[Real Location in Book] Ichiriki Chaya, Tea House Bersejarah yang Jadi ‘Markas’ 47 Ronin

November 2023 lalu saya main-main ke Kyoto. Saya mewajibkan diri mampir ke tiga tempat, yaitu Kiyomizu-dera, Fushimi Inari Taisha, dan Gion.

Alasan saya memilih tempat-tempat itu tentu berkaitan dengan perbukuan. Terutama Gion yang memang dikenal sebagai distrik geisha paling tersohor di Jepang.

Sepertinya tak banyak yang tahu kalau distrik hiburan Gion berkaitan erat dengan sejarah “Pembalasan 47 Ronin” yang terkenal itu.

Gion punya sebuah ochaya (tea house) eksklusif yang sempat menjadi tempat rapat para samurai dari Ako sebelum melakukan pembalasan dendam terhadap pejabat istana korup bernama Kira Yoshinaka.

Kaitan tempat ini dengan 47 ronin pertama kali saya ketahui lewat novel Memoirs of a Geisha karya Arthur Golden.

[REVIEW BUKU DAN FILM] MEMOIRS OF A GEISHA

Pada novel 47 Ronin karya John Allyn, Ichiriki muncul kembali.

Ceritanya, Ichiriki dijadikan tempat ‘nongkrong’ pimpinan para ronin dari Ako, Ōishi Yoshio sambil memata-matai kediaman Kira dan mematangkan strategi untuk membalas dendam dengan rekan-rekannya.

[REVIEW BUKU] 47 RONIN, SEJARAH PEMBALASAN PARA SAMURAI TAK BERTUAN DARI AKO

Berada di Persimpangan Hanami-koji dan Shijo-dori, Gion

Ichiriki Chaya ©2023 dok. Tantri S
Ichiriki Chaya ©2023 dok. Tantri S

Ichiriki Chaya berdiri di persimpangan Shijo Street (Shijo-dori) dan Hanami Lane (Hanami-koji).

Letaknya pas di gerbang masuk Hanami-koji.

Bangunannya sederhana, tapi cukup mencolok.

Bagian luarnya didominasi kayu. Sementara eksteriornya sendiri bergaya tradisional dan didominasi warna hitam dan merah.

Rumah Teh Berusia 300 Tahun yang Dirancang untuk Menghalau Tukang Nguping

Ichiriki Chaya ©2023 dok. Tantri S
Ichiriki Chaya ©2023 dok. Tantri S

Menemukan bangunan tradisional berbahan kayu di Kyoto, apa lagi Gion tentu bukan hal yang aneh.

Walaupun begitu, bangunan Ichiriki Chaya ini memang cukup khas.

Bagian bawahnya dipasangi kayu diagonal yang ternyata ada tujuannya.

Kayu-kayu diagonal ini terletak di bawah jendela, supaya orang-orang yang berniat mengintip atau menguping pembicaraan para tamu jadi kesulitan memanjat.

Area sekitar Ichiriki Chaya ini juga dilarang keras buat foto-foto.

Namanya juga rumah teh yang jadi tempat berkumpulnya orang-orang paling penting di Jepang. Tentu privasi mereka harus dijaga.

Rumah Teh Langganan Orang Penting yang Hanya Bisa Dimasuki Lewat Jalur Undangan

Ichiriki Chaya ©2023 dok. Tantri S
Ichiriki Chaya ©2023 dok. Tantri S

Katanya, tamu-tamu Ichiriki Chaya adalah pejabat, politisi, dan pengusaha berpengaruh.

Punya dompet tebal saja tak lantas membuat seseorang bisa masuk ke Ichiriki.

Kalau mau makan-makan sambil ngobrol sama geisha di sini modelnya harus jadi “nasabah prioritas” dulu.

Kesempatan untuk menjadi pelanggan hanya bisa diperoleh lewat jalur undangan dari orang-orang terkemuka yang memiliki koneksi langsung dengan rumah teh ini.

Mereka pernah membuka akses terbatas untuk segelintir pengunjung pilihan di 2006 dalam rangka mendukung program promosi pariwisata pemerintah Kyoto.

Setelah itu, kayaknya Ichiriki nggak pernah terbuka untuk umum lagi. Apa lagi sekarang, saat Jepang lagi mengalami overtourism.

Kaitan Ichiriki Chaya, Insiden Ako, dan Pembalasan 47 Ronin

Ichiriki Chaya © Wikimedia Commons/Yanajin33
Ichiriki Chaya © Wikimedia Commons/Yanajin33

Seperti yang sudah disebutkan, Ichiriki memiliki kaitan erat dengan kisah nyata pembalasan 47 ronin dari Ako.

Peristiwa yang terjadi pada tahun 1703 itu dianggap sebagai salah satu kisah heroik paling dikenal di Jepang.

Ichiriki menjadi “markas” 47 ronin untuk mengumpulkan informasi dan mematangkan strategi sebelum membunuh Kira Yoshinaka.

