[Review Buku] Curtain: Poirot’s Last Case, Salam Terakhir Hercule Poirot buat Para Pembaca Setianya

Curtain adalah kasus terakhir detektif Belgia kesayangan para pembaca Agatha Christie, Hercule Poirot. Novel ini ditulis Christie di tahun 1940-an, karena dia tak yakin bakal selamat dari Perang Dunia II.

Setelah menyelesaikan Curtain, Christie menyimpannya di brankas dan memutuskan untuk menerbitkan naskah tersebut di tahun 1975. Ini adalah novel terakhir yang diterbitkannya sebelum meninggal. Novel terakhirnya, Sleeping Murder diterbitkan setelah kematian sang novelis pada 1976.

Curtain: Poirot's Last Case © Gramedia Pustaka Utama
Curtain: Poirot’s Last Case © Gramedia Pustaka Utama

Judul: Curtain: Poirot’s Last Case
Penulis: Agatha Christie
Bahasa: Indonesia
Format: paperback, 312 hal.
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama (2019)
Genre: fiksi, misteri, detektif

Cerita

Lima pembunuhan di tempat berbeda dengan motif berbeda. Hanya satu kesamaannya: X.

X terlibat dalam kelima pembunuhan itu dan berada di sekitar lima tempat itu ketika pembunuhan terjadi. X-lah otak kelima pembunuhan itu. Tapi dengan licik dia berhasil menghindar dari kecurigaan orang. Kelima pembunuhan itu begitu sempurna.

Sekarang X berada di Styles. Berarti tak lama lagi akan ada pembunuhan di sana. Baru kali ini Poirot menemukan lawan yang seimbang.

Sayangnya Poirot sudah tua. Jantungnya sudah lemah. Memang otaknya masih tetap tajam, tapi fisiknya sudah uzur dan jantungnya bisa berhenti berdenyut setiap saat. Tinggal menunggu waktu. Dan dengan waktunya yang singkat itu, Poirot tak yakin ia bisa menyeret X ke pengadilan.

4 Points for:

☑️ Story

☑️ Setting

☑️ Characterization

☑️ Writing style

Moral/interesting trivia

Level of Interest

Review

Curtain adalah buku yang memberikan kesan bittersweet buat saya. Bukan karena ceritanya beneran bikin patah hati seperti anime Grave of the Fireflies, tapi karena ini adalah perpisahan antara penggemar karya Agatha Christie dengan Hercule Poirot. Tak seperti Sherlock Holmes yang ‘hidup lagi’ setelah The Final Problem, Curtain benar-benar menjadi salam terakhir Poirot.

Curtain terasa begitu istimewa, karena menggunakan latar tempat untuk novel debut Christie, The Mysterious Affair at Styles. Novel ini juga mereunikan Poirot dengan sidekick terbaiknya, Captain Arthur Hastings untuk terakhir kali.

[REVIEW BUKU] SERI PETUALANGAN SHERLOCK HOLMES: BERLIAN BIRU

Poirot yang di sebagian besar kasus memang sudah manula datang lagi ke Styles dengan sosok yang begitu ringkih. Ia harus menggunakan kursi roda untuk mobilitas, tapi ‘sel-sel kelabu’ di dalam kepalanya masih secemerlang dulu. Ini adalah salah satu sisi pahit Curtain bagi saya. Rasanya seperti ikut menua bersama Poirot dan menyaksikan aksi terakhirnya.

Kali ini, Poirot berhadapan dengan kriminal yang berbeda dari biasanya. Musuhnya adalah seorang penjahat yang menikmati pembunuhan di balik layar. Dia membisikkan ‘racun’ di telinga orang-orang yang tepat untuk mendorong keinginan membunuh mereka hingga ke puncak.

Sebelum datang ke Styles, kriminal yang disebut X oleh Poirot ini sudah menyebabkan lima kasus pembunuhan. Karena itulah, Poirot berniat untuk menghentikan X dengan sisa kekuatannya. Tentu saja, pembaca tidak akan tahu siapa X sampai cerita benar-benar berakhir.

[REVIEW BUKU] PEMBUNUHAN ATAS ROGER ACKROYD, YANG MAHA PLOT-TWIST DARI AGATHA CHRISTIE

Selain Poirot dan Hastings, ada sebelas orang yang ikut berlibur di Styles. Salah satunya adalah putri Hastings yang dia curigai menjalin hubungan terlarang dengan pria beristri. Ada juga dua pasang suami istri yang kehidupan rumah tangganya tampak tak stabil. Bibit-bibit konfliknya banyak.

Agatha Christie benar-benar menunjukkan kehebatannya dalam memanipulasi pikiran pembaca di novel ini. Sama seperti The Murder of Roger Ackroyd, Curtain mengarahkan spekulasi pembaca ke segala arah. Setelah itu, kita digiring ke kesimpulan akhir yang terasa paling logis. Tapi, Christie masih punya satu kejutan akhir yang mindblowing. Konklusi kasusnya di luar pakem novel detektif.

