[Review Buku dan Film] Home Sweet Loan, Potret Derita Kelas Menengah yang Memimpikan Rumah

“Sudah tidak zaman untuk ‘We fall in love with people we can’t have’, menjadi dewasa adalah ‘We browse houses that we can’t buy’.”

—Home Sweet Loan (Almira Bastari)

Home Sweet Loan (Buku)

Judul: Home Sweet Loan
Penulis: Almira Bastari
Bahasa: Indonesia
Format: paperback, 312 hal.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2022)
Bisa dibaca/didapatkan di: toko buku online dan offline
Genre: fiksi, metropop, drama, komedi, chicklit, contemporary romance

Home Sweet Loan © Gramedia Pustaka Utama
Home Sweet Loan © Gramedia Pustaka Utama

Sinopsis

Empat sahabat sejak SMA bekerja di perusahaan yang sama. Meskipun beda nasib, mereka punya keresahan yang sama. Kaluna, Tanisha, Kamamiya, dan Danan sama-sama memimpikan rumah ideal masing-masing. Kalaupun tidak benar-benar ideal, setidaknya masih “nyerempet” kawasan Jakarta.

Kaluna, karyawan GA (General Affairs) yang mengurusi kebutuhan seluruh departemen, tapi gajinya bahkan tak sampai dua digit. Dia banting tulang sampai mengambil job sampingan sebagai model bibir. Mimpinya cuma satu, memiliki hunian sendiri demi keluar dari rumah yang kini ditinggalinya bersama tiga kepala keluarga.

Lagi getol-getolnya menabung, kekasih Kaluna justru mendesaknya untuk mengadakan pesta pernikahan mewah. Belum lagi masalah utang yang melilit keluarganya. Kurang ribet apa lagi hidup Kaluna?

Tanisha adalah ibu satu anak yang tengah menjadi pejuang long distance marriage. Saat ini, keinginannya adalah menemukan rumah murah yang bisa diakses dengan MRT dan cukup untuk ditinggali bareng ibu mertua.

Kamamiya bercita-cita menjadi social media influencer sukses dan menikahi pria kaya. Demi gengsi di mata para followers-nya, Miya memutuskan mencari apartemen mewah nan instragamable.

Jika dibandingkan teman-temannya, Danan yang anak tunggal hidup paling enak. Namun di usia 31 tahun, dia mulai terpikir untuk membeli aset demi masa tua yang stabil.

Apakah empat sahabat karib ini bisa menemukan rumah impian masing-masing?

Para Tokoh

Kaluna (31 tahun)

Kaluna (Yunita Siregar) di film Home Sweet Loan ©2024 dok. Visinema Pictures/Home Sweet Loan
Kaluna (Yunita Siregar) di film Home Sweet Loan ©2024 dok. Visinema Pictures/Home Sweet Loan

Anak bungsu rasa anak sulung karena perannya sebagai tulang punggung keluarga. Kaluna harus menjadi anak yang bertanggung jawab karena kedua kakaknya masih menjadi beban meskipun sudah menikah.

Kaluna adalah penganut konsep frugal living sejak muda. Impiannya adalah punya rumah sendiri agar bisa menjauh dari keluarganya. Sayangnya, kebutuhan sehari-hari selalu menuntut untuk didahulukan. Kariernya di kantor maupun dunia model juga mandheg.

Tanisha (31 tahun)

Tanish (Risty Tagor) di film Home Sweet Loan ©2024 dok. Visinema Pictures/Home Sweet Loan
Tanish (Risty Tagor) di film Home Sweet Loan ©2024 dok. Visinema Pictures/Home Sweet Loan

Ibu satu anak yang tengah menjalani pernikahan jarak jauh dan sering gondok akibat konflik kecil-kecilan tapi rutin dengan ibu mertuanya.

Tanish tumbuh dengan harta berlimpah. Namun, kehidupannya berubah 180 derajat sejak sang ayah bangkrut dan lalu meninggal dunia. Kini, dia jadi jauh lebih berhati-hati dalam mengatur keuangan.

Kamamiya (31 tahun)

Miya (Fita Anggriani) di film Home Sweet Loan ©2024 dok. Visinema Pictures/Home Sweet Loan
Miya (Fita Anggriani) di film Home Sweet Loan ©2024 dok. Visinema Pictures/Home Sweet Loan

Cewek cantik ini sebenarnya bisa cepat kaya kalau gaji dua digitnya dikelola dengan bijak. Sayangnya, Miya lebih mementingkan gengsi dan penampilan mentereng.

