranita dan rekan-rekan di kantor sebuah perusahaan konsultan finansial. Bagaimana dongkolnya jadi anak buah yang harus taat terhadap titah atasan meskipun sering nggak masuk akal.
“Kalau bos punya mau, anak buah harus maju!”
-Cungpret yang biasa maju ‘perang’
Seperti apa penderitaan jadi manusia yang kurang kehidupan sosial gara-gara keseringan lembur, sampai susahnya main kucing-kucingan buat berangkat interview ke perusahaan lain tanpa diketahui si bos.
“Saya nggak pernah menyuruh lembur. Kalau kamu sampai lembur, justru saya yang harusnya bertanya, dari pagi ngapain saja?”
-Bos yang tidak ingin dibantah
“Apa yang sudah kamu kerjakan sampai kamu merasa pantas mengajukan cuti?”
-Bos Arogan
Atau serunya ngegosipin si bos yang kayak setan saat sesi makan siang di kubikel. Benar-benar menyenangkan buat dibaca.
“Tidak ada rahasia, semua hanyalah rumor yang belum jelas.”
-Cungpret edisi detektif
Two Paragraphs below contain major spoilers!
Ceritanya benar-benar kocak. Seru nggak ketulungan. Sisi romannya sendiri cuma bonus. Tapi menurut saya bonus yang menyenangkan. Meskipun cheesy dan lumayan cringe, tapi seru, kok.
Gimana nggak cringe, Tigran tuh bisa dikategorikan stalker, lho. Beneran. Untung ceritanya dia cakep, jadi si Alranita sebel-sebel suka. Coba kalau di kehidupan nyata, bosnya kaya begitu dan bertampang pervert (most likely) pula. Pasti langsung ngacir itu karyawan yang dideketin.
Kekurangan novel ini cuma satu. Seperti biasa, metropop suka nggak nginjek bumi. Harus banget kedua tokoh utamanya cantik ganteng sempurna?
Yah, hidup Alranita memang masih ada susah-susahnya. Tapi toh dia cantik, pintar, dan lulusan luar negeri. Tigran malah lebih nggak membumi. Udah ganteng kebangetan, pintar, lulusan luar, anak konglomerat pula. Duh, terlalu jauh dari kehidupan sobat missqueen macam saya yang sekali beli skincare dupe-nya SK II saja langsung bokek.
Saya kepingin tokoh-tokoh yang makan di warteg, bingung bayar tagihan bulanan, naik gojek buat PP kantor, tunggu promo tiket pesawat biar bisa liburan, tapi masih tetap semangat menjalani hidup dengan cerita-cerita lucu.
Tapi sekali lagi, yah saya sadar. Metropop ditulis untuk memberikan mimpi kepada pembacanya. Mimpi tentang kehidupan di ibukota yang serba glamor. Bahkan meskipun diselipi cuilan realitas di sana-sini. Realitas tentang waktu untuk kehidupan pribadi yang terbatas misalnya. Atau realitas tentang stres kerja yang tinggi.
Akhir kata, good job buat Almira Bastari yang sukses bikin cerita sesedap dan segurih Resign!. Terima kasih sudah bikin saya ikhlas melek sampai dini hari demi menamatkan cerita Alranita dkk.
Kapan, ya, saya bisa bikin novel seasik ini?