Mereka bermaksud membalaskan dendam majikan mereka, Asano Naganori dari Ako.

Asano adalah seorang daimyo (feudal lord) yang wilayah kekuasaannya tak terlalu besar.

Pada sebuah prosesi upacara penting di Edo Castle, Asano gelap mata dan menyerang Kira Yoshinaka, seorang petinggi istana korup yang telah menghinanya dengan belati.

Gara-gara nekat mengangkat senjata di Edo Castle, Asano dijatuhi hukuman mati. Ia diperintahkan untuk melakukan seppuku.

lukisan ukiyo-e karya Utagawa Kuniteru yang menggambarkan Asano Naganori menyerang Kira Yoshinaka di Matsu no Ōrōka, Edo Castle (1701) © Utagawa Kuniteru
lukisan ukiyo-e karya Utagawa Kuniteru yang menggambarkan Asano Naganori menyerang Kira Yoshinaka di Matsu no Ōrōka, Edo Castle (1701) © Utagawa Kuniteru

Setelah kematian Asano, para samurai Ako otomatis menjadi ronin. Norma yang dianggap etis pada waktu itu adalah langsung menyatroni dan bertempur dengan pasukan Kira meskipun taruhannya nyawa. Kalaupun tidak berhasil membunuh Kira, para samurai Ako bakal dianggap mati terhormat karena sudah membela majikan mereka.

Nah, pimpinan para samurai Ako, Ōishi Yoshio punya pemikiran lain. Daripada gegabah menyerang Kira dan kalah telak, lebih baik bikin strategi yang matang dulu.

Ōishi lantas hijrah ke Kyoto. Ia sengaja mabuk-mabukan dan main judi di Ichiriki setiap malam biar mata-mata dan prajurit Kira lengah.

Ia juga mengadakan rapat rahasia dengan anak buahnya yang nyamar jadi pedagang buat mengintai kediaman Kira.

Setelah 14 bulan menyusun siasat, Ōishi dan anak buahnya menyerang kediaman Kira pada 30 Januari 1703.

ilustrasi 47 ronin menyerang kediaman Kira Yoshinaka © Katsushika Hokusai
ilustrasi 47 ronin menyerang kediaman Kira Yoshinaka © Katsushika Hokusai

Setelah bertempur dengan para prajurit dan menyisir seluruh kediaman Yoshinaka, akhirnya mereka berhasil menemukan Kira.

Mereka memenggal kepala Kira, lalu menyerahkan diri kepada shogunate untuk mendapat hukuman.

lukisan yang menggambarkan warga menyambut para samurai dari Ako (47 ronin) dalam perjalanan untuk menyerahkan kepala Kira © Utagawa Hiroshige
lukisan yang menggambarkan warga menyambut para samurai dari Ako (47 ronin) dalam perjalanan untuk menyerahkan kepala Kira © Utagawa Hiroshige

Meskipun mereka berstatus kriminal, para samurai Ako dielu-elukan oleh masyarakat.

Mereka bahkan disoraki dan diberi minum atau makanan dalam perjalanan untuk menyerahkan diri.

Seluruh ronin yang terlibat—kecuali Terasaka Kichiemon yang ditugaskan sebagai pembawa pesan ke Ako—melakukan seppuku pada 20 Maret 1703.

makam 47 ronin ddan Asano Naganori di Sengaku-ji, Tokyo © Wikimedia Commons/Stéfan Le Dû
makam 47 ronin ddan Asano Naganori di Sengaku-ji, Tokyo © Wikimedia Commons/Stéfan Le Dû

Jenazah mereka dimakamkan di kuil Sengaku-ji bersama Asano Naganori.

Kisah Ichiriki Chaya dan Runtuhnya Shogunate

Ichiriki Chaya © Wikimedia Commons/jit bag
Ichiriki Chaya © Wikimedia Commons/jit bag

Nggak cuma menjadi saksi bisu peristiwa pembalasan 47 ronin, Ichiriki juga “berperan” dalam penggulingan shogun terakhir.

Menjelang suksesi tahta shogun Tokugawa Iemochi ke Tokugawa Yoshinobu, Jepang mengalami kisruh politik berkepanjangan.

Rakyat terbagi menjadi kubu pro-nasionalis imperial dan pro-shogunate. Konflik ini terus memanas hingga wacana untuk menggulingkan shogunate makin menggema.

Menurut Kyoto: A Cultural Guide, sebagian besar rencana penggulingan shogunate dimatangkan di Ichiriki. Para politisi dan samurai yang menginginkan berakhirnya pemerintahan bakufu (diktator militer) meniru taktik samurai Ako.

Mereka mengadakan rapat berkedok pesta minum-minum dengan rekan dan kolega.

Hasilnya, Tokugawa Yoshinobu setuju untuk menghapuskan shogunate di Puri Nijō pada 1868.

Sumber bacaan:

Ichiriki Chaya. Wikipedia
Ichiriki – Kyoto, Japan. Atlas Obscura
Forty-seven rōnin. Wikipedia

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.