Gara-gara kelewat boros, tabungan Miya tidak pernah terkumpul. Kadang dia juga terpikir untuk belajar manajemen finansial, tapi besoknya sudah kalah tekad dengan godaan fashion item terkini di etalase.

Danan (31 tahun)

Danan (Derby Romero) di film Home Sweet Loan ©2024 dok. Visinema Pictures/Home Sweet Loan
Danan (Derby Romero) di film Home Sweet Loan ©2024 dok. Visinema Pictures/Home Sweet Loan

Bertampang lumayan, keren, dan tajir. Danan selalu digambarkan “happy go lucky” oleh teman-temannya. Kalau Miya hobi “kegendam” barang-barang branded, Danan tidak bisa jauh-jauh dari cafe dan tempat makan fancy.

Sejak SMA, prinsip Danan adalah hidup untuk hari ini. Pada usia tiga puluhan ini, dia baru mulai khawatir dengan hari tua.

4 Points for:

☑️ Story

Setting

☑️ Characterization

☑️ Writing style

☑️ Moral/interesting trivia

Level of Interest

❤️❤️❤️❤️

Review (Buku)

Home Sweet Loan adalah novel ketiga Almira Bastari yang saya baca. Saya selalu suka karya Almira. Namun, biasanya cerita-cerita dia nggak napak tanah. Tokoh utamanya selalu mbak-mbak cakep yang kerja di Jakarta dengan gaji dua digit. Ke mana-mana naik mobil, jajannya di resto mall, sementara healing-nya di luar negeri.

Novel ini disampaikan lewat sudut pandang orang pertama (first-person point of view). Cerita digulirkan melalui POV Kaluna, si tokoh utama. Dia ini adalah tokoh utama Almira yang cukup berbeda. Dia tetap digambarkan cantik alami, tapi cuma karyawati kantoran biasa dari keluarga kelas menengah.

Kesan awal saya saat membuka halaman pertama Home Sweet Loan adalah kalimat pertamanya agak bertele-tele. Sebenarnya saya kurang pantas berkomentar seperti ini karena saya juga punya kecenderungan untuk membuat kalimat yang terlalu panjang. Padahal nggak papa, lho, kalau dipisah jadi dua atau tiga kalimat. Justru lebih efektif dan mudah dicerna pembaca zaman sekarang yang kebiasaan mengonsumsi konten-konten pendek.

Kesan selanjutnya, Home Sweet Loan justru menekankan realitas sebagian besar pekerja di Jakarta yang beda jauh dengan kemewahan mall-mall-nya. Almira menyelipkan beberapa fakta tentang housing di berbagai negara. Penyampaiannya pun ringan dan santai, khas Metropop.

Almira cukup cheeky dengan dialog-dialog bikinannya. Misalnya saat Kaluna menyebut OOTD salah satu kenalannya. Dia mengganti kepanjangannya ‘outfit of the day jadi ‘outfit orang tanpa derita’.

Buat orang biasa, menjadi fresh mungkin cukup dengan mandi. Buat orang kaya, menjadi fresh mungkin perlu baju baru?

—Kaluna di Home Sweet Loan (Almira Bastari)

Minusnya, menurut saya Almira masih kurang “menjiwai” sebagai bagian dari kaum kelas menengah ke bawah saat menuliskan beberapa inner dialogue Kaluna. Salah satunya saat dia menyebut Miya “tidak pernah berutang yang besar-besar”. Utang terbesarnya “cuma” cicilan kartu kredit delapan puluh juta buat beli tas mewah di Plaza Indonesia.. Nggak ada orang kelas menengah yang menyebut delapan puluh juta itu biasa, apalagi kecil.

Cerita yang Dekat dengan Keseharian Kaum Kelas Menengah Indonesia

Saya yakin cerita novel Home Sweet Loan relatable bagi banyak orang. Soalnya, sebagian besar orang Indonesia memang berada di kelas ekonomi menengah ke bawah seperti Kaluna. Benar-benar pas di tengah, menengah ke bawah, atau malah benar-benar di bawah.

