
Kesan pertama begitu menggoda. Selanjutnya terserah Anda.
Masih ingat slogan iklan AXE di tahun 90-an itu?
Impresi memang penting, ya. Bahkan untuk sekadar membaca buku sekalipun. Bagi saya kesan pertama itu penting untuk membangun mood membaca. Entah itu novel, cerpen, atau flash fiction.
Kalau untuk novel, menurut opini saya paragraf pertama itu penentu. Bukankah lebih baik kalau sebuah cerita bisa menarik perhatian pembacanya sejak kalimat pertama?
Tentunya lebih mudah untuk mengembangkan minat terhadap sebuah novel yang dimulai dengan kalimat, “Tak ada seorang pun di ruangan ini yang mencium amis darah dari telapak tanganku.” Jelas lebih greget daripada intro standar yang mendeskripsikan cuaca.
Saya sendiri merasa kalimat pembuka yang catchy selalu berhasil menumbuhkan mood untuk membaca. Setidaknya sampai 4 atau 5 bab berikutnya. Kalau ternyata isi bukunya tidak semenarik kalimat pembukanya, itu urusan lain lagi.
Tahun lalu, saya menemukan post di Bored Panda membahas kalimat-kalimat pertama di dalam novel yang paling catchy. Dan beberapa di antaranya menurut saya memang benar-benar bikin penasaran. Terutama karena sebagian besar judulnya masih asing di telinga saya.
Berikut ini beberapa di antaranya yang sengaja saya simpan.


Ini novel tentang apa, sih? Legenda? Fantasi? Bikin penasaran sekali.


Dari novel-novel yang sudah saya baca atau saya tumpuk di pojokan kamar selama bertahun-tahun juga cukup banyak kalimat pembuka yang nendang. Ini beberapa yang jadi favorit saya,
“It is a truth universally acknowledged, that a single man in possession of a good fortune, must be in want of a wife.”
—Pride and Prejudice, Jane Austen
“As Sebastian, Lord St. Vincent, stared at the young woman who had just barged her way into his London residence, it occured to him that he might have tried to abduct the wrong heiress last week at Stony Cross Park.”
—Devil in Winter, Lisa Kleypas
Dying really isn’t so bad after you’ve done it once.
—The Sea of Tranquility, Katja MillaySore hari di akhir pekan bulan Maret, Dewi Ayu bangkit dari kuburan setelah dua puluh satu tahun kematian.
—Cantik Itu Luka, Eka Kurniawan
Wanita itu menekan perut si bayi dan mengulum kemaluan bayinya dengan mulutnya; ukurannya bahkan lebih kecil dari rokok mentol Amerika yang biasa diisapnya dan rasanya agak seperti ikan mentah.
—Coin Locker Babies, Ryu Murakami
Kini aku hanyalah sesosok mayat, sesosok tubuh di dasar sebuah sumur.
—Benim Adim Kirmizi (My Name Is Red), Orhan Pamuk
Terutama kalimat pembukanya Devil In Winter itu. Saya yang waktu itu belum baca It Happened One Autumn langsung terpikir, “Waini, pasti seru ini ceritanya.” Dan ternyata novel itu memang salah satu judul historical romance terbaik yang pernah saya baca.
Baru-baru ini saya dibuat kepo oleh kalimat pembuka Cantik Itu Luka-nya Eka Kurniawan. Meskipun sempat agak skeptis karena biasanya kurang cocok dengan cerita sureal, kali ini sepenggal kalimat catchy itu berhasil membuat saya terus membalik halaman sampai tiga perempat bagian buku.
Jadi, iya, saya percaya ‘first impression matters’.