[REVIEW BUKU & FILM] MURDER ON THE ORIENT EXPRESS, KENNETH BRANAGH BUKAN HERCULE POIROT

Pada akhirnya, novel ini saya letakkan di daftar kasus terbaik Hercule Poirot bersama Roger Ackroyd dan Murder on the Orient Express. Sebuah perpisahan yang pahit-manis dengan detektif berkepala telur dan kumis terpilin kesayangan. Padahal, masih ada beberapa kasusnya yang masih belum saya baca. Saya rasa, mengikuti kisah Poirot tidak akan pernah terasa sama lagi sesudah ini.

Trivia

Orbituari Hercule Poirot

orbituari Hercule Poirot di The New York Times ©1975
orbituari Hercule Poirot di The New York Times ©1975

Hercule Poirot memang bukan detektif fiktif pertama yang begitu dicintai pembaca. Sebelum dirinya, sudah ada C Auguste Dupin dan terutama Sherlock Holmes yang diakui Agatha Christie sebagai ‘panutan’ dalam menulis cerita-cerita detektif. Walaupun begitu, Poirot jelas termasuk salah satu yang paling populer.

Uniknya, Poirot menjadi karakter fiktif pertama yang kematiannya diberitakan di halaman depan surat kabar layaknya tokoh nyata. Orbituarinya dimuat secara detail di The New York Times pada 1975.

Hercule Poirot, a Belgian detective who became internationally famous, has died in England. His age was unknown.

Mr. Poirot achieved fame as a private investigator after he retired as a member of the Belgian police force in 1904. His career, as chronicled in the novels of Dame Agatha Christie, his creator, was one of the most illustrious in fiction.

At the end of his life, he was arthritic and had a bad heart. He was in a wheelchair often, and was carried from his bedroom to the public lounge at Styles Court, a nursing home in Essex, wearing a wig and false mustaches to mask the signs of age that offended his vanity. In his active days, he was always impeccably dressed.

Mr. Poirot, who was just 5 feet 4 inches tall, went to England from Belgium during World War I as a refugee. He settled in a little town not far from Styles, then an elaborate country estate, where he took on his first private case.

The news of his death, given by Dame Agatha, was not unexpected. Word that he was near death reached here last May.

His death was confirmed by Dodd, Mead, Dame Agatha’s publishers, who will put out “Curtain,” the novel that chronicles his last days, on Oct. 15.

Hercule Poirot Is Dead; Famed Belgian Detective (The New York Times)

Orbituari lengkapnya sudah didigitalisasi dan bisa dibaca di laman The New York Times.

Othello

Othello's Lamentation, lukisan karya William Salter yang menggambarkan penyesalan Othello setelah membunuh Desdemona ©1857
Othello’s Lamentation, lukisan karya William Salter yang menggambarkan penyesalan Othello setelah membunuh Desdemona ©1857

Kalau diperhatikan, Agatha Christie cukup sering membahas tiga hal dalam novelnya, yaitu berkebun, racun, dan Othello. Kali ini pun, Agatha Christie meminta Hastings untuk menganalisis kasus X dengan mempelajari Othello. Sama seperti di The Mystery of the Spanish Chest yang terbit dalam antologi , The Adventure of the Christmas Pudding, X digambarkan seperti karakter Iago di Othello.

Othello adalah drama lima babak karya William Shakespeare yang terinspirasi dari Un Capitano Moro (Seorang Kapten Moor) karya penulis Italia, Cinthio di tahun 1565. Sepertinya, cerita orisinal ini juga didasarkan pada kisah nyata yang terjadi di Venesia pada 1508.

[REVIEW BUKU] THE ADVENTURE OF THE CHRISTMAS PUDDING, WISATA KULINER BUMBU MISTERI BERSAMA DETEKTIF HERCULE POIROT

Berlatar Venesia abad 16, Othello menceritakan tentang seorang jendral Moor bernama Othello. Dia meraih kesuksesan besar sebagai perwira militer dan baru kawin lari dengan putri seorang senator Venesia.

Othello memiliki seorang bawahan yang cukup dia percaya, yaitu Iago. Kecewa karena Othello lebih memilih untuk menaikkan jabatan perwira muda bernama Cassio, Iago mengatur rencana untuk menghancurkan Othello dan Cassio.

Iago menghasut Othello agar berpikir kalau istrinya, Desdemona berselingkuh dengan Cassio. Ia juga menghasut Roderigo, pria yang mencintai Desdemona untuk membantunya. Puncaknya, Othello membunuh Desdemona. Iago juga berhasil menyingkirkan Roderigo. Namun kejahatannya berhasil terbongkar.

Othello yang menyadari kebodohannya menghabisi nyawa sendiri. Sementara Iago dihukum berat oleh Cassio yang menggantikan Othello sebagai jendral.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.