Novel ini menyinggung mahalnya harga rumah di Indonesia, susahnya mengajukan KPR, karier yang stagnan, sandwich generation, pencarian jodoh di usia matang sampai permasalahan yang hadir dari romansa tak sekufu. Pokoknya, masalah-masalah yang dihadapi Kaluna adalah problematika yang umum dihadapi orang-orang dari kelas menengah di Indonesia.

ilustrasi pencatatan keuangan dan penganggaran © Pixabay.com/AlexanderStein
ilustrasi harga rumah © Pixabay.com/AlexanderStein

Bahkan kondisi keluarga Kaluna pun terdengar familiar. Kisahnya seperti curhatan para pengguna Twitter di Komunitas Marah-Marah.

Kasihan sekali keluarga menengah yang mepet ke bawah ini. Boro-boro bertengkar soal harta, kami saling menyakiti hanya karena sebuah ember.

—Kaluna di Home Sweet Loan (Almira Bastari)

Ibu, saudara, dan ipar-ipar Kaluna ini nyebelinnya bukan main. Nggak tahu dirinya juga udah masuk level di atas rata-rata. Memang ada orang-orang seperti itu di kehidupan nyata? Banyak. Inilah bagian yang menurut saya paling realistis dalam novel Home Sweet Loan.

Pelajaran Singkat tentang Manajemen Keuangan

Meskipun diceritakan dari sudut pandang Kaluna, sebenarnya Home Sweet Loan juga mengajak pembaca untuk mengintip kehidupan ketiga sahabatnya dan “derita” mereka yang juga berbeda-beda. Masalah finansial yang mereka hadapi juga berbeda-beda, sesuai kasta ekonominya.

Meskipun tidak secara gamblang, sebenarnya novel Home Sweet Loan juga membagi ilmu manajemen keuangan buat para pembacanya. Melalui percakapan Kaluna, Tanish, Miya, dan Danan; Almira menceritakan pentingnya memahami nilai uang, mengatur skala prioritas pengeluaran, melakukan proyeksi keuangan sederhana, dan pemilihan investasi yang tepat agar tidak boncos di kemudian hari.

Kaluna punya satu kebiasaan yang patut dicontoh. Dia selalu mencatat setiap pemasukan dan pengeluaran. Meskipun dikatai ribet oleh Miya, Kaluna bisa menjelaskan alasannya dengan argumen yang bagus.

ilustrasi pencatatan keuangan dan penganggaran © Pixabay.com/stevepb
ilustrasi pencatatan keuangan dan penganggaran © Pixabay.com/stevepb

Mencatat pemasukan dan pengeluaran hingga yang paling kecil itu penting untuk tracking keuangan. Seringnya, kita bingung kenapa pengeluaran bulanan begitu besar, padahal jarang beli barang mewah atau makanan mahal. Nah, setelah dicatat dengan runut, baru ketahuan kalau kita banyak mengeluarkan uang untuk barang-barang yang tidak penting.

Jumlahnya memang kecil, tapi kalau sering bisa bikin tekor juga. Persis seperti kata Kaluna. Rp5.000 memang tak seberapa, tapi kalau dikali dua puluh dalam sebulan bisa jadi Rp100.000 sendiri.

Tracking catatan keuangan juga bermanfaat untuk budgeting yang lebih efisien. Kalau setiap “keran” pengeluaran bulanan terlacak, tentu kita juga lebih mudah untuk membuat rencana pengeluaran di bulan selanjutnya.

Kesimpulan: Home Sweet Loan adalah Novel Terbaik Almira Bastari

Home Sweet Loan adalah novel terbaik Almira Bastari yang sudah saya baca. Ceritanya membumi karena masalah yang dihadapi para tokohnya terasa realistis.

Romansanya cukup bikin baper, segemas Resign!. Almira sudah memberikan sinyal di mana-mana sejak awal cerita. Danan itu kelihatan jelas kalau caper ke Kaluna. Kaluna pun sebel-sebel penasaran. Namun meskipun bisa ditebak, saya tetap senang mengikuti perkembangan hubungan Kaluna dan Danan. Romantis banget masnya!

Setelah membaca tiga karya Almira Bastari, saya bisa simpulkan kalau dia punya beberapa kecenderungan dalam menulis. Berikut ini beberapa di antaranya.

  • Almira hobi memberikan nama-nama yang tidak lazim untuk para tokohnya. Nama yang terdengar cukup biasa paling cuma Danan dan Mas Kuncoro.
  • Tokoh utamanya selalu mbak-mbak cantik paripurna yang jadi budak korporat di ibukota. Namanya juga Metropop. Style-nya memang seperti chicklit yang populer di tahun 2010-an ke bawah.
  • Almira kerap menambahkan quotes yang lucu sekaligus sinis di permulaan tiap bab. Nah, di novel ini juga begitu.

Biasanya, saya kurang cocok baca Metropop. Namun sampai sini, karya-karya Almira Bastari selalu jadi pengecualian. Meskipun tidak pakai bahasa yang nyastra atau kosakata puitis, tulisan Almira selalu menyenangkan untuk dibaca. Berkat selera humornya, cerita klise jadi bacaan yang seru, menerbitkan senyum, dan membuat pembaca merasa terhubung.

***

Home Sweet Loan (Film)

poster film Home Sweet Loan (2006) © dok. Visinema/Home Sweet Loan
poster film Home Sweet Loan (2006) © dok. Visinema/Home Sweet Loan

Judul: Home Sweet Loan
Diangkat dari: Home Sweet Loan karya Almira Bastari
Sutradara: Sabrina Rochelle Kalangie
Bahasa: Indonesia
Tahun rilis: 2024
Produksi: Visinema
Genre: drama, komedi, romance

Level of Interest

❤️❤️❤️❤️❤️

Review (Film)

Film Home Sweet Loan saya tonton sebelum membaca novelnya. Kalau bukunya saya beri rating empat dari lima hati, filmnya saya kasih rating lima hati full. Kalau bisa, malah mau saya rate enam atau tujuh.

Saya kepingin nonton film ini karena suka dengan penyutradaraan Sabrina Rochelle Kalangie di Noktah Merah Perkawinan. Dia bisa meramu ulang cerita sinetron 90-an yang makjang banget itu jadi drama keluarga dengan dialog yang realistis.

Keputusan saya untuk nonton Home Sweet Loan tidak salah. Film ini mengeksekusi cerita orisinal karya Almira Bastari dengan sangat bagus. Penggambaran kelas menengahnya bahkan lebih akurat lagi.

Jalinan Konflik Drama dan Komedi yang Apik

Sabrina mengemas cerita Home Sweet Loan yang sebenarnya klise jadi tontonan menyentuh. Sama sekali nggak ngebosenin meskipun durasinya hampir dua jam.

Setiap detail di dalam film ini terasa dekat dengan keseharian saya yang juga dari kelas menengah. Benar-benar di tengah. Miskin nggak, kaya juga ngggak.

Kelucuan di film ini terasa saat Kaluna melihat-lihat rumah dengan tiga sobatnya. Rumahnya nggak ada yang bener. Ada yang murah banget dan strategis, tapi kalah gede dari warteg. Ada yang gede dan bagus, tapi di sebelah kuburan. Ada yang asri, tapi ada ularnya. Ada juga yang gede dan berada di lingkungan enak, tapi bekas TKP pembunuhan.

Intinya, tidak setiap adegan plek-ketiplek dengan novelnya, tapi pembaca novelnya nggak bakal kecewa, kok! Segala hal yang membuat novel Home Sweet Loan seru masih ditampilkan di film ini.

Potret Derita Rakyat Kelas Menengah yang Relatable bagi Banyak Orang

Sama seperti novelnya, kisah Kaluna di Home Sweet Loan adalah potret akurat masyarakat kelas menengah yang terhimpit ekonomi.

Karakter Kaluna yang jadi sandwich generation itu middle class banget. Commute-nya pakai transportasi umum. Sesekali aja pakai mobil yang gantian sama bapaknya.

Baju-bajunya terlihat kayak keluaran Nevada atau Shopee Mall Rp150.000-an (tapi kayaknya itu Uniqlo, deh!), beda dari sobat-sobatnya yang terlihat lebih mentereng. Sneakers-nya Derby Romero aja Gucci, tuh.

Danan (Derby Romero), Kaluna (Yunita Siregar), Tanish (Risty Tagor), dan Miya (Fita Anggriani) di film Home Sweet Loan ©2024 dok. Visinema Pictures/Home Sweet Loan
Danan (Derby Romero), Kaluna (Yunita Siregar), Tanish (Risty Tagor), dan Miya (Fita Anggriani) di film Home Sweet Loan ©2024 dok. Visinema Pictures/Home Sweet Loan

Rumah Kaluna juga khas kelas menengah banget. Gede, tapi lawas dan dihuni banyak orang. Barang-barang tua nan berdebu numpuk di setiap sudut rumah. Kulkasnya sampai ada tiga. Persis seperti rumah keluarga saya saat masih dihuni sepuluh orang dulu.

rumah keluarga Kaluna di film Home Sweet Loan ©2024 dok. Visinema Pictures/Home Sweet Loan
rumah keluarga Kaluna di film Home Sweet Loan ©2024 dok. Visinema Pictures/Home Sweet Loan

Ada pintu yang diganjel batu, cat tembok kamar yang sudah luntur, kipas angin berdebu yang bunyinya egrek-egrek, keran murahan yang airnya suka nyemprot ke mana-mana, dan ember plus gayung bentuk hati yang ada di rumah saya semua.

Bukan cuma rumahnya yang terasa familiar. Banyak momen kecil di film ini yang kita semua pernah rasakan. Misalnya TWS kehabisan daya di tengah perjalanan pulang sampai momen galau yang terjeda iklan Spotify non-premium. Middle-class corporate-slave core.

Makna Rumah Impian bagi Kaluna

Poin yang lebih relatable lagi dalam Home Sweet Loan adalah perjuangan Kaluna untuk memiliki rumah. Mungkin tidak semua orang zaman sekarang kepingin punya rumah sendiri. Apalagi yang gajinya ngepas kaya mbaknya. Tapi alasan di balik keinginan Kaluna untuk beli rumah pasti bisa dimengerti banyak orang.

Kaluna kesulitan mendapatkan privasi di rumah. Dia tak diizinkan punya boundaries oleh keluarganya. Bahkan kamar yang seharusnya jadi satu-satunya ruang pribadi malah diberikan ibunya buat keponakan-keponakan Kaluna.

Bekas kamar pembantu yang dia tempati pun langit-langitnya roboh gara-gara kejatuhan kucing berantem. Akhirnya Kaluna harus tidur di sofa. Ruang privasinya cuma dibatasi jemuran baju sebagai pengganti gorden.

Kaluna (Yunita Siregar) di film Home Sweet Loan ©2024 dok. Visinema Pictures/Home Sweet Loan
Kaluna (Yunita Siregar) di film Home Sweet Loan ©2024 dok. Visinema Pictures/Home Sweet Loan

Jadi, keinginan Kaluna untuk ambil KPR sebenarnya mewakili mimpi terbesarnya, yaitu memiliki tempat yang bisa memberikan privasi tanpa harus dibagi dengan manusia lain.

Sarat Adegan Mengiris yang Sukses Mendatangkan Tangis

Sabrina Rochelle dan co-script writer-nya, Widya Arifianti jago banget memancing tangis penonton. Banyak adegan yang terlihat sederhana, bahkan tanpa dialog, tapi mampu mengaduk-aduk emosi.

Adegan paling nyess adalah momen saat Kaluna yang baru merelakan mimpinya buat ambil KPR berkata kepada Danan, “Orang biasa kayak gue tuh mimpi pun harus tahu diri ternyata.”

Momen saat Kaluna ragu-ragu buat update spreadsheet tabungannya dari Rp330.000.000 jadi Rp15.000.000 itu juga bikin hati ikut potek.

Bayangin, tabungan yang dikumpulkan susah payah dengan nggak jajan, kerja keras bagai kuda, dan ambil freelance selama bertahun-tahun harus diikhlaskan buat nebus sertifikat rumah yang dijaminkan abang nggak guna. Abang nggak guna yang disayang banget sama ibu Kaluna. Abang yang sampai di akhir film nggak juga minta maaf kepada adiknya.

Kaluna (Yunita Siregar) dan Kanendra (Ariyo Wahab) di film Home Sweet Loan ©2024 dok. Visinema Pictures/Home Sweet Loan
Kaluna (Yunita Siregar) dan Kanendra (Ariyo Wahab) di film Home Sweet Loan ©2024 dok. Visinema Pictures/Home Sweet Loan

Sebenarnya, karakter Kanendra, abangnya Kaluna ini sudah dibikin mendingan, lho! Kanendra di novelnya jauh lebih bikin pingin misuh.

Akting Jempolan Yunita Siregar sebagai Kaluna

Saya suka banget karakter Kaluna di film karena proses berpikirnya tipikal anak dari keluarga kelas menengah Indonesia. Keputusan-keputusannya pun sangat relatable bagi saya. Tidak semuanya bijak, tapi nggak ada satu pun yang sulit saya pahami.

Akting Yunita Siregar sebagai Kaluna bagus banget. Nggak banyak bicara, tapi ekspresinya selalu dapet. Cukup lihat sorot matanya, penonton bisa merasakan tiap emosi yang coba ditampilkan si aktris.

Kaluna di buku dan film sama-sama tidak banyak mengeluh. Mereka sengsara dalam diam.

Kaluna di buku lebih banyak sambat dan nyinyir di dalam hati. Kaluna di film tidak kelihatan nyinyir karena penonton tidak bisa mendengar inner dialogue-nya. Walaupun begitu, Kaluna versi film jauh lebih terasa makan hatinya.

Tangisan tanpa suara Yunita terasa banget nyeseknya. Hasilnya, saya dan penonton lain kompak nemenin Kaluna mewek. Saat film kelar dan lampu studio dinyalakan kembali, hampir seluruh penonton keluar dengan mata merah.

Kaluna (Yunita Siregar) dan Danan (Derby Romero) di film Home Sweet Loan ©2024 dok. Visinema Pictures/Home Sweet Loan
Kaluna (Yunita Siregar) di film Home Sweet Loan ©2024 dok. Visinema Pictures/Home Sweet Loan

Makeup dan pemilihan kostum Kaluna juga bagus banget. Dia terlihat sangat meyakinkan sebagai mbak-mbak kantoran dengan gaji UMK lebih dikit yang overworked. Matanya selalu terlihat lelah. Pundaknya pun tampak lunglai.

Kaluna (Yunita Siregar) di film Home Sweet Loan ©2024 dok. Visinema Pictures/Home Sweet Loan
Kaluna (Yunita Siregar) di film Home Sweet Loan ©2024 dok. Visinema Pictures/Home Sweet Loan

Saya rasa, Yunita sengaja dikasih baju-baju yang nggak masuk color palette-nya seperti earth tones dan warna-warna dusty biar kelihatan muram. Soalnya, di luar film dia kelihatan seger-seger aja, tuh.

Aplaus untuk Karakter Danan yang “Sehijau Hutan Hujan Tropis”

Saya juga suka karakter Danan. Saya kalau lihat Derby Romero itu bawaannya inget Sadam terus. Setelah nonton dia dan tatapan mata full kembang-kembangnya ke Kaluna, barulah bayangan Sadam hilang dari sosok Derby. Mas Derby, sering-sering main romance, ya!

Sama seperti Yunita, Derby Romero juga memberikan detail akting ekstra pada sorot matanya. Cara Danan curi-curi pandang ke Kaluna itu, lho! Saya langsung nyeletuk, “Nikahin ajalah, Mbak! Nggak usah tunggu besok.”

Kaluna (Yunita Siregar) dan Danan (Derby Romero) di film Home Sweet Loan ©2024 dok. Visinema Pictures/Home Sweet Loan
Kaluna (Yunita Siregar) dan Danan (Derby Romero) di film Home Sweet Loan ©2024 dok. Visinema Pictures/Home Sweet Loan

Danan ini tipe lelaki yang mungkin nggak banyak di dunia nyata. Cute, tajir, seru buat dijadiin temen, perhatian sampai ke hal-hal kecil, selalu siap sedia buat bantu mbak crush, nggak judgmental, murah hati (Orang mana yang mau minjemin apartemen dan ngotot nggak mau dikasih uang sewa?), dan nggak mau nuntut apa-apa dari Kaluna yang bebannya sudah segunung. Pokoknya pengertian bangetlah. Green flag sehijau hutan hujan tropis. Kekurangannya cuma mantan playboy dan narsis.

Kaluna dan Danan di film nggak punya adegan mesra atau konflik. Porsi roman mereka di layar kecil banget. Mereka selalu ditampilkan sebagai sahabat yang asyik dan nyaman terhadap satu sama lain.

Adegan jadiannya pun nggak ada. Tahu-tahu time skip, dilamar di akhir film dengan latar dan dialog yang sangat “friends to lovers” di kehidupan nyata.

Karena saya suka banget sama dua karakter ini, momen kebersamaan mereka yang nggak mesra itu justru terasa romantis. Saya lega Kaluna bisa mendapatkan pengganti Hansa yang jauh lebih baik dalam segala hal. Saya juga ikutan happy karena Danan nggak perlu diam-diam menatap Kaluna lagi.

Menampilkan Simbol-Simbol Kecil yang Penuh Makna

Film Home Sweet Loan menyelipkan banyak simbol di dalam adegan. Semuanya terkesan biasa, padahal maknanya selalu dalam.

Tiga kulkas yang berjejer itu mewakili tiga rumah tangga yang hidup di bawah satu atap dengan ego masing-masing. Apa urusannya dengan ego?

Kulkas tiga biji pasti bikin beban listrik bulanan membengkak. Walaupun begitu, para pemiliknya tetap ngotot pakai kulkas masing-masing. Padahal yang beli token adalah Kaluna.

tiga kulkas di film Home Sweet Loan ©2024 dok. Visinema Pictures/Home Sweet Loan
tiga kulkas di film Home Sweet Loan ©2024 dok. Visinema Pictures/Home Sweet Loan

Outfit pilihan Kaluna saat datang ke acara keluarga Hansa menunjukkan kontrasnya perbedaan gaya hidup dan skala prioritas mereka berdua. Dress code-nya dusty pink, tapi Kaluna malah datang dengan blus peach kusam yang kemungkinan sudah lama dimilikinya.

Bagi saya, simbol yang paling mengena adalah keong peliharaan keponakan Kaluna yang muncul kembali menjelang akhir film. Keong yang sudah lepas cangkangnya itu merangkak dengan tutup botol plastik di punggungnya.

keong bercangkang tutup plastik di film Home Sweet Loan ©2024 dok. Visinema Pictures/Home Sweet Loan
keong bercangkang tutup plastik di film Home Sweet Loan ©2024 dok. Visinema Pictures/Home Sweet Loan

Ini adalah perlambang para tokoh di Home Sweet Loan yang telah kehilangan rumah mereka selama puluhan tahun. Keong tersebut dan cangkang barunya sekaligus mewakili pesan bahwa manusia bisa kehilangan rumah, tapi selalu bisa menemukan tempat untuk pulang yang baru.

Didukung OST dengan Lirik yang Mengena

Bukan cuma cerita dan aktor-aktrisnya yang bagus. OST film Home Sweet Loan juga mantap semua. Tidak semua musiknya cocok di saya. Namun liriknya selalu sesuai dengan adegan yang sedang ditampilkan dan lagi-lagi terasa dekat dengan penonton.

Saya paling suka liriknya “Hei Kamu”, “Kembali Pulang”, dan yang paling mewakili Kaluna, “Berakhir di Aku”. Sampai hari ini, saya masih mewek lagi dan lagi tiap nonton official video “Berakhir di Aku”.

Ya, sudahlah! Saya cukupkan saja ulasan saya tentang film Home Sweet Loan. Intinya, ini adalah film yang bagus banget. Ceritanya mewakili realitas dan keseharian sebagian besar orang Indonesia.

Sudah lama saya nggak nonton film Indonesia sampai nangis sebanyak ini. Sayang jumlah penontonnya masih kalah jauh dari KKN di Desa Penari yang ceritanya embuh banget itu.

Semoga nanti panen penghargaan dan mendulang penonton yang jauh lebih banyak saat masuk ke OTT. Kalau sampai masuk ke Netflix, saya pasti nonton lagi, deh!

Kata saya, filmmaker Indonesia mending banyakin film kayak gini daripada horor atau romance warga kelas atas. Kekuatan film Indonesia itu di genre seperti ini, drama keluarga kelas menengah ke bawah yang dekat dengan kehidupan mayoritas warga Indonesia kayak Home Sweet Loan dan Budi Pekerti.

Eh, komedi yang melokal banget seperti film-film Ernest atau R-rated action dengan unsur bela diri khas Tanah Air seperti film-filmnya Iko Uwais dan Big 4 juga bagus, sih!

4 thoughts on “[Review Buku dan Film] Home Sweet Loan, Potret Derita Kelas Menengah yang Memimpikan Rumah

Leave a reply to Lina Cancel reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.